39. Pembicaraan di meja makan

1.2K 164 0
                                    

Kim Seungmin tidak pernah ingin merepotkan orang lain. Dia akan melakukannya sendiri semampunya. Sejak kecil, dia akan berusaha untuk mengerjakan PR PR-nya sendiri tanpa menunggu arahan kakak-kakaknya. Dia terbiasa bangun pagi agar tidak merepotkan Minho yang harus membangunkan mereka.

Bahkan saat dia bertemu ibunya, dia tidak mengatakan pada siapapun. Dia tidak mau merepotkan Chan atau Minho, atau Changbin. Dia tidak mau saudara-saudaranya merasa ikut terbebani pada masalahnya.

Oleh karena itu, Seungmin memberanikan diri mencari alamat ibunya. Dia ingin tinggal bersama ibunya. Dia tidak mau merepotkan kakak kakaknya, apalagi dia juga tahu perihal hutang itu. Dia seorang pengamat, dia tahu betul ada masalah sejak orang orang berjaket hitam itu datang. Dia ingin meringankan beban kakaknya, karena itu dia mencari ibunya.

Bukan hanya karena keinginannya bersekolah, itu hanya secuil. Tidak menjadi beban adalah tujuan utamanya. Saat dia mengetuk pintu rumah itu, dia sudah membayangkan wajah marah dan wajah bahagia, entah yang mana yang akan muncul.

Kim Sanha.

Perempuan itu yang membuka pintu, waktu itu dia langsung menarik Seungmin menjauhi rumahnya. Sekilas lihat Sanha tahu Seungmin adalah anaknya.

Seungmin bahkan belum mengutarakan niatnya saat Sanha sudah mengusirnya.

"Untuk apa kesini? Pergi. Jangan sampai suami saya melihat kamu."

Di detik ini, di ruang tamu Ryujin, Seungmin tersenyum miris. Bukan salahnya kalau saat ini suami Sanha melihatnya. Dan ya, laki-laki dengan kemeja putih itu menatapnya lekat.

"Oh ini temen Ryujin yang kamu ceritain kak?" Tanyanya kepada ayah Ryujin.

"Iya, dia sudah masuk SMA Satu." Jawab Ayah Ryujin seraya menepuk dua bahu Seungmin.

"Wah pinter dong ya? Itu Ryujin, lihat, temen kamu aja bisa."

Ryujin menoleh malas. "Mulai deh banding-bandingin. Jio mana?? Aku mau ketemu Jio."

"Kak Ryu!!"

Laki-laki berumur tujuh tahun itu berlari menuju Ryujin dan memeluk gadis itu erat. Ryujin tersenyum lebar, balas memeluk Jio. Keponakannya.

"Jio apa kabar??? Seneng gak di sekolah??" Tanya Ryujin. Sisinya yang ini benar-benar berbeda dari biasanya.

Jio mengangguk. "Seneng!! Dapat banyak teman!"

Seungmin menatap lekat Jio kemudian menatap Sanha yang sejak tadi tidak beranjak dari duduknya. Perempuan itu pasti tegang. Sanha balas menatapnya.

Ah, jadi ini adiknya?

Jio, anak itu tiba-tiba menatap Seungmin. "Ini teman kak Ryu?" Tanya Jio.

"Iya, namanya kak Seungmin."

Seungmin menatap tangan Jio yang terangkat, mengajaknya salaman. Lucu juga takdirnya. Seungmin membalas salam Jio.

"Ayo main bola!!" Ajak Jio sudah bersemangat sambil menunjuk halaman rumah Ryujin.

"Makan dulu sayang." Ucap Sanha akhirnya mengeluarkan suara.

Ayah Ryujin mengajak mereka duduk di meja makan. Obrolan masih mengalir di meja besar itu. Ayah Ryujin terlihat mengajak semuanya mengobrol tanpa terkecuali, termasuk Seungmin.

"Ibunya Ryujin gak mau punya anak lagi, katanya capek haha. Jadinya dia anak tunggal. Kalau kamu Seungmin, kamu punya berapa saudara?" Tanya Ayah Ryujin.

Seungmin menurunkan sendoknya lalu menjawab, "Tujuh, Sir." Jawab Seungmin yang sukses menghantarkan keheningan di atas meja itu.

"Tujuh??? Wah rame ya..." Ucap Suami Sanha.

"Orangtuanya pasti repot banget ya itu haha." Ujar Ayah Ryujin.

"Saya gak punya orang tua." Balas Seungmin, diam diam melirik Sanha yang sejak tadi menunduk.

"Apa?? Tunggu, kalian berdelapan gak ada orang tua?? Terus gimana? Kamu anak keberapa Seungmin?"

"Ayah, pelan pelan dong nanyanya." Tegur Ryujin, agak merasa tidak enak karena dia tahu ini topik yang agak sensitif.

"Saya anak ke tujuh, Sir. Kalau sekarang, kakak kakak saya yang bekerja buat kami." Jawab Seungmin.

Kelegaan terlihat di wajah ayah Ryujin. "Untung ya kamu punya enam kakak, umur berapa kakak kamu?"

"Yang paling tua 19 tahun, lulus tahun ini."

Ayah Ryujin benar-benar terkejut kali ini. "Astaga...." Gumamnya, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Udah deh Ayah jangan tanya lagi." Ucap Ryujin, menatap tidak enak kepada Seungmin.

"Orang tua kamu udah meninggal berarti?" Tanya Ayah Ryujin menghiraukan sang anak. Dia benar-benar tertarik.

Seungmin mengangguk lalu menggeleng. "Err.. agak sulit, Sir. Ayah saya meninggal, tapi ibu saya belum. Kalau Anda tahu tentang Park Ju Han... Saya salah satu anak dari beberapa istrinya, jadi secara darah kami berdelapan saudara tapi berbeda ibu."

Suami Sanha terlihat seperti mendapat pencerahan. "Park Ju Han??? Yang punya banyak istri?"

Seungmin mengangguk kaku. Dia yakin, suami ibunya tidak tahu kalau Sanha adalah salah satunya. Dia menatap Sanha yang semakin menunduk. Apa suami Sanha tidak mengecek tentang perempuan itu? Sanha pasti menyembunyikannya.

"Katanya ibu kamu belum meninggal? Kenapa gak tinggal bareng?"

Seungmin tersenyum kecil menatap ayah Ryujin. Dia bisa saja membongkarnya di sini. Saat ini saja dia bisa melihat wajah tegang Sanha.

Seungmin menghela nafas, kemudian menatap seluruh orang disana, menjatuhkan tatapannya lebih lama pada Sanha.

"Ibu tidak menerima saya dan sekarang beliau sudah punya keluarga baru. Bahkan sudah punya anak lagi."

Tatapan Seungmin jatuh pada Jio yang sedang memakan sosis, anak itu melambaikan tangan saat Seungmin menatapnya.

Seungmin membalasnya dengan senyuman.

"Mungkin ibu malu, punya anak dari laki-laki yang banyak istri. Saya gak bisa nyalahin karena saya juga kadang malu jadi anak mereka." Tambah Seungmin, masih tetap menatap Jio.

"Jio sayang, udah yuk makan sosisnya, sekarang makan nasi." Ucap Sanha tiba-tiba bangkit dari duduknya dan mengajak Jio ke kursinya.

Seungmin menatap itu. Ibunya yang benar-benar menjadi ibu.

"Tapi gapapa, saya punya banyak saudara yang baik." Seungmin tersenyum saat melihat wajah Ayah Ryujin.

"Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu hubungi saya ya?" Ucap Ayah Ryujin.

"Terima kasih, Sir."

Seungmin kembali menatap Sanha yang sedang menyuapi Jio. Pada akhirnya dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak akan tega menghancurkan kehidupan ibunya, lagi. Sudah cukup dia hadir dan menghancurkan hidup Sanha. Dia tidak mau menambah kesengsaraan ibunya lagi.

•••



ғᴀᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang