23. Piknik

1.3K 180 4
                                    

Jeongin. Yang Jeongin. Dia memiliki senyum yang indah, matanya akan menyipit jika dia tersenyum atau tertawa. Memberikan kesan yang ramah dan hangat.

Berbeda saat Jeongin tidak tersenyum. Kehangatan itu hilang. Seperti saat ibunya meninggal, selama dua minggu Jeongin murung dan kehilangan senyumnya.

Dia tidak marah. Tidak menangis. Tidak juga mengurung diri di kamar. Dia melakukannya seperti biasa. Tanpa energi. Seolah semua energi kehidupannya hilang bersama dengan kematian ibunya.

Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan Jeongin yang sering tertawa, sering melerai kakaknya kalau sudah bertengkar, atau sering mengomel setiap melihat tumpukan piring dan gelas kotor.

Jeongin tumbuh dengan tujuh orang yang berbeda. Dia bisa mengamati semuanya dan menjadikannya lebih dewasa dari seharusnya.

Ketika ibunya meninggal, dia sadar diri tidak bisa lagi manja dan merengek. Dia juga harus mandiri seperti kakaknya yang lain. Ketika ayahnya meninggal, dia juga harus sadar kalau Chan yang akan menanggung beban dan bertanggung jawab untuk semuanya. Jadi dia tidak bisa meminta banyak hal.

Dia tahu keadaan ekonomi keluarganya. Karena itu dia jarang merengek sekarang. Dia jarang meminta dibelikan barang-barang yang sekarang sedang jadi trend di sekolah.

"Gue sedih ngelihat lo terlalu dewasa gini. Lo kan baru kelas 2 SMP Jeong, yang lo pikirin harusnya main sama temen temen lo aja." Ucap Changbin saat mereka bermain game di ruang tamu.

"Gak punya temen." Balas Jeongin.

"Gue tambah sedih." Gumam Changbin lalu memilih untuk kalah dari gamenya.

"Gak enak punya temen kalau temen temennya kayak mereka. Mereka sering pergi ke arcade, makan mahal, habisin uang." Ucap Jeongin.

Changbin benar-benar sedih mendengar hal itu keluar dari si bungsu. "Lo kan punya tujuh kakak, tiga dari mereka kan kerja. Lo bisa minta uang buat jajan bareng sama temen-temen." Ucap Changbin.

Jeongin menatap tidak enak pada Changbin. "Hyung, aku gak sengaja denger dari Seungmin hyung pas kalian marah kemarin. Katanya kita punya hutang ya? Kalau gak lunas rumah kita diambil?"

Changbin tidak tahan untuk tidak memeluk Jeongin. "Jangan pikirin itu astaga..." Gumamnya. Dia benar-benar ingin Jeongin tidak mengetahui semua kesulitan mereka, dia hanya ingin Jeongin bermain di usianya. Tidak harus memikirkan memiliki hutang dan lain-lain.

"Kenapa nih kalian pelukan?" Tanya Jisung.

"Jangan ganggu momen emosional gue ya." Ucap Changbin.

"Halah, ayo ke Han river. Jalan jalan, kan bentar lagi gue ujian." Ajak Jisung dengan semangat empat lima.

"Kan yang ujian lo? Kenapa ngajak kita."

"Gak mau? Di sana ada roti gandum yang enak banget sih. Lagian, Chan hyung, Minho hyung, Felix sama Seungmin udah di sana."

"Mauuu!!" Seru Jeongin, dia masuk ke kamarnya lebih dulu untuk berganti baju.

"Tumben?" Tanya Changbin merujuk pada mereka yang akan berjalan-jalan ke sungai Han.

"Setahu gue Chan hyung mau bayar bunga hutang."

"Iya, udah kok. Justru dia yang ngajak. Minho tadi udah masak bekal juga. Sekali-kali, apalagi pas kemarin Jeongin bilang kesepian kan? Inget gak lo liburan kita tu udah setahun yang lalu." Jelas Han. Changbin mengangguk paham.

Setelah berganti baju, mereka berempat, termasuk Hyunjin yang baru bangun tidur, pergi ke Sungai Han tempat yang lain sudah menunggu.

•••

Jisung mengawali lambaian tangannya saat melihat yang lain sudah duduk di karpet.

"Yang terakhir sampai traktir minum!" Ucap Changbin lalu berlari lebih dulu. Jisung berteriak curang tetapi langsung menyusul. Hyunjin yang masih mengantuk juga menyusul dan jauh lebih cepat dari yang lain meski dengan wajah bantal. Jeongin tanpa diduga menyusul Changbin.

Jisung yang terakhir sampai. "H.. Hahh wahh gila, kapan terakhir kali gue lari?" Gumamnya dengan nafas terengah.

"Jisung ya yang beli minum!" Ucap Changbin lalu tertawa puas.

"Gue udah bawa minum." Ucap Minho menunjuk beberapa botol air besar.

Jisung bertepuk tangan dan tersenyum lebar, "Asik!!! Duit gue aman ya berarti!"

"Makan dulu sini." Ajak Minho. Dia membuka semua kotak makan siangnya. Melihatkan banyak snack yang dia buat sendiri.

"Kelihatan enak banget." Ucap Jeongin.

"Jeongin makan duluan ya." Ucap Hyunjin lalu mengambilkan kimbap kesukaan Jeongin.

"Enak Hyung." Ujar Jeongin.

Minho memberikan jempolnya. Dia juga ikut makan setelah Jeongin.

"Jadi kalian ujian kapan?" Tanya Changbin.

"Satu setengah bulan lagi." Jawab Felix.

"Kalau Chan hyung?"

"Sebulan lagi." Jawab Chan.

"Good luck ya." Balas Changbin.

"Kalian udah belajar kan?" Tanya Minho, kepada khususnya Jisung dan Hyunjin.

Keduanya hanya menyengir lebar. "Hehe."

"Udah apa belum??" Tanya Minho lagi lebih menuntut.

"Udah udah, kita sekarang tiap malem selalu belajar." Jawab Hyunjin.

"Sip."

Hening. Mereka diam menikmati makanan, juga angin yang bertiup lembut. Di sekitar mereka juga banyak orang yang bersantai, entah berlari atau bermain dengan hewan peliharaan.

"Mau ice cream gak?" Tawar Chan tiba-tiba. Semuanya langsung menoleh dan mengangguk bersemangat.

"Kalau bisa ngalahin gue sampai tepi sungai gue beliin." Ucap Chan lalu tiba-tiba dia berdiri lebih dulu dan berlari.

Enam dari mereka berteriak "Curang!!" tetapi langsung ikut berdiri dan berlari mengejar Chan yang tertawa. Menyisakan Minho yang, terlalu mager dan tahu kalau dia tetap akan dapat ice cream karena Chan pasti akan sengaja mengalah.

Seruan Changbin yang sampai duluan terdengar hingga di tempat Minho.

Kan, Chan pasti akan mengalah.

•••

ғᴀᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang