14

201 26 13
                                    

"Matahari bahkan menyambut kami dengan senyuman teriknya.."

Pulang. Itu yang ingin Namjoon rasakan setelah berkutat seharian dengan pekerjaannya yang melelahkan. Ia melirik jam ditangannya, menunjukkan pukul sebelas malam. Sopirnya sedang menunggu di parkiran basement berbincang bersama satpam yang menjaga malam ini guna membuang bosan. Dan Namjoon benar-benar ingin bertemu kasurnya sekarang.

Masih ada dua berkas yang harus ia periksa sekarang, guna dibicarakan untuk pertemuan esok siang bersama klien. Ia amati satu persatu lembar tentang isi dari berkas tersebut. Bekerja sama dengan sebuah management ternama guna membantunya membesarkan sayap perusahaan memanglah rejeki nomplok yang ia terima seminggu ini. Tak ayal, Namjoon bahkan rela membuang beberapa waktunya bersama Jungkook dan Taki.

Sore tadi ia diberi kabar oleh sang ibu, sepertinya Jungkook sariawan karena terus-terusan mengeluarkan air liur dan selalu mengusapnya dengan lengan bajunya. Bahkan bila makan, ibunya harus mengusap bibir Jungkook menahan air liur yang terus keluar. Anak seperti Jungkook memang harus diawasi bila sariawan, atau ia tidak akan makan sama sekali dan berujung maagh. Atau lebih parahnya hingga terkena gejala tyfus karena aktivitas berlebihannya tidak didampingi pola makan yang baik.

Kini Namjoon memilih cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan segera menemui kedua jagoannya.

.
.
.
.
.

Keesokan paginya, Namjoon sedang memasang dasinya. Ia melihat sang anak yang tidur di ranjangnya hanya menggunakan celana pendek karena semalam mengeluh gerah. Ia tidak akan membangunkan Taki, biarkan saja bocah itu tidur sedikit lebih lama. Toh hari ini dia libur.

Setelah dirasa simpul dasinya sudah rapi, ia keluar dengan membawa jas beserta tas jinjingnya. Ia menghampiri ruang makan dimana terdapat ibunya yang menyuapi Jungkook dengan bujukan bujukannya. Anak itu mulai rewel dan merasa sakit dibibirnya.

"Koo, ayo makan sedikit-sedikit." Bujuk sang ibu.

"Shireo! Sakit!" Ibu Jungkook langsung mengusap air liur yang hendak keluar kembali. Mungkin saking perihnya bagi anak seperti Jungkook. Pemuda itu terus meronta dan memilih menggambar kembali.

Kini Namjoon menghampiri bangku Jungkook dan mensejajarkan dengan tubuh sang adik. "Koo, disuapi Hyung ayo.."

Jungkook diam tak menjawab. Ia masih marah kepada sang kakak karena belum mengijinkannya sekolah. Ia sudah rindu dengan teman-temannya.

"Kim Jungkook.."

"Nda mau!! Sakit!" Jungkook membuang sketchbook dan pensilnya sembarangan. "Inilho perih mulut Koo.. huwaaaa"

"Lho kok nangis. Jungkook itu marah-marah ke org tua sekarang yang nangis. Seharusnya eomma sama Hyung yang nangis karena Jungkook marah-marah. Jungkook juga gak mau makan, bikin Hyung sama eomma kepikiran nanti Jungkook tambah sakit. Minta maaf sama eomma." Namjoon dan sisi ketegasan nan kelembutannya keluar. Ia membereskan peralatan Jungkook, dan meletakkan pada pantry. Kemudian ia kembali menuju Jungkook dan mengusap kepala pemuda yang sedang sesenggukan itu.

"H-hiks.. h-hyungie Koo mau s-sekolah.. hiks.."

"Iya iya, Jungkook habis gini sekolah lagi. Hyung sudah dapat pendamping sekaligus sopir buat Koo. Tapi Koo harus makan dulu biar sehat. Obatnya diminum. Sariawannya nanti diobatin juga supaya Senin sudah bisa sekolah, ya?"

"Dibuat makan sakit huwaaaa..." Jungkook menangis dan kembali mengeluarkan air liur juga karena saking perihnya. Sang ibu dengan sigap mengusap air liur itu agar tak mengenai setelan kerja Namjoon. Sang anak ada rapat penting nanti.

"Iya-iya.. ayo dimakan pelan-pelan. Disuapi Hyung ya? Biar cepat kembali ke sekolah juga." Sejuta bujukan kedua orang dewasa itu berikan.

"I-iya... Hiks.." akhirnya Jungkook menurut. Ia makan disuapi Namjoon. Sesekali sengguk tangis yang belum sepenuhnya reda membuat Jungkook sedikit tersedak.

"Pelan-pelan makannya, sayang. Ditunggu Hyung kok.."

"K-koo bosan dirumah." Ujar pemuda dengan mata doe itu.

Namjoon melihat sang ibu yang sedang membuat kudapan sedang menoleh kearah mereka dengan ekspresi tak terbaca.

"Mau kemana? Sama eomma, ya?"

"Mau ke kantornya Hyung."

Namjoon tersenyum dan mengusap air liur Jungkook. "Hyung ada rapat penting hari ini, sayang. Hyung tak bisa menemani Jungkook lama. Ayo buka mulutnya.."

Namun Jungkook menggeleng pelan. "Nanti hyungie pulang kerja kita ke taman." Bujuk Namjoon. Namun Jungkook masih menggeleng pelan. Ia ingin bermain bersama Namjoon hari ini. Namjoon meletakkan piring makan Jungkook dan menghela nafas pelan. "Koo, dengarkan Hyung, nde?"

Mata Bambi itu enggan menatap Namjoon, dan terus fokus pada gambaran di pangkuannya. "Hyung hari ini ada rapat penting. Jungkook mau Hyung dimarahi orang karena tidak hadir rapat?"

Seketika, tangan manis Jungkook berhenti menggambar dan menatap sekelilingnya dan merasa bersalah. "H-hyungie nda boleh dimarahi orang. Hyungie good boy. Jungkook good boy. Jungkook dirumah sama eomma sama Taki sama appa, nanti nanti hyungie kerja, pulang, kita bermain."

Namjoon tersenyum hangat. Ia mengusap surai adiknya dan mengecupnya sekilas "good boy. Nanti pulang Hyung kerja, kita ke toko alat tulis, beli tas baru buat Jungkookie dan Taki. Kembaran mau?"

Jungkook yang sedang hilang fokus mengangguk dan tersenyum. Ia memeluk kakaknya sebentar lalu kembali menggambar. "Ayo makan pelan-pelan biar habis. Biar ada tenaga buat jalan, terus obatnya diminum ya?"

"Iya.." sambil mengunyah perlahan, Jungkook kembali menggoreskan pensilnya diatas sketchbook nya.

.
.
.
.
.

Siang hari yang cukup terik, Jungkook menangis sejadi-jadinya karena sariawan dibibirnya terbentur peraut pensil saat meraut pensilnya sendirian dibelakang rumah. Bahkan mungkin saking parahnya, bibirnya ikut mengeluarkan darah. Ibunya dan Taki langsung membawa minuman dingin dan es batu untuk mengompres bibir Jungkook yang sariawan. Walau hal itu belum bisa membuat Jungkook tenang sepenuhnya.

Jungkook masih berteriak kesakitan, dan ia mulai memukul-mukul dirinya sendiri. "Huwaaaa eomma sakit haaaaa"

Sang ibu mengompres mulut Jungkook dan mengusap rambut sang anak yang lepek karena kelelahan menangis. "Iya iya, sakit ya. Eomma teleponan appa supaya pulang ya."

"Mau hyungie eomma. Hiks.. sakiiittt.."

"Hyungie rapat sayang. Kan tadi sudah bilang. Ayo ke rumah sakit ya, periksa. Nanti eomma antar ke Namjoon Hyung." Bujuk sang ibu.

"Sakit hiks.. eomma.." Jungkook memeluk ibunya dengan sesenggukan.

"Iya sayang sakit ya.. cup cup.. ayo eomma ambilkan jaket. Telepon taksi dulu."

"Hiks.. h-hiks.."

"Om Jungkook.." lirih Taki sambil mengusap pipi pamannya yang memerah karena menangis.

___________

To be continue

Silahkan sampahnya di taruh sini kak..

A D O R A B L E (KNJ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang