"Malam yang bahkan terlalu indah untuk dilepas.."
Dengan rasa amarah yang membuncah, diiringi isak tangis dari wanitanya, Namjoon mengendarai kuda besinya bak seperti orang kesetanan. Entah sudah berapa kali dalam kurun waktu lima belas menit ini dia membentak Jae agar berhenti menangis.
"CAN'T YOU JUST SHUT THE FUCK UP?" Untuk kesekian kalinya, sekalipun Jae hanya terisak lirih.
Tak lama lelaki itu memberhentikan mobilnya disebuah hotel bintang tiga. Dengan hanya mengenakan celana tidur dan jaket, ia keluar mobil dan menyerahkan kunci mobilnya pada vallet parkir setelah menarik Jae keluar.
"Keluar!" Titahnya.
Jae menggeleng, "harus di hotel? Kita bisa bicara dimobil, Joon.. hiks"
"Ke.lu.ar!"
Dan dengan rasa takut yang mengerubunginya, Jae keluar. Ia berjalan disamping Namjoon yang langsung menuju meja resepsionis.
Setelah lima menit ia melakukan check-in, dengan segera Namjoon membawa Jae menuju kamar mereka. Kamar mereka berada dilantai enam, dengan menampakkan pemandangan kota malam hari. Persetan dengan pemandangan, Jae hanya ingin pulang dan membawa Taki kepelukannya.
Namjoon melepas jaketnya dan langsung duduk disofa. Tangannya bersedekap dengan sebelah kaki yang ia tumpukan pada kaki lainnya. "Kau duduk kemari sendiri, atau aku paksa."
"Namjoon aku mau pulang.."
"We need to talk!" Tusuk Namjoon langsung pada Jae.
"Tapi tidak disini. Joon, kau bilang kau butuh waktu. Aku akan memberimu waktu, tapi kau malah—malah seperti i—hmmmmppphhh" Namjoon langsung bangkit dan membungkam bibir Jae dengan bibirnya. Ia terlampau malas mendengarnya. Ingin sekali segera menyelesaikan saat ini juga.
Ia titah wanita tersebut kearah ranjang dan masih terus mencumbunya. Jae sendiri sudah berontak hendak melepaskan diri dari kungkungan pria berbadan kekar yang baru saja terbentuk itu.
Ciuman itu terlepas setelah pergumulan kurang lebih dua menit lamanya. Namjoon menatap tajam kearah Jae yang masih meraup oksigen sebanyak mungkin. Salah. Bukan seperti ini cara berbicara dan menyelesaikan masalah. Batin Jae.
"Kauhhh.. menyingkirrrhh.." Jae mendorong tubuh Namjoon menjauh dan duduk dipinggiran ranjang. Ia menoleh kearah Namjoon yang duduk disampingnya, tak kalah berebut oksigen sebanyak mungkin. Jae menggeleng tak percaya dengan apa yang Namjoon lakukan.
"Joon, aku tau kau lelah. Aku juga lelah seharian mengurus event sejak pagi. Bahkan Taki pun juga lelah seharian sekolah. Ayolah, turunkan sedikit egomu. Dia anakmu sendiri, darah dagingmu. Aku sebagai ibunya.. haaaah.." Jae memukul dadanya, menahan kembali air mata yang meronta untuk dikeluarkan. "Sakit.. tolong, cukup bentak aku. Jangan anakku." Ia menundukkan kepalanya dan menangkup wajahnya sendiri. Ia sibuk rambut panjangnya kebelakang dan menatap Namjoon yang tengah mengatur nafas sambil memandang pemandangan.
"Huh.." Ia terkekeh. "Aku terlampau lelah mengurus semuanya sendirian."
"Kenapa?" Jae mulai merasa ada keluh kesah yang ingin Namjoon utarakan, namun tertahan oleh ego nya sebagai pria.
Pria itu menggeleng lemah. "Hanya lelah." Jawabnya acuh. Ia tatap Jae dengan pandangan sayunya.
Jae meraih tangan Namjoon, namun pria itu menepisnya. Ia kembali mengatur nafas dan bangkit dri duduknya. Memandang sekeliling dan berhenti didepan jendela besar. Ia berkacak pinggang sambil kembali terkekeh, entah apa guyonan yang sedang ada dikepalanya saat ini.
"Katakan bila ada hal yang menganggumu, Joon. Kumohon. Jangan membentak Taki lagi."
"Aku tak tau apa yang mengganggu pikiranku. Aku hanya merasa lelah " Ia berbalik menatap Jae. "Aku sendiri tak tau, lelahku lelah apa?"
"Apa kau kesepian?" Tanya Jae hati-hati.
Setelah mendengar pertanyaan itu, Namjoon mendongakkan kepalanya dan menghembuskan nafas kasar.
"Joon.."
"Maaf. Aku benar-benar kelepasan."
"Katakan apa yang mengganggumu, Joon." Jae bangkit dan mengusap pipi pria didepannya.
Namjoon semakin menggeleng dan tanpa sadar Ia bertekuk lutut dihadapkan wanitanya. Ia bahkan terus menahan air matanya agar tak meleleh. Kesalahan apa yang Namjoon buat hingga membuatnya harus bertindak sedemikian rupa? Batin Jae.
"Maaf.. maafkan aku.." Ia menyatukan kedua tangannya didepan dada dan terus merapal maaf. "Maafkan aku, sampaikan maafku pada Taki, anakku. Katakan bahwa aku menyayanginya, mencintainya. Aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Maafkan aku.. hiks.. Jae kumohon ampuni segala kesalahanku.."
"Namjoon apa yang—" Jae ikut duduk dihadapan Namjoon dan menangkup pipi pria kesayangannya.
"Aku—"
To be continue..
Hayooooo Namjoon kenapa???? Coba tebak sama komen disini, ada apa sama bapak ini??
Stay safe and healthy everyone.. thanks udah mau baca karya-karyaku, dan support aku di vote dan komen🥰🌼🙏🏽
KAMU SEDANG MEMBACA
A D O R A B L E (KNJ)
FanfictionNamjoon hanya mencoba menjadi kepala rumah tangga yang dikagumi oleh anak dan istrinya..