"Kehadirannya kembali, membuat warna di hidupku semakin terang.."
Saat mentari mulai menunjukkan semburat oranye, membuat bocah kecil yang sedang duduk termenung di balkon kamarnya langsung menghela nafas berat. Ia sendirian.
Tangannya meremas garpu yang ia gunakan untuk menusuk buah-buahan potong yang tersedia di dalam kulkasnya. Ia pulang diantar oleh sopir Namjoon. Sebenarnya Namjoon meminta Taki, bocah kecil itu, untuk menunggu dirumah sang nenek. Namun ia menolaknya. Ia memilih rumahnya sendiri untuk ia gunakan menunggu kehadiran sang ibu.
Memori diotaknya kembali teringat kejadian siang tadi. Ia menghajar teman sekelasnya seorang diri karena telah menghina dirinya anak pungut. Temannya, kita sebut saja Rowoon, mengejek Taki yang memang tak begitu mirip orang tuanya. Bahkan mulut anak kecil bisa berkata bahwa orang tua Taki tak bersama. Taki tau, pasti esok salah orang tuanya akan mendatangi ke sekolah, karena mereka ditelepon oleh pihak sekolah. Namun tidak diselesaikan hari ini, melainkan besok karena kejadiannya setelah pulang sekolah.
Ia memilih masuk kembali kedalam kamarnya, dan meletakkan piring kotor bekas buahnya di meja belajarnya begitu saja. Ia rebahkan tubuhnya di ranjang sambil meraih sebuah buku bacaan ringan.
Terlalu menikmati bacaannya, ia tak sadar sudah menghabiskan waktu cukup lama. Sekarang menunjukkan pukul delapan, dimana ibunya seharusnya sudah pulang. Namun ia tak mendengar suara panggilan ataupun salam dari bawah. Ia memilih turun kebawah mencoba melihat keadaan rumahnya. Namun yang ia temukan adalah Namjoon yang Shirtless dengan celana piyama hitamnya, dan rambut setengah basah sedang menata cake di piring, dan menyiapkan ayam goreng di pantry.
Tangan kecil Taki meraih tangan berotot milik Namjoon, dan Namjoon menghentikan aktivitasnya sebentar dan menatap sang anak dengan intens. "Taki lapar?"
Bocah itu menggeleng pelan. Namjoon kembali melontarkan pertanyaan "lalu ada apa? Sudah mandi?"
Taki merinding. Ia takut bahwa Namjoon akan memarahinya seperti waktu itu. Namun ia salah. Namjoon segera menggendongnya dan mendudukkan di meja pantry. "Buka mulut Taki. Daddy suapi kue coklat kesukaan Taki. Ayo, aaaaaa.."
Bocah itu menurut dan membuka mulutnya. Mengunyah kue tersebut, dan menikmati setiap rasa coklat yang melebur di rongga mulutnya. Ia mulai menitikan air mata. Menghapus menggunakan tangannya dan kembali membuka mulutnya ketika Namjoon menyuapinya.
Namjoon masih enggan bertanya. Ia ingin menanyakannya nanti disaat sang anak sedikit tenang. Ia membantu Taki mengusap air matanya, dan kembali menyiapkan dua potong kue hingga habis. "Enak? Sudah jangan menangis." Ia mengecup pipi anaknya dan kembali menggendongnya. Namun air mata Taki enggan berhenti. Mungkin ia menyesal membuat orang tuanya malu dan marah nantinya. Air matanya terus keluar. Dan sesekali ia tersedu-sedu di pundak Namjoon. Namjoon sendiri menenangkan anaknya dengan menggoyangkan badannya sambil menepuk-nepuk punggung sang anak dengan halus. "Sssshhh capek ya? Taki bobok aja, besok pagi diantar ke sekolah sama Daddy."
Bocah itu menyamankan posisi tidurnya, walau belum bisa tidur sepenuhnya. Ia mendengar ponsel Namjoon berdering, namun ia memilih mengacuhkan pembicaraan bisnis sang ayah. Hingga ia mendengar ayahnya berkata "aku mau menidurkan anakku dulu. Nanti kita bahas lagi, ya." Dan Namjoon kembali fokus menidurkannya.
Tak lama kemudian, pundaknya terasa memberat. Pertanda bahwa sang anak sudah mulai tertidur lelap. Ya, walau sesekali masih sesenggukan karena menangis. Ia akan membicarakan dengan anaknya esok ketika bangun, hal apa yang membuat Taki Semarang itu hingga menghajar temannya.
Ia berjalan menuju kamar Taki, dan meletakkan tubuh bocah itu ke ranjang. Menyamankan posisi sang anak yang langsung mencari gulingnya. Dirasa cukup, Namjoon kembali ke pantry hendak mempersiapkan makan malam untuknya dan Jae.
KAMU SEDANG MEMBACA
A D O R A B L E (KNJ)
FanficNamjoon hanya mencoba menjadi kepala rumah tangga yang dikagumi oleh anak dan istrinya..