Part 3

1.3K 74 3
                                    

Keesokan harinya Aku bangun pagi lagi seperti biasa. Kalau dulu aku bangun untuk mengurus rumah tangga, sekarang bangun untuk bersiap berangkat kerja. Sesuai rencanaku semalam, hari ini aku akan mendaftarkan Rafa untuk masuk TK di dekat kantorku. Sebelum mandi, aku harus membangunkan Rafa terlebih dahulu.

"Rafa sayang, bangun yuk, hari ini kita akan pergi ke sekolah buat daftar kamu," bujukku sambil mengelus kepalanya agar dia bangun.

Secara perlahan dia mulai menggeliatkan badannya lalu membuka kedua matanya dan berkata, "pagi Unda," dengan suara yang khas baru bangun tidur. (Pagi Bunda)

"Selamat pagi sayang," balasku sambil mencium keningnya.

"Ayo bangun, Rafa mau bunda daftarin sekolahkan ?" tanyaku.

"Iya Unda, Apa mau tekolah," jawabnya dengan seyuman. (Iya Bunda, Rafa mau sekolah)

"Ayo bangun terus mandi," ajakku.

Ia langsung bangun dari tempat tidurnya kemudian aku menuntunnya untuk
masuk ke dalam kamar mandi.

"Rafa pakai baju sama Bi Surti dulu ya, Bunda mau lanjut mandi," ucapku yang sedang mengeringkan tubuhnya usai mandi.

Setelah memakai handuk, Rafa langsung keluar kamar mandi dan menghampiri Bi Surti yang sudah menunggunya.

Usai merias diri serta memakai pakaian setelan kerja, aku keluar kamar untuk sarapan.

"Pagi Ma, Pa," sapaku melihat kedua mertuaku di ruang makan.

"Pagi sayang," jawab mereka bersamaan.

"Kania, Mama ikut kamu ya buat daftar Rafa sekolah," ucap Mama Santi yang sedang mengoles roti dengan selai.

"Iya Ma," balasku. "Kalau Papa mau kemana ?" tanyaku kepada Papa Haris

"Papa mau main sama golf sama teman," jawab Papa Haris.

Kemudian kami semua menyelesaikan sarapan sambil mendengar pembicaraan antar Rafa dengan opanya. Setelah itu aku, Mama Sinta, dan Rafa pergi ke sekolah sementara Papa Haris pergi bermain golf bersama temannya.

*****

Setibanya di sekolah, kami menuju tempat pendaftaran untuk mendaftarkan Rafa di tempat tersebut. Dari penjelasan yang diberikan oleh pihak sekolah, aku yakin sekali kalau sekolah ini sangat cocok untuk Rafa karena kegiatan yang diadakan pihak sekolah lebih banyak bermain.

Untuk anak-anak usia seperti Rafa ini memang dunianya bermain. Paling tidak Rafa bisa belajar tentang sosialisasi dengan teman-temannya.

"Jadi kapan Bu anak saya sudah mulai bisa masuk ?" tanyaku kepada kepala sekolah tersebut.

"Kalau anaknya mau sekarang juga boleh kok," jawabnya.

"Oke kalau gitu saya mau anak saya masuk sekarang agar dia bisa beradaptasi terlebih dulu," ucapku.

Kepala sekolah tersebut langsung mengantar kami ke ruang kelas yang akan menjadi tempat Rafa belajar.
Awalnya Rafa belum berani untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang bernyanyi bersama. Tapi karena aku dan Mama Sinta selalu menemaninya dan memberikan pengertian, akhirnya dia mau ikut bergabung dengan catatan aku dan Mama Sinta tetap berada di ruang kelas itu. Untung saja guru dalam kelas tersebut memaklumi sikap Rafa.

Melihat Rafa yang sudah bisa beradaptasi dengan kelas barunya membuat hatiku senang. Dia mulai bersosialisasi dengan teman-teman kelasnya walau ia selalu melihat kami dari kejauhan untuk memastikan kalau aku dan omanya tak akan keluar dari kelasnya.

Tak terasa jam pulang sekolah pun tiba. Setelah itu aku meminta Dedi untuk mengantar Rafa dan Mama Sinta pulang ke rumah. Sementara aku akan lanjut ke kantor menggunakan taksi.

My Curvy Widow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang