Happy Reading :)
Setibanya Adrian di sekolah kedua keponakannya itu, Ia langsung mencari Rafa. Tak lama kemudian Rafa pun tiba. Lelaki itu langsung menghampiri calon anaknya tersebeut. Ya Adrian dengan percaya diri menganggap Rafa sebagai calon anaknya karena ia sangat yakain bisa menakklukan Ibu dari anak tersebut.
"Selamat pagi Rafa," sapa Adrian.
"Selamat pagi Om," balas Rafa dengan ramah.
Adrian senang karena sikap dingin Rafa sudah menghilang sehingga memudahkan dirinya untuk mendekati anak itu. Selama bel belum berbunyi Adrian dan Rafa tak ada hentinya berbicara tentang koleksi mainan mobil-mobil milik Adrian. Rafa sangat antusias sekali melihat foto-foto yang sudah dipersiapkan Adrian. Sementara Lola dan Tika sibuk dengan bermain boneka karena tak mengerti pembahasan 2 lelaki yang berbeda generasi itu.
"Jadi, Kapan Rafa mau main ke rumah Om ?" tanya Adrian.
"Nanti ya Om, Apa bilang dulu sama Unda," jawab Rafa
TaK lama kemudian bel berbunyi sebagai tanda kalau anak-anak akan mulai belajar. Adrian pun meninggalkan tempat tersebut sambil berpamitan dengan Rafa dan tak lupa mencium kedua keponakannya dan berkata "nanti supir yang jemput ya."
*****
Akupun tiba di kantor. Tempat dimana aku menghabiskan waktu dari pagi sampai sore hari. Tetapi aku harus selalu semangat karena setiap kali aku melihat gedung perkantoran ini aku jadi teringat akan Mas Surya yang sudah membuat perusahaan ini menjadi maju serta para pekerja yang menggantukan hidupnya disini. Aku tak boleh menyerah karena hanya ini yang bisa aku lakukan demi meneruskan perjuangan Mas Surya sampai waktunya tiba Rafa lah yang akan melanjutkan perjuangan papanya.
"Gimana apakah kamu sudah menemukkan sekertaris wanita unuk saya ?" tanyaku pada Rizky.
"Sudah Bu. Kami sudah mendapatkan beberapa kandidat yang bisa ibu jadikan sekertaris sesuai kriteria yang Ibu berikan," jawabnya.
"Oke, besok saya ingin kamu mengatur jadwal interview saya dengan mereka," perintahku.
"Baik Bu," balasnya.
Saat Rizky hendak memberikan beberapa file kepadaku, terdengarlah bunyi ketukan dari pintu ruang kerjaku. Aku terkejut dengan apa yang dibawa oleh office boy. Dia membawa lagi buket bunga mawar yang besar serta sebuah kartu ucapan yang bertuliskan "Happy nice day My love."
Karena tak mau ambil pusing dengan kiriman tersebut, akhirnya aku meminta office boy itu membawa keluar bunga tersebut serta menaruhnya disisi kantor yang kosong tapi tak lupa untuk meminta mencabut kartu ucapan tersebut.
"Paspor saya sudah diurus ?" tanyaku sambil membaca beberapa file.
"Sudah Bu. Minggu ini bisa diambil," jawabnya.
"Oke segera kabari pihak Sanjaya Corp agar akhir bulan ini kita bisa melakukan perjalanan ke London," ucapku.
"Baik Bu," jawabnya setelah itu meninggalkan ruang kerjaku.
Setelah seharian sibuk dengan kertas-kertas akhirnya akupun kembali ke rumah. Tempat yang dimana aku merasa nyaman dan bahagia walaupun tak ada lagi Mas Surya.
"Unda, boleh tidak Apa main ke lumah Om Ganteng ?" tanya Rafa yang sedang menikmati makan malamnya.
Aku sangat penasaran dengan sosok Om Ganteng yang selalu iya sebut sejak kemarin. Karena aku khawatir orang tersebut bukan orang baik karena Rafa sulit dekat orang baru jadi kalau bisa dekat Rafa berarti ada sesuatu yang membuat anak ini tertarik. Akupun memanggil Suster Ina karena biar aku tahu siapa sosok Om Ganteng yang selalu disebut oleh Rafa.
"Sus, waktu di sekolah kamu lihat ada lelaki dewasa yang berbicara dengan Rafa ?" tanyaku.
"Ada Bu," jawab Sus Ina.
"Kamu lihat dia seperti orang yang mencurigakan ?" tanyaku lagi.
"Enggak Bu. Soalnya penampilannya rapih banget seperti bos dikantoran gitu Bu. Terus dia juga punya keponakan yang temen sekelas Rafa," jawab Sus .
Mendengar jawaban dari Sus Ina membuat hati ini tenang karena Om Ganteng itu bukan orang berbahaya. Tetapi aku tetap harus waspada terhadap orang tersebut mungkin setelah pulang dari London baru aku temui orang itu.
Maaf ya baru muncul lagi. Part kali ini pendek soalnya lagi gak semangat nulis karena lagi butuh duit. Ada ide gak buat nulis buku tapi bisa menghasilkan duit ?