12. Telur

3 1 0
                                    

Pagi ini mood ku benar-benar buruk, setelah semalam aku diomeli panjang lebar oleh mama karna Ryna adikku yang manja. Yaa tidak sepenuhnya salah dia si, tapi dia yang menjadi pematik debat panjangku dengan mama.

Flashback on

"Maa malam ini aku mau makan telur dadar" pinta Ryna dengan nada manjanya.

"Tentu sayang" yang kemudian di iyakan oleh mama, selalu begitu.

"Telurnya cuma satu Ryna, berbagilah dengan kakakmu, oke?"

"Tidak mau" sergah Ryna cepat.
Aku yang dari tadi hanya mengamati pembicaraan mereka hanya memutar mata jengah melihat tingkah manja Ryna.

"Besok baru mama buatkan seorang satu telur, untuk malam ini di bagi dua saja ya sayang" mama masih berusaha membujuk Ryna agar mau berbagi denganku.

"Maa satu telur saja sudah sedikit, apalagi di bagi dua, aku tidak mau" kali ini suara Ryna benar-benar menyebalkan.

"Kau kira kau tuan putri? Jangan banyak minta, aku juga lapar, memangnya kau saja yang lapar" akhirnya aku angkat bicara.

"Kalau begitu buat untuk dirimu sendiri, ini untukku" sanggahnya sambil menarik piring berisi telur ke hadapannya.

"Kau tidak dengar? Mama bilang malam ini cuma ada satu telur, berhentilah bertingkah manja seperti saat kau masih tinggal dengan Papa" kali ini aku menarik piring berisi telur ke arahku.

"Rany" mama menegurku, berusaha menengahi. Bukan dengan nada tinggi, tapi berhasil membuatku berhenti bicara lebih jauh.

"Apa? Yang aku bilang benarkan?" Katakanlah aku kurang ajar, tapi peduli amat, aku sudah kepalang kesal.

"Dia masih kecil Rany, kau harusnya sudah cukup dewasa untuk memaklumi tingkah adikmu" dewasa apanya, aku hanya anak yang baru menginjak usia 15 tahun.

Ingin rasanya mengeluarkan semua uneg-unegku, sayangnya semua itu hanya sampai di bibirku yang komat-kamit tanpa suara.

"Terserah, makan saja semua telur itu" ucapkan mengalah sambil mendorong piring ke arah Ryna. Apa tadi aku bilang? Mengalah? Yang benar saja.

Ryna yang kepalang senang karena di bela oleh mama langsung melahap nasi dan telurnya tanpa merasa bersalah. Aku di sebrang meja hanya mengamatinya, sambil menunggu. Menunggu ketika bomnya meledak.

Tepat di suapan ketiga ekspresi Ryna tiba-tiba berubah, awalnya ia  tertegun beberapa saat, sampai wajahnya berubah merah diikuti dengan suara tangisnya yang pecah.

Sudut bibirku terangkat, aku tidak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum, senyum kemenangan yang begitu puas.

Demi melihat Ryna yang menangis kencang, mama segera mendekat untuk memeriksa anak bungsunya itu.

"Kau apakan Ryna, Rany?" hardik mama padaku.

Aku hanya mengangkat bahu santai dengan ekspresi sok polosku, seakan tidak tau apa-apa.

"Apa yang kau masukkan ke makanannya?" sekali lagi mama mendesakku agar mau mengaku.

"Aku hanya memasukkan sebuah cabai kedalam telur, tadinya aku pikir telur akan di bagi, jadi aku memasukkan cabai ke telur yang akan jadi bagianku, aku suka makan pedas, mama ingat?"

Kekanak-kanakan? Bodo amat, puas? Tentu saja. Mengalah pada Ryna? Oh yang benar saja, aku bukan sosok kakak dewasa dalam novel ataupun sinetron yang selalu mau berbaik hati dan mengalah pada adiknya.

"Berhenti bertingkah kekanak-kanakan Rany! Mama sudah lelah bekerja seharian demi makan kalian bukan untuk melihat kalian bertengkar malamnya" Kali ini nada mama naik satu oktaf.

"Memangnya aku minta kita hidup seperti? Lantas kenapa mama bercerai dengan papa? Kita bisa hidup enak di rumah papa, mama tidak usah bekerja siang malam hanya demi menafkahi kami" Aku tau kali ini aku sudah benar-benar kelewatan. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajah mama yang terluka mendengar kalimatku, tapi aku terlalu gengsi untuk sekadar minta maaf.

Aku lebih memilih berbalik masuk ke kamar berdinding tripleks di belakangku, meninggalkan mama yang masih berusaha menenangkan Ryna yang menangis dalam gendongannya.

Untuk selanjutnya mengomeli aku dari luar kamar entah sampai jam berapa.

Lagi-lagi aku menangis sambil membekap mulutku erat-erat. Kamar yang lebih pantas di sebut gudang ini menjadi saksi bisu tiap aku menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Turn Back!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang