6. Kelas

26 8 2
                                    

Kali ini apalagi yang ada didalam otak kacangnya itu. Yang ada pastilah tak lebih dari rencana konyol lainnya untuk megusikku lagi.

Selanjutnya yang terjadi adalah, dengan pongah dia menunjukkan bag name tag  yang terbuat dari karton manila berwarna pink di dada sebelah kirinya. Disana tertulis Ryan Jayden dari gugus 8.

Aku memberinya tatapnya datarku, namun selang beberapa detik mataku terbelalak tidak percaya, menyadari bahwa dia segugus denganku. Lengkap sudah kesialanku.

Bisa kulihat senyum penuh kemenangan terukir dengan jelas dibibirnya, menampilkan deretan gigi putihnya yang tersuusun rapi. Tanganku terangkat hendak menepuk jidat meratapi nasibku. Namun, sedetik sebelum telapak tanganku menyetuh jidat, sebuah cekalan dipergelangan tanganku menghentikan pergerakanku.

"Jangan dipukul, bukan salah jidatmu" katanya sambil tergekeh geli. Spontan aku langsung melepaskan cekalannya yang tidak terlalu kuat.

"Ah, aku yakin kau bisa membaca. Jadi mulai sekarang panggil namaku, terserah kau mau panggil Jay, Jayden, Den ataupun Ryan aku tidak peduli tapi jangan dengan sebutan "hey", "hey kau" atau apalah itu, aku tidak suka. Itu terdengar seperti kita adalah orang asing yang baru bertemu kemarin pagi" aku menatapnya datar sambil menaikkan sebelah alisku. Baru kali ini kulihat dia bicara panjang lebar, lucu juga.

"Aku yakin kau sedang lupa ingatan, jadi biar kuingatkan, kenyataannya kita memang baru bertemu kemarin pagi, di depan gerbang sekolah tepatnya. Dan kau memang orang asing bagiku, kalau kau mau tau" balasku telak.

"Terserah" dengan malas aku memutar bola mataku tidak ingin ambil pusing.

***

2 hari kemudian....

"Sekali lagi selamat untuk kalian, warga baru Sma Ainos. Siswa siswi kelas sepuluh. Saya harap kalian akan menjadi penerus yang........"

Apel pagi, merupakan rutinitas setiap pagi di Sma Ainos atau mungkin semua Sma di Indonesia. Para murid yang sudah resmi menjadi bagian dari Sma ini sedang berdiri di tengah lapangan dengan bermandikan cahaya matahari, dan aku salah satu dari mereka. 30 menit berlalu dengan mendengarkan acara cuap-cuap tentang murid kelas sepuluh dari pak Jhon, seorang guru berperawakan tambun setengah baya dengan hobi bemberikan apel dengan info yang diulang terus-menerus, seperti kaset rusak. Tentang harapan-lah, disiplin-lah, peraturan-lah dan masih banyak hal membosankan lainya. Padahal aku sudah tidak sabar ingin pergi ke mading demi melihat di kelas manakah aku berada.

***

Saat ini aku sedang berada di bagian info sekolah, tepatnya di depan papan informasi. Setelah acara penyambutan panjang kali lebar yang baru selesai 5 menit yang lalu setelah 1 jam dihabiskan hanya untuk penyambutan siswa baru. Mataku meneliti deretan nama beserta kelasnya, berusaha mencari namaku diantara deretan nama lainnya.

Dapat! Seruku dalam hati. Setelah bebrapa menit menyusuri nama-nama yang tidak kukenal dalam daftar tersebut.

Namaku berada di urutan ke 12 dari kelas X IPA 2. Okay tidak terlalu buruk. Bola mataku turun menyusuri nama-nama dibawahnya yang sekelas denganku, tepat di urutan ke-20 aku melihat nama yang familiar bagiku. Selama beberapa detik otakku berusaha mencari nama itu di antara memori-memori lainya. Selang beberapa detik aku menyadari jika pemilik dari nama itu adalah orang yang sudah menggangguku beberapa hari belakangan. Ah dia lagi, si Ryan Ryan itu. Bahuku merosot lesu mengetahui bahwa aku akan sekelas dengan orang itu.

"Ah sepertinya kita sekelas ya, sungguh kebetulan yang menyenangkan" aku terlonjak kaget, dan langsung menoleh ketika dengan tiba-tiba mendengar suara dari orang yang sedang kupikirkan. Saat ini si empunya suara sedang menggeleng takzim sambil menatap daftar nama-nama tersebut, dengan senyum yang sulit kuartikan. Seperti orang tua yang sedang membuat rencana masa depan anaknya, atau apalah, aku tidak mengerti. Yang pasti itu bukanlah pertanda baik untukku.

Turn Back!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang