4. Escape

29 10 0
                                    

Jangan lupa vote n coment yah😊

Kini aku berada di dalam sebuah mobil, terjebak bersama pria pembawa masalah yang duduk tepat di sebelahku. Mobil yang kami tumpangi tidak dapat bergerak karena lampu merah yang menghalangi, serta polisi yang sedang berjalan kearah mobil yang kami tumpangi, semakin membuat kami terpojok.

Memangnya apa lagi yang lebih buruk dari seorang murid yang taat akan aturan terjebak bersama pria menyebalkan dan di sudutkan oleh tiang lampu merah yang menyala serta polisi yang siap membawa kami ke kantor polisi dengan tuduhan bolos sekolah serta membawa kendaraan padahal masih di bawah umur. Hell.

Aku memejamkan mataku erat-erat berdoa dalam hati agar polisi itu membiarkan kami pergi. Meski sangat kecil kemungkinan dia akan membiarkan kami lolos begitu saja.

Tok, tok, tok

Aku membuka mataku kaget sesaat setelah suara ketukan jendela tertangkap oleh indra pendengaranku. Aku menoleh dengan cepat ke asal suara itu datang dan dapat kulihat Polisi itu sekarang sudah berdiri di samping jendela kemudi, berusaha mengamati kedalam.

"Ssstt. Sembunyikan wajahmu jangan sampai terlihat" gumam pria disebelahku pelan namun masih dapat kudengar, aku mengangguk mengiyakan, kali ini aku tak membalas ataupun memberontak karena situasi yang menjepit memaksaku untuk menuruti perkataannya, toh tidak merugikanku.

Aku segera menutup wajahku menurut. Kaca mobil semakin di gedor. Sekali lagi aku mengintip tiang di depan sana melalui sela-sela jariku. Masih 5 detik lagi, kenapa lama sekali sih. Gerutuku dalam hati tak dapat menahan kekesalanku.

TOK, TOK, TOK...

Gedoran semakin nyaring dan tak sabaran ingin segera di buka.

"Hei, siapa didalam?! Buka pintunya!" kali ini di iringi dengan suara berat nan tegas yang dapat ku dengar meski kami berada di dalam mobil. Aku semakin bergetar di tempatku, raut cemas, khawatir, dan tegang bercampur membentuk ekspresi yang tak bisa terelakkan dari wajahku. Ya Tuhan, gumamku lamat-lamat dalam hati sambil memejamkan mataku erat.

"Siapapun kalian keluar sekarang dalam hitungan ketiga! atau aku akan gunakan cara kekerasan!" ancam pak polisi. Sungguh, suaranya sangat nyaring sarat akan kemarahan dan ketidak sabaran yang membendung siap meluapkan kekesalannya, sampai-sampai aku dapat merasakan kaca mobil agak bergetar diikuti dengan pahaku yang juga bergetar tak karuan.

Kembali ku intip tiang vonis itu di balik sela-sela jariku.

3 detik

"Baiklah, baiklah, kami akan keluar" teriak pria di sebelahku, mataku membulat sempurna mendengar kalimat menyerah tak terduga itu meluncur mulus dari bibirnya.

2 detik

Kulirik pak polisi di luar sana, dia mundur beberapa langkah memberi jarak agar pria di sebelahku dapat membuka pintu.

Kulirik sekali lagi ke depan. Tepat di detik terakhir kurasakan tubuh terbanting ke kiri, rupanya pria itu langsung membanting stir kekanan begitu lampu berubah hijau. Hal itu sangat memungkinkan mengingat mobil kami berada di bagian paling depan di antara mobil-mobil lainya.

Kejadiannya begitu cepat, aku memutar kepalaku kearah jok kemudi, dapat ku lihat tangan kananya mengemudikan mobil dengan lincah sedangkan tangan kirinya merengkuh bahuku agar tetap seimbang dan tidak membentur sesuatu. Mobil melaju dengan begitu cepat menyalip kendaraan lain, mengingat jalanan yang kami lalui tidak terlalu macet.

Seakan belum cukup sampai disitu, sirine mobil polisi terdengar mengejar kami dari belakang. Jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya memompa darah kesuluruh pembulu dengan cepat memaksa tubuhku kembali bergetar halus. Tiba-tiba saja aku merasa tidak ada oksigen di sekitarku, napasku tidak beraturan karena serangan panik. Aku tidak bisa berfikir dengan jernih.

Turn Back!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang