Hoamm...
Seorang gadis baru saja terbangun dari tidurnya tak kala merasakan matahari mulai mengintip lewat jendela kamar apartemen. Diregangkan tangannya dan samar suara tulang berbunyi akibat pergerakan yang dilakukannya.
Telponnya berdering, dengan gerakan malas, ia menunduk untuk memungut benda persegi itu yang tergeletak mengenaskan dilantai.
Matanya menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang dihasilkan dari ponselnya, barulah saat matanya menyesuaikan ia melihat sejumlah panggilan dimana jika di totalkan ada 56 panggilan.
Kali ini gadis itu mengangkatnya, dan belum saja ia mengeluarkan sapaan, pekikan di seberang sana mau tak mau membuatnya menjauhkan ponsel itu sejenak dari telinganya.
"VEISA MIANARA LO DIMANA?! KENAPA BARU ANGKAT TELPON DARI GUE!"
"Sorry, Ri. Aku baru bangun." ucapnya masih dengan mulut menguap.
Terdengar teman telponnya mendengus keras tetapi Veisa tak menghiraukannya."Jangan bilang lo lupa bahwa hari ini akan diadakan meeting jam 8:30. Lo tau nggak bos udah nyariin dari tadi."
"Ingat kok, 8:30 kan? Santai aja Ri." balas Veisa kelewat tenang, malah kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur, tetapi kalimat selanjutnya dari Ria membuat Veisa sontak menegakkan tubuh.
"Enteng bener lo bilang 'santai' saat jam menunjukkan jam delapan lewat lima menit."
Dua kata untuk Veisa sekarang ini, tamatlah riwayatnya. Mengapa bisa dia kebablasan begini.
"Duh, Ria mampus aku. Gara-gara novel yang kamu kasih aku begadang semalaman buat baca sampai selesai." keluhnya dengan panik mengundang Ria disebrang sana berdecak.
"Sekarang lo kesini. Lo tau, bos kita udah kebakaran jenggot karena nggak ngelihat lo di mana-mana."
Tanpa di perintahkan dua kali pun Veisa akan melakukannya, Veisa segera mematikan sambungan lalu dengan gerakan kilat ia menuju kamar mandi.
Tidak ada ritual mandi, sebab dirinya dikejar waktu.
Masih ada waktu sekitar 25 menit waktu meeting. Dan ia akan memanfaatkan waktu itu secara baik.
10 menit kemudian, Veisa bergegas keluar dari apartemennya. Untunglah jarak kantor dan tempat tinggalnya tidak jauh, hanya butuh 10 menit menggunakan motor miliknya untuk tiba disana. Dan jika ia sampai, maka dirinya akan memasang senyum jumawa pada bosnya atau bila perlu Veisa akan mencabut rambut ubannya guna bisa menghindari ancaman gaji dipotong.
Keluar dari area apartemen, Veisa segera menuju kearah parkiran.
Tak butuh waktu lama, kendaraan roda dua dengan merek Vespa tersebut sudah melenggang dijalan raya.
Jalanan nampak senggang, membuat Veisa kesetanan menaikkan pedal gasnya. Dengan kecepatan 80, Veisa tidak lama lagi akan tiba pada lampu merah. Tinggal belokan kiri pertama, maka tak jauh lagi gedung kantornya bakal terlihat.
Sedikit menurunkan pedal gas-nya, Veisa berbelok. Tetapi sesuatu tak dinginkan terjadi.
"BAGAIMANA BISA ADA ANJING KAWIN DIJALAN!" pekiknya berusaha menghindari dua binatang itu yang sedang bersenggama.
Motornya menghantam trotoar jalan, berakhir dengan menubruk gerobak penjual gorengan dimana tampak sang penjual benglisatan tak kala melihat sebuah motor mengarah kearahnya atau lebih tepatnya pada gerobak gorengannya.
Bruk!
Veisa terpental dipinggir jalan, sedang motornya sudah berakhir mengenaskan dengan beberapa puing berhamburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten Figure (end) Pindah Ke KUBACA Dan ICANNOVEL
FantasyPINDAH KE KUBACA dan ICANNOVEL Entah kesalahan apa yang telah Veisa Mianara lakukan dimasa lalu hingga takdir dengan begitu kejam menempatkannya pada posisi yang sama sekali tidak diinginkan. Gara-gara menghindari dua ekor anjing yang sedang kawin d...