Miana menatap kagum pada hamparan yang tersaji dihadapannya.
Aneka jenis bunga hidup berdampingan, mereka tumbuh bersama walau bukan dari jenis yang sama dengan kuncup tertutup. Tapi itu adalah keindahan, sebab perbedaan ini seperti melihat titik-titik kecil pelangi.Diedarkan pandangannya disekitar, orang dengan berpakaian sama seperti dirinya juga tampak sudah berada disana.
Benar kata Eria, bukan hanya dirinya saja yang tak memiliki telinga runcing.
"Eria, apakah disini khusus peri bunga?" tanyanya pada gadis dimana saat ini tengah merapikan kepangan rambutnya.
Eria menoleh, lalu mengangguk.
"Kita hanya peri tingkat rendah, hal seperti ini justru sangat biasa untuk dilihat bagi kaum disini." ujarnya mengambil posisi disamping Miana.
Didepan mereka ada sekumpulan kecil bunga beraneka ragam, namun Miana masih bingung, apa yang musti dia lakukan?
"Lihat ini." Eria mengarahkan mata Miana untuk menatap apa yang tengah dilakukannya. Gadis itu merentangkan tangan kedepan atau lebih tepatnya kearah sekumpulan kecil bunga dihadapan mereka.
Miana tak memutuskan pandangannya bahkan saat Eria menjetikkan jarinya, dan hal selanjutnya terjadi sukses membuatnya berseru heboh.
"Woahh, ini sangat keren Eria." pujinya tak mempedulikan beberapa pasang mata meliriknya.
Miana terkagum-kagum saat kuncup bunga-bunga itu bermekaran, membuka kelopaknya dengan begitu indah, jangan lupakan kupu-kupu aneka warna berada diatas bunga mekar tadi.
Eria tersenyum melihat antusias gadis disampingnya itu. "Sekarang yang perlu kau lakukan adalah arahkan pandangan serta tanganmu pada bunga disana, fokuslah pada bunga itu saja. Pastikan itu membuat mu rileks sembari membayangkan bunga itu seolah mekar." ucpanya menjelaskan dengan pelan-pelan kepada Miana.
Miana mengangguk, lalu tangan kanannya mulai terulur kedepan. Pikirannya coba ia tenangkan.
Jring.
Miana mengerjap, begitupun Eria. Kedua gadis itu saling lempar pandang.
"Kok ngga terjadi apa-apa, ya?" Eria bertanya heran. Pasalnya peri bunga dan bunga itu sendiri bagai memiliki ikatan alami yang berasal dari jiwa peri.
Sekali lagi Miana mempraktekan apa yang Eria katakan, namun lagi-lagi tak ada bunga yang membuka kuncupnya.
"Eria ini tak berhasil." keluhnya gamang, mengingat kembali bahwa hari ini ia akan lapar total.
Eria mencoba menenangkan Miana dengan menepuk bahunya pelan. "Tidak apa-apa, mungkin tubuhmu masih lemah untuk melakukan hal ini. Bila sudah sembuh total, aku yakin kau akan bisa melakukannya seperti dulu." hiburnya, walau sepertinya kurang berhasil saat melihat bibir Miana cemberut.
"Oh ya, kau mau lihat aku beratraksi tidak." Eria mencoba mengalihkan perhatian Miana, membuat gadis yang masih di rundung awan kelabu itu menatapnya.
Eria tersenyum simpul, ia kembali pada posisinya semula yakni menghadap ke arah kumpulan bunga yang sudah bermekaran semua.
"Lihat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten Figure (end) Pindah Ke KUBACA Dan ICANNOVEL
FantasyPINDAH KE KUBACA dan ICANNOVEL Entah kesalahan apa yang telah Veisa Mianara lakukan dimasa lalu hingga takdir dengan begitu kejam menempatkannya pada posisi yang sama sekali tidak diinginkan. Gara-gara menghindari dua ekor anjing yang sedang kawin d...