08. PEMBAYARAN BERIKUTNYA

3.5K 440 30
                                    

Jaemin bisa mendengar erangan Sanha yang tengah tercekik tali tambang dari jarak dekat. Dia berpikir dia bisa mendengar tulang leher pemuda tersebut patah di dalam sana dan membuat sedikit senyuman dari bibir Jaemin tercipta pada suara yang didengarnya tersebut. Merasa terhibur atas perbuatan jahat yang telah dilakukannya, yang menimbulkan rasa sakit dan penderitaan pada orang lain. Selama hidupnya, rasa sakit dan penderitaan selalu ditimpakan pada pemuda tersebut, namun kali ini, giliran Jaemin yang memberikan semua apa yang telah dia rasakan pada orang lain. Baik atau salah, sudah bukan menjadi masalah baginya.

Sesaat setelah Jaemin tersenyum, tiba-tiba saja tubuhnya sedikit gemetar dan bertanya-tanya pada diri sendiri atas apa yang telah diperbuatnya. Tubuhnya seperti masih menolak reaksi atas apa yang telah diperbuatnya dan kini menjadi pertanyaan besar bagi dirinya. Dimana akhlak baik dirinya selama ini?

"Jen, apa yang gue lakuin ini udah benar?" tanya Jaemin pada pemuda disebelahnya tanpa melepas atensi pada tubuh Sanha yang mulai melemas.

Wajah riang Jeno membentuk lengkungan pada garis bibirnya menampilkan senyuman iblisnya pada pertanyaan yang dilontarkan Jaemin padanya. "Hey, itu pertanyaan yang harusnya keluar dari mulut Jaemin yang dulu, Jaemin yang baik hati. Tapi, Jaemin yang baru sudah tidak punya jiwa, ingatkan?" Jeno mengingatkan Jaemin tentang siapa dia sekarang.

Jaemin sedikit bingung dan meremangkan bulu kuduknya begitu mendengar jawaban yang diberikan oleh Jeno. Dan jawaban tersebut bukanlah jawaban yang ia ingin dengar. Jaemin hanya butuh jawaban YA dan TIDAK. Jeno tidak pernah memberikan Jaemin jawaban yang sesuai dengan apa yang dia tanyakan dan membuat pemuda tersebut sedikit kesal. Jeno selama ini hanya bersikap bahwa seolah semua ini hanya sebuah games baginya. Dan Jaemin tidak sedang dalam mood yang baik untuk mengikuti permainan iblis tersebut. Ini hidupnya. Dan semua balas dendamnya ini bukan sekedar permainan baginya.

"Ya ini karena salah lo. Udah tau jiwa gue lo bawa kemana-mana, ya perasaan gue yang lama balik lagi lah setiap gue deket sama lo!" oceh Jaemin, menyalahakan Jeno dan jiwa lamanya yang masih dalam genggaman iblis tampan tersebut. Jiwanya, kebaikannya, dan semua akhlak baiknya yang sangat Jaemin benci.

"Buang aja! Gue benci."

"Ssstt." Jeno mendiamkan Jaemin yang tengah mengomel.

"Sabar sayang. Tidak menyenangkan kalau langsung dibuang begitu saja," lanjut Jeno, membuat Jaemin bahkan semakin kesal. "Aku mau kamu kembali memiliki perasaan ketika kamu disekitarku," tambah Jeno seraya mendekati Jaemin dengan begitu mudah. Gerakan pemuda tersebut seperti menyatu dengan angin. Seperti dia meluncur ke dalam kegelapan.

"Maksudnya gimana bangsat!?" tanya Jaemin setengah berteriak diiringi dengan amarahnya yang mulai memuncak, menatap tajam pada Jeno dipenuhi dengan hina dan jijik.

"Demi neraka, kamu lucu banget kalo lagi marah gini, Jaem. Kamu tahukan bahkan kamu tidak akan bisa marah seperti ini ke yang lain. Lihat apa yang bisa jiwamu lakukan padamu. Jiwa ini bisa membuat dirimu dipenuhi dengan berbagai macam emosi. Hal. Terindah. Yang. Dimiliki. Oleh. Setiap. Manusia," ucap Jeno panjang lebar. "Dan kenapa harus terganggu dengan harus tahu apakah benar? Atau salah? Bagaimana bisa semua hal di dunia manusia harus benar atau salah? Benar atau salah diberikan padamu. Semuanya diajarkan padamu. Dikatakan padamu. Diinstruksikan padamu. Dan diletakkan di dalam hidupmu."

Selagi Jeno menyamakan tingginya dengan Jaemin, dia mendekatkan bibirnya yang dingin pada salah satu ujung telinga Jaemin dan berbisik pelan pada pemuda tersebut, "tidak ada yang salah, dan tidak ada yang benar, Jaemin sayang."

Jaemin menatap pada Jeno aneh. Bulu kuduk pemuda pemuda tersebut kembali meremang. Ada keinginan, hasrat dan kebencian disana. Namun, juga ada rasa penasaran disana. "Kalau begitu, semuanya bakal sia sia. Kalau ga ada yang benar dan salah di dunia ini, berarti sia-sia kita hidup selama ini," ucap Jaemin. Hatinya remuk bersama dengan kesedihan. Manusia harus hidup menyedihkan, mematuhi kuasa yang tidak bisa dilihat, mentaati aturan yang tak terlihat. Berharap menerima cinta dan kasih sayang dari Tuhan yang bahkan juga tidak bisa dilihat.

The Demon Lovers ( Jeno + Jaemin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang