Saat udara sejuk senja perlahan mulai menyelimuti permukaan kulitnya, Sanha terus berlari menyusuri jalan setapak yang diterangi oleh cahaya jingga sore yang perlahan turun dari peraduannya. Pemuda tersebut perlu mengurangi beberapa kilogram lemak yang menumpuk di perutnya. Dan Sanha harus menyelesaikan putaran terakhirnya ini sebelum hari semakin gelap. Sanha melakukan aktivitasnya ini setiap hari, sepulangnya dari sekolah. Memutari jalanan setapak di dalam hutan kota yang berada di pinggir kota.
Sanha sangat ingin mendapatkan perhatian dari Nancy, gadis paling sexy di sekolah. Pemuda tersebut berpikir, dengan mengurangi berat tubuhnya, dia mungkin bisa mendapatkan kesempatan. Dia berpikir bahwa sebenarnya, dirinya cukup tampan. Maka dari itulah, dia bertekad untuk olahraga secara teratur.
Dari kejauhan, beberapa meter berjarak dari posisinya saat ini, Sanha melihat sepasang sosok yang berdiri di bagian tergelap hutan. Saat dia semakin dekat dengan sepasang sosok tersebut, dia menyadari salah satu dari mereka adalah seseorang yang familiar baginya. Jadi dia berhenti, menyunggingkan senyuman pada salah satu dari mereka dan sedikit melambaikan tangannya pada sosok tersebut.
Awalnya, Sanha meragukan tindakannya. Apakah dia harus terus berjalan menghampiri sosok yang dikenalnya tersebut, atau dia harus kembali setelah sesaat dirinya merasa sedikit ketakutan dengan kehadiran satu sosok lainnya.
"Bodoh banget gue. Ga ada apa-apa udah. Itu cuma Na Jaemin dan err...." batin Sanha selagi dirinya kembali meneruskan langkah kakinya menghampiri Jaemin dan sosok di sebelahnya.
Jadi, dia terus berjalan menghampiri Jaemin, berpikir bahwa dia tidak akan berhenti dan menyapa Jaemin terlebih dahulu. Dia harus kembali ke rumah sebelum gelap dan harus menyelesaikan putaran ini. Namun, saat dia hampir mendekati dua sosok di depannya, ingatan masa lalunya tiba-tiba saja terputar di pikirannya.
✴️✴️✴️
1 tahun dan 8 bulan sebelumnya.
Sanha mengejar Jaemin yang sedang berjalan ke kelas dengan tergesa-gesa. "Jaemin, tugasnya gimana?" tanyanya.
"Ah,tugasnya udah selesai kok," jawab Jaemin seraya mengambil selembar kertas yang diambilnya dari dalam salah satu buku di tangannya. Sanha berbohong pada Jaemin, mengatakan pada Jaemin bahwa ayahnya tengah sakit dan dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
"Thanks Jaem. Emang lo yang terbaik deh!" ucap Sanha seraya menyengir bahagia dan menepuk pelan pundak Jaemin.
"Gapapa, santai aja. Gue senang bisa bantu lo. Ayah lo gimana?" tanya Jaemin.
"Hah?" sesaat, Sanha lupa tentang tentang kebohongannya tersebut dan kemudian dengan cepat dia teringat kebohongannya itu.
"O-Oh iya. Syukurnya Jaem, dia udah baikan sih," ucap Sanha berbohong.
Sebenarnya jika Sanha dengan orang lain saat ini, akan sangat mudah menyadari bahwa dia tengah berbohong saat ini. Dilihat dari tingkah anehnya beberapa saat sebelumnya. Namun, yang didepannya saat ini adalah Jaemin. Dan Sanha sangat yakin bahwa Jaemin tidak akan menyadarinya. Jaemin itu bodoh. Seperti anak kecil yang gampang dibohongi dan dimanfaatkan.
"Syukurlah kalau begitu. Eung, gue duluan ya. Byee," ucap Jaemin lalu berjalan memasuki ruang kelasnya, meninggalkan Sanha yang tengah memeriksa tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon Lovers ( Jeno + Jaemin )
FanfictionKutu Buku? Ya. Bully? Ya. Depresi? Ya. Gay? Ya. Dengan semua hal itu, Kehidupan sekolah Na Jaemin terasa seperti berada dalam neraka baginya. Tapi, bagaimana jika dia dapat meminta kepada neraka sebuah bantuan untuknya?. ⚠️⚠️WARNING!!!⚠️⚠️ 📍Boy x...