"Kamu ini kenapa, Jaemin? Selama ini kamu tidak pernah dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Tapi sekarang kamu udah dua kali dipanggil kesana dan kali ini karena kamu mencium cowok?? Di depan semua orang???" itu ibuku yang terus mengulangi perkataan yang sama sejak sejam yang lalu. Nada tinggi teriakannya sampai menyakitkan telingaku.
"Ya," jawabku acuh tak acuh atas pertanyaannya yang mana semakin membuatnya naik pitam.
"Kamu percaya apa yang dia omongin???" ibuku bertanya pada ayahku dengan nada yang semakin naik. Ayahku hanya bisa terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun semenjak kami berada diruangan ini saat ini. Perasaannya berkecamuk saat ini. Melihat kedalam hatinya, merasa kasihan terhadap apa yang tengah terjadi padaku dan dia berpikir apa yang aku lakukan di sekolah hanya karena aku ingin melakukannya, menjadi seorang pemberontak.
Kalian pasti bingung bagaimana aku bisa tau isi hati ayahku. Aku memiliki kemampuan itu semenjak aku terbangun dari koma. Aku bisa melihat isi hati seseorang dan tahu apa yang tengah mereka rasakan. Aku juga menyadari bahwa aku bertambah kuat dan cepat. Jeno sempat berkata bahwa dia meminjamkan Sebagian kemampuan iblisnya padaku untuk membantuku membalas dendam. Aku tidak tahu harus menyebut ini sebagai berkah atau kutukan.
Ayahku hendak berbicara saat tiba-tiba aku berdiri dan berjalan ke arah pintu. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membebani kalian lagi," ucapku seraya keluar dari pintu rumah, masuk ke dalam gelap dan dinginnya malam. Aku bisa mendengar ibuku yang menangis dipelukan ayahku. Kenapa dia menangis? Aku tidak merasa apa yang aku lakukan adalah suatu kesalahan. Aku tidak punya jiwa. Bagaimana bisa aku merasakan apapun? Hal terbaik yang dapat aku lakukan adalah mengabaikan mereka. Mereka sangat mengganggu.
Aku tahu kemana kini aku akan pergi. Aku menuju "rumah palsu"nya Jeno. Dia sangat berbahaya dan tidak terduga. Tapi, satu-satunya yang dapat aku percaya hanya iblis tampan tersebut. Jika dia akan membunuh ku disana nantinya, aku tidak akan peduli lagi. Dia harus menyingkirkan jiwaku secepatnya. Jiwa yang membuatku selalu berpikir dua kali. Aku benci jika harus berpikir dua kali. Aku benci aku yang dulu. Aku yang baik hati.
"Jaemin!"
Aku mendengar seseorang meneriakkan namaku ketika aku melewati sebuah lapangan. Aku membalikkan tubuh dan mendapati Hyunjin yang tengah terengah-engah. Dia pasti berlari saat mencoba menghampiriku saat ini. Aku melihatnya dengan sedikit rasa penasaran dan memasang wajah "lo mau apa?" terhadapnya. Dia terhening melihat tepat pada kedua mataku, terlihat kesusahan memikirkan kata yang akan dia ucapkan. Dia membuka dan menutup mulutnya berulang kali seperti ada sesuatu yang sangat ingin dia sampaikan namun tersangkut di tenggorokan pemuda tersebut. Merasa membuang waktu percuma menunggunya, aku kembali membalikkan tubuhku melanjutkan perjalan ke tempat yang akan aku tuju sebelumnya.
"Tunggu!" ucap Hyunjin meraih tanganku dan menarikku untuk menghadapnya kembali.
"Kenapa Hyunjin?? Lo mau gua dorong lagi kaya tempo hari?" ucapku skeptis mengingatkannya pada kejadiaan saat aku mendorong dia ke loker beberapa hari yang lalu. Dia masih menggenggam erat tanganku.
"Aku.. Aku minta maaf," dia akhirnya bisa mengucapkan kata yang sedari tadi ingin dikatakannya.
"Buat apaan?" aku bertanya, berpura-pura bodoh awalnya namun seketika aku menatap tajam padanya. "Oh, karena lo udah perkosa gue dengan teman-teman lo yang buat gue hampir mati, buat itu?" ucapku diiringi tertawa kecil yang terdengar sinis mendengar pertanyaanku sendiri.
"Ya, mungkin kata MAAF bisa menebus semuanya," ucapku sarkastik.
Dia terlihat seperti dia benar-benar merasa sangat bersalah. Melihat ke dalam hatinya, ya dia benar-benar merasa bersalah. Namun siapa peduli.
"Jaem dengar... please.. aku..." dia bahkan tidak bisa menyelesaikan ucapannya.
"Lepasin gue," perintahku santai untuk melepaskan tanganku.
"Jaemin..." dia memanggilku.
"Aku masih sayang kamu. I still love you," ucapanya lagi.
"You and I have history, kamu ingatkan?" tanyanya, mungkin berpikir bahwa aku benar-benar kehilangan Sebagian ingatanku.
"Oh ya, benar. We're 'history'... Ingatkan?" tanyaku kembali padanya. Mengingatkannya juga bahwa aku tentu saja masih mengingatnya. Dan semua kenangan yang dia bicarakan? Semuanya telah berakhir.
"Aku putus dengan kamu. Aku kesal saat itu. Makanya aku ngelakuin itu. Rencana awalnya cuma aku yang akan memperkosa kamu tapi mereka malah ikutan. Aku ga tau harus berbuat apa, aku ga bisa berhentiin mereka," Hyunjin mencoba membela dirinya yang mana malah terdengar seperti pendapat egois dari seorang bajingan.
Perasaanku campur aduk saat ini. Amarah dan juga..... kesedihan.
"Lepasin gue. Lo buat gue jijik!" ucapku seraya bersusah payah menarik tanganku dari genggamannya. Air mata perlahan menggenang di pelupuk mataku. Kenapa aku jadi gini? Kenapa tiba-tiba aku bisa memiliki perasaan lagi? Mungkin Jeno berada disekitar sini. Jiwaku... pasti saat ini berada disekitar sini.
"Lo mau gue tonjok hah? Gue bilang lepasin gue, Hyunjin!" teriakku pada Hyunjin.
Dengan keraguan, dia melepaskan genggamannya pada tanganku. Air mataku mengalir begitu saja. Hyunjin juga menangis.
"Maafin aku, Na," ucapnya dengan nada suara yang terdengar sangat hancur.
Sekuat tenaga aku melawan perasaanku. Sangat sulit karena aku, saat itu hampir saja berbaik hati dan memaafkannya lagi. Seperti waktu-waktu sebelumnya.
Aku pernah memaafkannya. Aku berulang kali memaafkan semua tindakan yang pernah dia lakukan padaku sebelumnya. Namun, tidak untuk kali ini.
" MAAF. GA. AKAN. BISA. MERUBAH. APAPUN!" aku berteriak penuh amarah terhadapnya. "Gue bukan Na Jaemin yang lo kenal dulu! Lo bakal dapat pembalasan yang pantas buat lo!" ucapku memperingatinya, berbalik dan berjalan secepat mungkin meninggalkannya. Aku sekejap menyadari apa yang telah terjadi barusan. Emosi yang seharusnya tidak bisa aku kendalikan. Aku akan memukul wajah tampan si bodoh Jeno ketika aku menemukannya. Dia membuatku bisa merasakan emosi.
Aku benci. Aku benci bisa merasakan emosi. AKU MEMBENCINYA.
✴️✴️✴️ To Be Continued ✴️✴️✴️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon Lovers ( Jeno + Jaemin )
FanfictionKutu Buku? Ya. Bully? Ya. Depresi? Ya. Gay? Ya. Dengan semua hal itu, Kehidupan sekolah Na Jaemin terasa seperti berada dalam neraka baginya. Tapi, bagaimana jika dia dapat meminta kepada neraka sebuah bantuan untuknya?. ⚠️⚠️WARNING!!!⚠️⚠️ 📍Boy x...