Part 8 : Kebenaran (END)

307 40 0
                                    

Warn: pembunuhan, darah




Hari ini Minho pulang larut malam. Ia terpaksa pulang jam segini karena lembur di kantor. Banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum di serahkan kepada pimpinan.

Sebenarnya, dia agak was-was, sebab kemarin ada berita baru mengenai pembunuhan yang terjadi di lingkungannya. Apalagi, setelah tahu korban dari pembunuhan itu adalah pria yang ia pukul saat menyelamatkan Jisung.

Jalanan begitu sepi, kendaraan saja tidak ada yang lewat. Para warga sudah mengunci rapat pintu rumah mereka dan mematikan lampu. Hanya lampu jalanan yang masih menyala.

Iya, orang-orang begitu ketakutan. Mereka tidak ingin kejadian yang tak mengenakan menimpa mereka.

Minho juga, tapi dia berusaha untuk meyakinkan dirinya.

'Tak akan terjadi apa-apa, tenang Minho'

Samar-samar, Minho mendengar jeritan seorang pria. Ia tertegun.

Suara itu terdengar tak jauh dari tempatnya, ia rasa suara itu dari gang yang akan ia lewati.

'Bagaimana ini?', ia bingung.

Minho ragu, apa ia harus menolong seseorang itu atau membiarkannya. Jika ia menolong orang itu, bisa saja ia ikut terseret, ikut menjadi korban. Tapi, jika ia tidak menolong orang itu, orang itu akan mati. Ia semakin bingung.

Namun, ia penasaran dengan seseorang yang tega melakukan perbuatan keji itu.

Selama ini, tidak ada satu orang pun yang tahu pembunuh itu. Para polisi saja tidak mendapatkan petunjuk apapun.

Minho memberanikan diri untuk mendekat ke arah gang di depannya, mendekat, semakin mendekat dan sudah dekat.

Ia mengintip dari balik tembok. Darah berceceran dimana-mana mengotori tanah. Minho melihat orang itu melayangkan pisau dagingnya ke arah kaki si korban. Memotong bagian kaki itu kecil-kecil untuk di ambil dagingnya, lalu di masukkan ke kantong plastik yang sudah disediakan.

Orang itu sampai menjilati tangan yang berlumuran darah itu dengan nikmat. Tidak ada rasa jijik sama sekali. Ia malah terlihat begitu senang menjilati darah itu.

Minho menutup mulutnya tak percaya, semakin takut setelah tahu siapa pelaku pembunuhan yang selama ini membuat para warga resah.

"Ji-Jisung..."

Laki-laki yang selama ini ia kagumi, yang telah membuat dirinya jatuh hati dengan segala tingkah lakunya yang lucu. Si tupai yang sering ia puji karena wajah cantik dan manisnya.

Jisung menoleh lalu tersenyum dengan wajah manisnya yang di sukai banyak orang.

"Kakak mau gabung?" tanya si tupai dengan mulut penuh darah yang ia jilat.









































END

Si Kelinci yang Mengagumi Si Tupai [Minsung ver.] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang