Seorang laki-laki dengan kemeja putih dan dipadukan dengan jas dan dasi hitam berjalan dengan santai keluar dari lift serta kacamata hitam sebagai pelengkapnya menambah kesan sempurna pada dirinya.
Semua mata yang berada di kantor tertuju pada dirinya. Dia tersenyum ramah dan menyapa satu persatu yang bekerja disana.
Dia Boun.
Keponakan dari pemilik perusahaan terbesar di kota tersebut menjadi bahan pembicaraan di kantor milik pamannya yang sudah cukup tua dan sudah menganggap Boun sebagai anaknya. Beliau tidak memiliki satu anakpun dari istrinya karena kemandulan yang dialami sang istri.
Dia sudah memutuskan untuk membiarkan Boun menjadi pemimpin di perusahaan tersebut karena sudah saatnya dia fokus kepada kesehatannya.
"Prem! Lu masih marah nih ama gw?" Tanya Jack yang mengikuti Prem ke kamar mandi namun Prem tidak menjawabnya karena masih kesal karena perkataan Jack tadi malam.
"Awas gw mau keluar" ujar Prem yang sudah selesai mencuci tangannya dan akan kembali ke mejanya namun Jack menghalangi pintu kamar mandi.
"Maafin gw dulu, lu kan sahabat gw yang paling baek" ujar Jack membujuk.
"Ah gw tau! Gimana kalo gw traktir lu makan?" Tambah Jack kemudian Prem tersenyum sambil memikirkan ide untuk membuat Jack menyesal karena telah berbicara lancang seperti tadi malam.
"Asal lu traktir gw sepuasnya, gw maafin lu" ujar Prem tersenyum namun Jack melototkan matanya kaget.
Walaupun dia anak dari seorang yang kaya raya, Jack tidak ingin merepotkan orang tuanya dan memilih untuk bekerja namun orang tuanya tetap memperdulikan dia dan sering mengunjungi rumahnya bersama Prem untuk melihat keadaan anaknya.
"Bisa bisa gw bangkrut kalo gini" ujar Jack pelan namun terdengar oleh Prem.
"Yaudah gw gak mau maafin lu" timpal Prem kemudian menepis tangan Jack dan keluar dari kamar mandi.
"Prem! Ya elah iye ntar gw traktir lu sepuasnya" teriak Jack sambil berlari mengikuti Prem yang meninggalkan dirinya.
"Jadi lu gak ma-
Ucapan Jack terpotong saat dia melihat Prem yang mematung ditempat karena melihat seorang pria yang berdiri di seberangnya.
Prem tidak menyangka yang dia lihat itu adalah Boun. Pria yang dulu meninggalkannya tanpa alasan dan yang dia ketahui Boun juga sangat mencintai dirinya. Namun dia tidak bisa memprediksi Boun
Boun membuka kaca matanya dan melihat Prem disana dengan wajah yang tidak dapat ia artikan.
"Weh Weh Prem! Tungguin gw" teriak Jack yang berlari lagi mengejar Prem yang meninggalkan tempat itu.
Boun mengerti mungkin Prem marah padanya, kemudian dia kembali memakai kacamata dan masuk kedalam ruangannya diikuti dengan Clara, sekretarisnya.
Boun kemudian duduk di kursinya dan melempar kacamatanya dengan sembarang di atas meja.
"Lo napa Boun?" Tanya Clara saat melihat Boun melempar kacamatanya.
Clara merupakan teman yang dikenalkan Dave pada Boun 5 tahun yang lalu, bahkan Clara tau Boun adalah gay serta dia mengetahui kisah cinta Boun dan Prem.
Boun tidak pernah menyebut nama atau memperlihatkan foto Prem kepada Clara karena dia berfikir bahwa sudah cukup ceritanya saja yang Clara ketahui tanpa mengetahui orangnya.
"Pusing gw" ujar Boun kemudian Clara mendekati Boun dan memijit kening Boun dari belakang agar Boun merasa nyaman.
Boun merasa sangat canggung ketika bertemu dengan Prem walaupun ingin rasanya dia menarik Prem ketubuhnya agar rasa rindunya sedikit terbalaskan. Namun hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi karena Boun merasa Prem sangat tidak ingin bertemu dengan dirinya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Boyfriend | BounPrem [✓]
Fanfiction[After Boyfriend] "Tolong kembali dengan perasaan yang sama seperti dulu dan buat akhir yang bahagia" -Prem Warut Chawalitrujiwong bxb🌈 Ps : Harap membaca 'BOYFRIEND' terlebih dahulu karena ini kelanjutan dari cerita sebelumnya😉