TRBF_8

2.5K 216 1
                                    

Jack akhirnya menyetujui Boun untuk berbincang dengan Prem. Dia menunggu diluar meninggalkan Prem dan Boun berdua di dalam ruangan.

"Gw sayang sama lo Prem, gw kangen sama lo" ujar Boun jujur disela dia memeluk Prem yang juga membalas pelukannya.

Prem melepaskan pelukannya dan menatap wajah Boun dengan mata yang berkaca-kaca. Dia sangat menatap lekat mata indah dari seseorang yang sangat ia cintai itu.

Prem langsung mendekatkan wajahnya dan langsung mencium lembut bibir Boun yang refleks menutup matanya. Dia sangat menikmati ciumannya hingga Boun menidurkan Prem tanpa melepaskan ciumannya.

Boun dengan sengaja melepaskan ciumannya dan melihat jam. Dia harus segera pergi karena Dave mungkin menunggunya untuk menukarkan pakaian mereka kembali.

"Prem, gw gak ada waktu lagi. Gw harus pergi sekarang" ujar Boun membuat Prem menghembuskan nafasnya kasar dan memalingkan wajahnya. Dia belum puas berbincang dan melepas rindu dengan Boun.

"Gw janji bakal nemuin lo lagi, dan yang harus lo tau perasaan gw sama lo tetep sama, rasa sayang gw gak akan pernah berubah, kita ulang semuanya dari awal ya" jelas Boun membuat Prem tersenyum.

"Jangan pernah berubah Boun, jangan pernah tinggalin gw lagi" jawab Prem kemudian Boun mengangguk dan memeluk Prem kembali sebentar sebelum dia pergi meninggalkan ruangan.

Boun mengelus lembut rambut Prem sambil tersenyum dan kemudian dia meninggalkan ruangan. Jack yang menunggu diluar akhirnya masuk ke dalam setelah melihat Boun yang sudah pergi.

"Dia kagak macem-macem sama lo kan?" Tanya Jack mendekat ke arah Prem.

"Kagak" jawab Prem kemudian Jack tenang dan melihat Prem tersenyum bahagia.

Jack senang melihat Prem tersenyum seperti itu karena akhir-akhir ini dia selalu melihat Prem sangat murung karena sikap Boun namun sekarang tawanya sudah kembali dan dia sangat terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.

Boun terburu buru melajukan mobil dan langsung masuk ke kantor tempat Dave menunggu diruangannya dengan menggunakan masker dan kacamata hitam agar tidak ketahuan.

Dave sudah mondar mandir tidak jelas menunggu Boun kembali karena jauh dari ruangan Boun terlihat dua orang pria yang tengah memperhatikan dia.

"Dave" panggil Boun kemudian mereka pergi ke toilet dengan masker yang masih dipakai dan menukarkan baju mereka kembali.

"Lama amat, gw udah hampir mati anjir nunggu lo" gerutu Dave yang memang ketakutan jika dia tertangkap namun keberuntungan ada di pihak mereka dan orang suruhan pamannya Boun tidak mencurigai keduanya.

"Lebay amat pake mau mati segala lo" jawab Boun sambil membenarkan dasinya kemudian melihat Dave yang tengah mencuci tangannya dan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Gebetan gw gimana? Dia nanyain gw kagak?" Tanya Dave kepedean membuat Boun ingin tertawa mendengarnya.

"Pede amat anjir, dia inget lo aja kagak" jawab Boun meledek membuat raut wajah Dave berubah seketika.

"Awas ae lu Boun, dah untung lu gw tolong, kagak tau terimakasih lu ama temen sendiri" ujar Dave.

"Siapa yang mau temenan ama lu?" Jawab Boun kemudian pergi begitu saja dari kamar mandi.

"Anjing bener lu Boun" ucap Dave kemudian berlari mengejar Boun yang sudah agak jauh di depannya.

Boun kembali ke rumah dengan mengendap-ngendap karena ia pulang larut hari ini. Di berharap paman atau bibinya tidak mempergokinya namun sial pamannya menyalakan lampu dan membuat dia menghentikan langkahnya.

"Darimana kamu?" Tanya pamannya sambil berjalan mendekat ke arah Boun.

"Di kantor banyak kerjaan" jawab Boun beralibi.

Pamannya mengangguk dan membiarkan Boun pergi ke kamarnya untuk beristirahat dan disitulah dia bernafas lega karena pamannya mempercayainya.

•••

The Real Boyfriend | BounPrem [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang