TRBF_22

1.9K 155 2
                                    

Pagi-pagi Prem dan Jack tengah sarapan di ruang makan sebab mereka harus pergi bekerja.

"Prem, semalem lo kagak di apa-apain kan sama Boun?" Tanya Jack berbisik karena takut terdengar oleh Boun yang masih tertidur di kamar Prem.

"Maksud kata-kata lo apaan?" Tanya Prem kembali meskipun dia sudah mengerti arah tujuan Jack namun dia ingin bertanya lebih jauh.

"Ya ituan Prem, duh lu jangan sok polos dah" ucap Jack geram sambil menepuk-nepuk kedua tangannya berharap Prem mengerti.

"Ituan apaan?" Tanya Boun tiba-tiba yang keluar dari kamar dan tak sengaja mendengar obrolan Prem dan Jack.

"Prem gw duluan sambil jemput Clara, lu bawa mobil sendiri ae ye" ucap Jack mengalihkan pembicaraan kemudian membawa tasnya dan pergi ke kantor.

"Apa kata Jack?" Tanya Boun setelah duduk di sebelah Prem.

"Nanyain semalem, takutnya lo lakuin sesuatu sama gw" jelas Prem kemudian meneguk gelas yang berisi air yang ia siapkan sendiri.

"Ide bagus. Gimana kalo malam ini aja?" Tanya Boun sambil menggoda.

"Enak aja, udah ah gw berangkat dulu" pamit Prem namun tangannya dicekal Boun agar tak berangkat dulu.

"Morning kiss?" Tanya Boun sambil tersenyum manis.

"Mwah" ucap Prem sambil sedikit memonyongkan bibirnya membuat Boun cemberut.

Prem yang melihat perubahan wajah Boun akhirnya mencium lembut bibir Boun yang langsung dibalas olehnya. Dia melepaskan ciumannya dan langsung pergi ke kantor.

Setelah sampai di kantor, Prem langsung duduk di samping Jack yang sudah datang terlebih dahulu.

"Prem, ikut saya sebentar" ujar Clara tiba-tiba membuat Prem refleks berdiri kemudian mengangguk dan mengikuti Clara yang memasuki ruangan yang dulunya milik Boun.

Seorang pria tua yang merupakan paman Boun menyodorkan sebuah amplop yang berisi surat yang menyatakan bahwa dia memecat Prem.

"Salah saya apa pak?" Tanya Prem setelah dia membaca surat tersebut.

"Karena kamu pacaran sama keponakan saya, dan alasan dia gak mau nikah sama Agnes ya karena kamu!" Bentak paman Boun sedikit emosi.

"Tapi ini gak ada hubungannya sama pekerjaan pak, ini masalah hati dan cinta gak bisa dipaksa" jawab Prem masih sopan.

"Jelas ini ada hubungannya! Kamu gak akan pernah ngerti dan saya gak akan pernah mau jelasin sama orang kayak kamu! Pergi kamu dari sini!" Teriak Paman Boun membuat Prem mengepalkan kedua tangannya sampai surat yang dipegangnya menjadi gumpalan kecil.

"Kalo dia dipecat, saya juga mau ngundurin diri pak" ujar Jack tiba-tiba yang langsung memasuki ruangan.

Pamannya Boun terlihat pusing dan berdiri sebab emosi dan Jack juga menambah beban pikirannya.

"Terserah! Kalian berdua pergi dari sini!" Bentak paman Boun kemudian mengusir Prem dan Jack yang langsung keluar dan mengemasi barang-barang mereka.

"Kita harus nyari kerja Jack" ucap Prem ketika mereka berjalan keluar dari kantor dan pergi ke tempat parkir untuk pulang ke rumah.

"Loh? Udah pulang?" Tanya Boun heran ketika dia melihat Prem dan Jack yang sudah kembali lagi ke rumah padahal hari masih pagi.

Prem langsung memeluk Boun yang berada di hadapannya. Dia menangis tidak tahan ujiannya akan seberat ini. Hanya memperjuangkan cintanya dengan Boun saja sudah membuat dia kehilangan nyawa, pekerjaan dan belum juga hal lainnya.

"Gara-gara lo, kita dipecat!" Bentak Jack sambil melempar tas nya ke sembarang tempat.

"Keterlaluan" ucap Boun hendak pergi mendatangi pamannya sendiri namun Prem mempererat pelukannya sebab dia tidak ingin Boun bertengkar lagi dengan pamannya sendiri hanya karena pamannya tidak menyetujuinya dengan Prem.

"Lu gak bisa pegang janji lo Boun! Lo bilang gak akan pernah nyakitin Prem tapi apa?!" Tanya Jack yang emosi melihat Prem menangis seperti itu kemudian pergi ke kamar dan menutup pintu dengan keras.

Boun mencoba menenangkan Prem dan melepas Prem dari pelukannya. Prem tidak ingin Boun melepaskan pelukannya sebab terasa lebih nyaman ketika dia memeluk Boun seperti ini, rasa sakit hatinya sedikit terobati ketika dia bersama Boun.

•••

The Real Boyfriend | BounPrem [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang