Prem mengerjapkan matanya dan memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia melihat sekeliling kamar yang ia tempati sekarang terasa sangat asing karena dia tidak tau dimana dia sekarang.
Semua jendela tertutup oleh kayu yang dipaku dengan kuat. Tak ada cahaya matahari yang masuk namun cahaya lampu dapat meneranginya.
Dia mulai mengingat ketika ia ingin membeli makanan di pagi hari dan meninggalkan Boun yang sedang tertidur pulas, dua orang laki-laki langsung membuat dia tidak sadarkan diri.
Prem mengambil handphone yang ada di saku celananya namun handphonenya mati. Dia mulai menggedor gedor pintu yang terkunci dari luar dan tidak tau siapa yang menculiknya.
Merasa usahanya tidak berhasil, Prem terduduk di kasur dengan ketakutan melihat sekelilingnya. Dia tidak tau kepada siapa dia harus meminta bantuan karena handphonenya pun tidak bisa ia gunakan.
"Udah bangun lo?" Tanya seseorang yang membuka kunci tersebut dengan menggunakan masker dan topi yang lengkap untuk menutupi wajahnya membuat Prem berdiri dan mundur perlahan untuk menghindarinya.
"Gak usah takut, gw gak akan nyakitin lo" ujar pria tersebut. Namun suaranya tidak asing bagi Prem, sepertinya dia pernah mendengar suara ini namun dia tidak bisa berfikir siapa orang dibalik semuanya.
"L-lo siapa?" Tanya Prem gugup ketakutan.
Pria tersebut berjalan mendekat ke arah Prem. Dia tertawa kemudian melepaskan topi yang ia kenakan dan juga masker yang menutupi mulut serta hidungnya.
"D-dave?!" Ujar Prem kaget.
Dave tertawa puas saat Prem mengetahuinya kemudian melangkah mendekati Prem yang terlihat kaget sekaligus ketakutan.
"Lo fikir gw bisa ngerelain lo sama Boun gitu aja?! Asal lo tau Boun cuma milik gw dan lo gak pantes buat dia" jelas Dave.
Dave sudah lama mengincar Prem karena dia tidak suka melihat kebersamaan keduanya. Dia sudah menahan untuk tidak menyakiti Prem karena dia ingin tau reaksi Boun jika dia menyakiti Prem dihadapannya.
"Jadi selama ini?" Pertanyaan Prem menggantung ketika Dave dengan santainya menyilangkan tangan di dadanya.
"Iya. Gw pura-pura baik sama lo dan Boun tapi yang lebih parah lagi gw pura-pura suka sama temen lo. Bego banget Lo semua" jelas Dave kemudian tertawa dan Prem hanya menggelengkan kepalanya marah dan mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul wajah Dave.
Dave menahan tangan Prem yang hendak mengenai wajahnya kemudian dia tertawa karena melihat Prem yang diam tidak bisa memukulnya.
"Giliran gw" ujar Dave menepis tangan Prem dan membuat aba-aba.
"Ini buat lo karena udah tidur sama Boun" ujar Dave kemudian menonjok keras perut Prem sampai dia meringis kesakitan.
Dave menarik kerah baju Prem kemudian melampiaskan emosinya dengan pukulan yang ia kerahkan dengan sekuat tenaga.
"Ini buat lo karena lo rebut Boun dari gw" tambahnya lagi kemudian menonjok wajah Prem yang membuat sudut bibir dan hidungnya berdarah.
Prem terjatuh ke lantai namun dia masih sadar dan mengelap darah dengan tangannya. Pukulan Dave sangat kuat sehingga membuatnya tidak bisa berdiri.
"Dengan kayak gini, lo gak akan bisa ketemu sama Boun dan gw akan biarin lo mati kelaparan disini" ujar Dave kemudian dia mengambil topi dan maskernya lalu keluar dari ruangan tempat Prem serta tidak lupa menguncinya kembali.
Prem masih menahan sakit pada bagian perut serta bibirnya, darah yang keluar dari hidungnya membuat dia memejamkan mata menahan tangisnya.
"B-boun" lirih Prem sambil memegangi perutnya, Prem benar-benar membutuhkan bantuan sekarang dan dia tidak bisa menghadapi Dave sendirian.
Rasa sakitnya tidak bisa ia tahan dan berdiri pun tidak mampu, dia memegang kursi yang berada di sebelahnya untuk menjadi tumpuan agar ia bisa berbaring di kasur.
Setelah dirasa posisi berbaring nya nyaman, dia memejamkan matanya berharap dia bisa bangun lagi dan ada seseorang yang menolongnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Boyfriend | BounPrem [✓]
Fanfic[After Boyfriend] "Tolong kembali dengan perasaan yang sama seperti dulu dan buat akhir yang bahagia" -Prem Warut Chawalitrujiwong bxb🌈 Ps : Harap membaca 'BOYFRIEND' terlebih dahulu karena ini kelanjutan dari cerita sebelumnya😉