CHAPTER 4

92 2 0
                                    

Lain dengan Rose, Ibu dari Luna yang sekarang sedang merasakan cemas. Bagaimana tidak? Bagaimana pun pernikahan putrinya adalah perjodohan. Yang ia ketahui adalah, Luna dan Alvin memang belum cukup saling mengenal meskipun pernikahan sudah di langsungkan. Berbeda dengan Billy, Ayah yang sangat Luna sayangi. Pria yang kini hampir menginjak usia 60an itupun jauh terlihat sangat santai meskipun ia tahu apa yang sedang Rose, istrinya cemaskan.

"Sudahlah, sayang. Kau tidak perlu mengkhawatirkan Luna. Dia adalah anak gadis yang pintar, tidak mudah menyerah dan pemberani. Aku yakin, Luna pasti bisa menjaga dirinya sendiri." ujar Billy mencoba menenangkan.

Rose melirik kearah suami dengan wajah memucat, "Bagaimana kau bisa sangat tenang? Dia adalah putri kita satu-satunya. Aku takut jika Alvin tidak bisa di percaya. Bahkan jika orang tuanya tidak mendesak, aku pun malas untuk menyetujui perjodohan ini."

Nasi sudah menjadi bubur. Di sisi lain, Rose cukup bahagia karena anak gadis kebanggaannya sudah menikah. Namun, di sisi lain juga. Rose sedikit kesulitan untuk menghempas pemikiran buruk dan rasa khawatirnya sebagai seorang Ibu yang baru saja di tinggal jauh oleh Luna dalam mengikuti langkah suaminya.

Padahal, di tempat lain. Luna masih sibuk memainkan predikatnya sebagai seorang gadis yang pemberani. Ia secara terang-terangan menggoda Alvin, guna memancing hasrat sang suami. Agar aktivitas malam pertama yang sebelumnya Luna impikan dapat terelisasikan.

"A... Apa yang akan kau lakukan?" Brugg... Luna menghempas tubuh Alvin keatas ranjang sambil menggigit bibir bawahnya dengan sorot mengintimidasi.

"Apa kau belum pernah melakukannya?" Luna merangkak keatas ranjang, Sambil membuka paksa gaun yang masih ia kenakan.

"Tunggu-tunggu," Alvin mencoba menahan tubuh Luna yang kini telah menindihnya. "Kenapa kau sangat liar?" Protesnya tidak percaya.

"Aku hanya sedang menjalankan tugasku. Aku pernah menonton adegan ini di film. meskipun begitu, aku akan tetap menjamin jika ini adalah pertama kalinya bagiku."

Sulit untuk Alvin pungkiri. Tubuhnya justru menerima tindakan nakal sang istri. Meskipun, ia masih merasa jika hal ini masih belum siap untuk Alvin lakukan sekarang.

Luna terus memperdalam tatapannya. Memandang sorot mata Alvin penuh kekaguman. Tentu Luna sedang mencari celah, agar pria itu dapat segera membalas aksi usilnya.

"Kau tidak tertarik? Apa aku kurang sexy?" Luna memainkan membiarkan jemarinya yang manis  menari di atas dada bidang Alvin. Ia mengelus lalu kemudian membuka satu persatu kancing kemeja yang pria itu kenakan. "Bukankah rugi jika sudah di nikahi, tapi tidak di gauli?" tangan Luna bergerak kearah lain membelai wajah tampan Alvin, "Ayo lalukan.". Bisik Yuna dengan suara pelan mengajak.

Alvin mulai terpedaya. Ia memejamkan matanya, saat Luna semakin mendekatkan wajahnya untuk meraih bibir pria tersebut.

Sentuhan tangan Luna yang terus menjelajah kulit tubuh Alvin sukses membuat darah Alvin serasa berdesir. Dalam hitungan detik, bibir mereka pun menyatu dan saling memagut satu sama lain.

"Alvin, aku mencintaimu." Seketika Alvin terkesiap begitu mendengar suara Laura melintas dalam pikirannya, ia membuka matanya dan langsung mendorong tubuh Luna hingga membuat wanita itu terkejut.

"Apa? Apa yang terjadi? Kenapa kau mendorongku?" Tanya Luna heran.

Alvin mengerjap, ia mengacak rambutnya kasar lalu mengepalkan tangan penuh kekesalan. "Apa yang aku lakukan? Kenapa bayang-bayang Laura terus saja muncul!" gumamnya.

"Alvin, katakan sesuatu. Apa yang terjadi?"

"Pergi."

"Hah?" Luna semakin membulatkan matanya.

"Pergi dari hadapan ku, sekarang." titah Alvin dingin.

"Tapi..."

"Sudah aku katakan, cepat tinggalkan aku sekarang!" Pekik Alvin membentak hingga membuat Luna mengerjap takut.

Alvin memanglah belum bisa lepas dari masa lalunya. Gosip yang beredar memanglah benar. Pernikahan yang ia jalani sekarang hanyalah alasan, agar pemuda tersebut dapat segera melupakan kekasih, sekaligus cinta pertamanya.

Segala sesuatu telah Alvin berikan, mulai dari cinta sampai harta. Laura selalu mendapatkan hal itu secara cuma-cuma. Namun, entah apa alasan Laura tega mengkhianati Alvin. yang jelas, semua itu sudah Alvin saksikan dengan mata kepalanya sendiri. saat bagaimana Laura menikmati sentuhan kenikmatan dari pria lain. Yang di kenal sebagai foto grafernya.

Alvin memang tidak seharusnya melampiaskan kekecewaan masa lalu yang sering kali ia ingat kepada Luna. Akan tetapi, cara itulah yang sudah biasa Alvin lakukan. Ia lebih suka menyendiri dan membiarkan masa lalu tersebut menikamnya secara perlahan.

Bukankah terlalu naif, jika Alvin melakukan aktifitas malam pertamanya bersama Luna. sedangkan yang berada dalam isi kepalanya sekarang adalah Laura.

"Seumur hidup ku, baru kali ini ada seseorang yang berani membentak ku." dengan tatapan kosong dan wajah yang muram. Luna melangkah menjauh setelah keluar dari dalam kamar pengantinnya.

Hidup dan di besarkan di lingkungan yang serba ada. Luna bahkan di manjakan layaknya seorang putri dari sebuah kerajaan. Tidak hanya keinginannya, bahkan gadis itupun sama sekali tak pernah merasakan apa itu yang di maksud dengan kekurangan kasih sayang. seluruh orang yang mengenal Luna selalu menyukainya. Luna juga mampu mengambil hati mereka semua dengan begitu mudah. Dan sepertinya Alvin adalah pengecualian.

"Dasar pria gila! Dia bahkan menyuruhku keluar dengan tubuh yang sudah hampir telanjang! Bagaimana jika ada yang melihatku berpenampilan seperti ini? Mereka pasti akan berpikir yang tidak-tidak." Gerutu Luna memelas.

"Nyonya..."

"Astaga!" Luna terkejut dan langsung menyilangkan tangannya di dada.

"Kenapa kau di luar? Kenapa tidak masuk? Kenapa gaun mu robek?"

Luna terpaku, ia berpikir. Apa yang harus dirinya katakan pada Bibi Chan yang terus mencecarnya dengan begitu banyak pertanyaan. Sialnya, kenapa saat Luna sedang berada dalam keadaan memalukan, wanita paruh baya itu harus muncul.

"Aku... Aku..."

"Apa kau lari dari, Tuan muda?"

"Hah? Lari?" sejenak Luna berpikir keras, "Ah... Iya, aku... Aku takut padanya. Dia sangat liar, jadi aku keluar." tukas Luna terbata.

Mendengar penjelasan Luna, Bibi Chan sukses di buat tersipu. sepertinya ia percaya, karena berpikir jika Luna adalah seorang gadis polos yang takut untuk di sentuh oleh suaminya di malam pertama.




Permainan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang