14. Kejutan

2K 167 104
                                    

"Pergi jika itu mau mu, karena sekuat apapun aku mempertahankan jika kamu ingin terlepas maka percuma usaha yang ku lakukan"

-AleGra

jangan lupa tekan vote dan kasih komennya: )

* * *

"Arggh dimana sih tuh bocah" ujar Ragil yang sudah frustasi, sejak 2 jam ia dan yang lainnya sudah mencari Alegra di club yang Alegra kunjungi. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Alegra.

"Lu yakin dia di club ini?" tanya Gilang memastikan, pasalnya dirinya juga sudah lelah mencari keliling sana-sini.

"Iyalah, kan ini tempat biasa kita nongkrong kayak biasanya" jawab Ragil sambil mengelap peluh di dahinya.

"Lah terus tuh bocah kemana? Lu jangan-jangan bohong ya Gil, ngomong Alegra ke club padahal lu yang pengen?" tuduh Rio sembari menunjuk Ragil sedang yang ditunjuk melotot tidak terima.

"Ngapain kayak gini gue buat becandaan, lu kata gue dari tadi keliling capek itu pura-pura juga? Kalo pengen ke club tinggal berangkat aja gue" katanya Ragil berkacak pinggang.

"Manusia-manusia gak ada otak semua, ada hp kenapa gak pada di telfon sih?" tanya Gilang yang kini sudah mengeluarkan handphone dari saku celananya.

"Bisa udah gue lakuin dari tadi" ujar Gentala. "Hp dia gak bisa di telfon, GPS juga mati, lokasi terakhir di sini" lanjutnya yang juga mengeluarkan handphonenya dari saku jaket, menghubungi seseorang.

"Lo telfon siapa?" tanya Ragil yang melihat Gentala menempel kan benda pipih itu di telinganya.

"Orang" sahutnya cuek.

"Iya tau gue orang gak mungkin juga setan" balas Ragil jengkel.

"Grand Plaza Hotel" ucap Gentala setelah menyudahi perbincangan nya di telfon.

"Hotel?" tanya Gilang, Ragil, dan Rio bersamaan.

"Siapa njir?" tanya Ragil kaget dan langsung berpindah posisi di sebelah Gentala.

Begitu pun dengan Rio dan Gilang mereka juga mendekat, jadilah mereka ber-empat membentuk seperti lingkaran. "Siapa yang lo maksud Gen?" tanya Rio  menatap lekat Gentala dengan wajah antara bingung dan kaget.

"Alegra"

"Serius?" tanya Ragil semakin tidak percaya.

Gentala mengangguk pelan dengan kedua tangan yang ia masukkan di samping saku celananya. "Mau nyusul?" tanya nya yang belum di ketahui oleh ketiga sahabatnya maksud dari semua.

"Ayoklah, sekali-kali kita mainnya di hotel" ujar Ragil sembari membenarkan kerah bajunya.

Rio menjitak kepala Ragil keras. "Sekali pala lo, minggu lalu lo 3 kali booking hotel" ujarnya membeberkan kebiasaan Ragil. Kebiasaan yang dimaksud adalah, setiap pulang lebih dari jam 11 malam maka orang tuanya tidak akan membukakan pintu rumah, dan berakhirlah Ragil yang menginap di hotel.

"Rumah temen ada, apart punya, rumah gak cuma satu. Ngapain booking hotel? buang-buang duit aja" kata Gibran. "Percuma booking hotel kalo gak ada temen" lanjutnya yang di sambut gelak tawa Rio.

"Terus aja terus nistain gue, ntar kalo lo semua muntah paku jangan salahin gue"

Gentala memutar bola matanya malas. "Mau ribut atau mau samperin Alegra?" tanya nya menatap kesal Ragil dan Gibran.

"Nyamperin Alegra lah, yaudah kuy cabut" ujar Ragil setelah itu pergi dahulu keluar dari club.

"Ye bangsat malah kita yang di tinggalin" kesal Gibran yang langsung menyusul Ragil bersama Rio dan Gentala.

ALEGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang