7. Curhatan Ragil

1.6K 208 63
                                    

Lebih melelahkan mana, kaki yang terus mengejar atau hati yang terus berharap?

-Alesha Salsabila Loovany

HAPPY READING💜
TINGGALKAN JEJAK JANGAN LUPA💜💜

* * *

Malam kian semakin gelap, di dalam sebuah gedung atau lebih tepatnya biasa di sebut basecamp beberapa anak manusia sedang berkumpul.

Alegra dan para sahabatnya sedang menghabiskan malam hari ini di basecamp nya. Jam pun sudah menunjukkan pukul 23.00 namun tak ada satupun yang berniat akan pulang.

Bukan basecamp sebuah geng, hanya basecamp tempat mereka berkumpul. Basecamp yang mereka sebut sebagai rumah kedua, tempat mereka menghabiskan waktu bersama. Ide tersebut berasal dari seorang Ragil Artharendra, "Nanti kalo kita udah lulus, seenggaknya kita masih punya tempat ini buat saling kumpul" itulah kata yang diucapkan.

Basecamp mereka pun seperti rumah pada umumnya, terdapat ruang tamu, dapur, 3 kamar, dan kamar mandi. Di sana pun lengkap, terdapat ps, komputer untuk mereka bermain game, kulkas, dan perabotan lainnya.

Saat ini mereka sedang melakukan aktivitas masing-masing di ruang tamu. Ragil dan Gilang yang sedang duduk diatas karpet bulu, mereka berdua sedang bermain ps. Gentala yang sama halnya bermain game namun di komputer, yang mejanya tak jauh dari tempat mereka. Rio yang tiduran diatas sofa bermain ml, dan Alegra yang duduk di sofa single menatap layar handphonenya.

"Anjing lo curang itu apaan!" Ragil membanting stik ps-nya dengan kesal.

"Curang dari mana? Lo aja yang gak bisa main" Gilang tak mau kalah.

"Udah males gue, gak mood" Ragil beranjak menuju dapur.

"Dasar, kek cewek lo gitu aja ambekan" ledek Gilang kemudian duduk disebelah Rio.

Ragil datang dari arah dapur membawa sekaleng minuman bersoda. Ia ikut duduk di sofa yang memuat Rio dan Gilang.

Rio berdecak kesal."Lo apaan sih, tempat duduk masih banyak. Ganggu gue main tau gak"

Ragil tak menghiraukan ucapan Rio, ia tetap duduk di sebelah Gilang  membuat Rio yang tiduran menjadi duduk karena sofa yang mereka tempati tidak muat.

Gilang  yang merasa aneh pada Ragil menoleh, ia melihat Ragil yang seperti melamun. Biasanya Ragil pasti heboh sendiri, tapi kini anak itu diam tak seperti biasanya.

"Sehat lo Gil?" tanya Gilang.

"Sakit" jawabnya cuek.

"Sakit jiwa" celetuk Rio yang masih memainkan gamenya.

"Lo kenapa?" tanya Gilang  yang mulai serius.

"Gini ya nasib kalo udah di cap playboy eh sekalinya serius gaada cewek yang percaya" ujar lesu menyenderkan punggungnya di sofa.

"Gue aja gak percaya kalo lo bisa serius sama satu cewek" Gilang berdiri meninggalkan ruangan itu menuju dapur.

"Jangankan serius lo bisa deket sama satu cewek aja gue gak percaya" celetuk Rio yang masih sibuk dengan game di ponselnya.

ALEGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang