Malam tadi, Chenle bermimpi kalau ada pemuda jangkung favoritnya yang datang ke Kedai Yeongane guna menjemput Na Jaemin. Pemuda tampan tersebut terlihat agak panik, merasa luar biasa khawatir. Rasanya seperti sungguhan. Wajah tampan itu, suaranya yang semanis madu, bahkan ekspresi terkejutnya yang lucu saat Chenle menyebutnya sebagai 'orang mesum'. Nyata. Nyata sekali. Tetapi mimpi tersebut mendadak harus menghilang saat Chenle malah menemukan dirinya sedang terbaring sendirian di ranjang.
Chenle menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, mendadak berpikir barangkali mimpinya memang belum sepenuhnya selesai. Kesadarannya malah terasa seperti semakin memburam. Astaga, apa-apaan mimpi semalam itu? Dia dan Park Jisung akhirnya berpacaran? Hell. Mimpi yang luar biasa. Siapapun tolong pukul kepala Chenle, deh. Sepertinya dia memang benar-benar jadi tidak waras.
Gila, memang.
"Oh, kau sudah bangun ternyata?"
Pemuda manis itu mengalihkan pandangan pada pintu kamar dalam saat suara tersebut mendadak terdengar. Matanya setengah menyepit ketika menemukan Park Jisung baru saja mengayunkan pintu agar terbuka dan masuk begitu saja. Holy shit, bagaimana bisa lelaki tersebut masih terlihat tampan bahkan dalam mimpi? Itu tidak adil.
Berusaha bangkit dari tempat tidurnya, Zhong Chenle merasa ia seperti kembali berubah menjadi bocah berusia empat tahun dan hanya bisa mengerang tertahan sambil memegangi kepala. Kerongkongannya terasa agak kering tatkala menyadari bahwa Jisung tidak mungkin mendatanginya ke kamar dalam keadaan seperti ini. Maksudnya, bagaimana bisa lelaki Park itu masih mau menemuinya setelah apa yang terjadi tempo hari? Benar, itu mustahil.
Ia lalu mengerjap, masih sering merasakan pandangannya agak berkabut saat bergumam dengan suara serak, "Kenapa mimpinya masih belum selesai juga, sih?"
Mimpi, katanya?
Park Jisung yang baru saja mendudukkan bokongnya di tepi ranjang kini mengernyitkan kening. Sepersekon kemudian si Park itu lantas menekan bibir sendiri guna menahan senyumnya. Chenle berpikir kalau dia masih bermipi, ya? Astaga, gemasnya.
"Tapi kenapa mimpinya terasa nyata sekali?" si manis kembali bergumam, matanya menatap Jisung dengan lekat sebelum secara tiba-tiba mendekatkan diri pada Jisung sembari mendesis pelan, "Atau jangan-jangan aku sudah mati, ya?"
Jisung terkekeh kecil. "Tentu saja belum."
"Belum?" Chenle bergumam lagi, mata lebar tersebut terlihat berkedip lucu.
Park Jisung mendadak menemukan dirinya sendiri sudah hampir menggigit pipi gembil Chenle saking gemasnya. Tapi, tidak. Ia hanya berakhir menggigit bibir bahwanya sendiriㅡmenahan gemas yang seperti sudah akan meledak di dalam kepala. Lalu berdeham pelan, Jisung kemudian sedikit menarik kurva bibirnya saat berkata lagi, "Hei, kenapa tidak buktikan saja sendiri?"
Membuktikan, ya?
Chenle mendengus pelan. Barangkali otaknya memang sudah bergeser dari posisi awal saat ia mendadak merapatkan tubuh pada Jisung, lalu dalam detik berikutnya ia langsung menangkupkan kedua tangan mungilnya pada pipi Jisungㅡmenekannya sebentar sementara si Park itu hanya menatap Chenle dengan penasaran tanpa berusaha melakukan apa pun.
Sepersekon kemudian, Chenle lantas sedikit menarik kepala tampan tersebut mendekat, tanpa memikirkan hal lain lagi lalu bergegas menempelkan bibirnya pada milik Jisung. Matanya terpejam erat, bibirnya lalu digerakkan lambat dengan sedikit berantakan.
Sementara Chenle masih berusaha memimpin pagutan manis yang mendadak tersebut, Park Jisung sendiri hanya terdiam di tempatㅡstagnan seolah waktu memang dihentikan begitu saja. Manik tajamnya menatap wajah manis Chenle setengah terkejut, jantungnya bahkan terasa seperti akan diledakkan dalam hitungan detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolted Heart
Fanfiction📍COMPLETED Pada malam musim panas itu, Chenle mendadak mendapat satu ciuman manis dari lelaki asing yang luar biasa tampan. Pertemuan mereka menjadi hal paling klise dalam hidup, tapi sialnya bisa membuat dada bertalu kelewat cepat. Lalu dua tahun...