24th August, 2020.
Untuk beberapa alasan, musim panas tahun ini hampir terasa seperti ratusan ekor lebah yang marah di dalam sarang dan berusaha melarikan diri secara bersamaan—benar-benar brutal.
Kalau diminta untuk pergi menemani berbelanja di tengah cuaca seperti ini, maka dengan sangat keras Renjun akan menolak—tidak peduli berapa banyak cheesecake kesukaannya yang ditawarkan Chenle sebagai imbalan. Karena hei, bukankah menikmati segelas jus jeruk segar dengan kipas angin yang tetap berputar adalah ide yang paling bagus? Terlebih jika semua fasilitas itu dapat kau nikmati secara percuma. Jadi tinggal sendirian di tempat Chenle sedangkan pemiliknya ke supermarket, Renjun mendadak tidak ingin pergi meskipun Chenle akan menendang bokongnya nanti.
Tapi Renjun hampir menyemburkan jus jeruk dari mulutnya saat Chenle memasuki apartemen dengan tangan membawa banyak sekali sayuran. Tidak. Ini bukan karena banyaknya bahan makanan yang dibeli Chenle—termasuk sekantung besar timun yang dibenci Renjun setengah mati, namun karena menyadari penampilan pemuda itu yang terlihat berbeda. Iya, benar-benar berbeda dengan rambut yang dipangkas lebih rapi, dan Renjun pasti sangat bodoh jika tidak menyadari ada yang berbeda dengan warnanya.
Oh, tentu saja. Lelaki ini akan tetap menjadi Zhong Chenle yang pernah memasukkan banyak sekali bubuk cabai ke dalam makanannya karena Renjun membuatnya kesal setengah mati, tetapi jika dilihat secara langsung seperti ini, Chenle terlihat seperti orang yang sangat berbeda.
Chenle sendiri menatap aneh pada Renjun yang tampak terkejut tatkala ia masuk tadi. Sedikit berlebihan mungkin, tapi melihat Renjun memandangnya dengan tatapan yang sangat mengganggu seperti itu, Chenle jadi sangat ingin menusuknya dengan sedotan dari gelas di tangan Renjun. Terlebih saat Renjun kini mulai mengekori Chenle sampai di pantry. Namun pada akhirnya pemuda itu berhenti memperhatikannya saat Chenle mulai melirik dengan sinis dan mendengus sebal. "Kau itu ada masalah apa, sih?"
Daripada menyahuti pertanyaan Chenle, pemuda itu malah memberikan satu pertanyaan lain yang sedari tadi sudah menari-nari di kepalanya. "Kau mengecat rambutmu?"
Chenle meletakkan kantung belanjaannya ke meja pantry, kemudian menaikkan tangan kanan untuk menyentuh rambutnya yang kini berwarna cokelat gelap. "Mm, apakah terlihat sejelas itu?"
Kalau dipikirkan kembali, rasanya ini adalah kali pertama Chenle mewarnai rambutnya seumur hidup. Sebelumnya hanya warna hitam legam dan Chenle memang merasa sangat nyaman dengan warna rambut alaminya, setidaknya sebelum hari ini. Tapi percayalah, Chenle dengan rambut cokelat gelap yang dipangkas rapi itu terlihat cukup keren. Renjun tidak bisa menolak fakta bahwa Chenle jadi tampak lebih segar di musim panas yang menyengat ini.
"Tentu saja." Renjun mendudukkan dirinya di kursi pantry. "Walaupun tidak seberani warna yang pernah aku pakai, itu tetap terlihat cukup bagus sebenarnya."
Chenle meringis saat mengingat Renjun pernah mewarnai rambutnya dengan warna merah menyala. Tapi agaknya rambut itu hanya bertahan selama seminggu karena Renjun sudah sangat kesal saat teman-temannya selalu memanggilnya sebagai tomat segar. Bukan kenangan yang bagus, jadi lebih baik jangan ingatkan Renjun atau telapak tangan lelaki itu akan membekas di keningmu setelahnya.
Pemuda Zhong itu tersenyum kecil, kemudian mulai mengeluarkan beberapa sayuran dari dalam kantung. "Benarkah? Kalau begitu seharusnya aku tidak perlu khawatir hasilnya akan terlihat aneh tadi."
Renjun yang tadinya ingin menyesap jus jeruknya lagi kini berhenti dan membalas, "Jadi sebenarnya laki-laki mana yang berhasil mengajakmu berkencan sampai kau mengubah penampilanmu begitu?"
"Tidak ada."
"Bohong." Sahut Renjun cepat, "Coba kutebak, apakah orang itu adalah Lee Jeno?"
Chenle mendengus di tempatnya. Lee Jeno lagi, dan akan selalu seperti itu. Ia tidak pernah mengerti alasan pemuda yang lebih tua satu tahun darinya itu terlihat sangat bersemangat saat membahas hubungannya dengan Jeno. Tidak, tidak. Chenle dan Jeno sebenarnya memang tidak pernah memiliki hubungan apapun—meskipun beberapa kali mahasiswa teknik itu selalu berusaha mengajaknya untuk pergi makan malam bersama setiap kali ia punya kesempatan, tapi Chenle selalu punya alasan untuk menolaknya, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolted Heart
Fanfiction📍COMPLETED Pada malam musim panas itu, Chenle mendadak mendapat satu ciuman manis dari lelaki asing yang luar biasa tampan. Pertemuan mereka menjadi hal paling klise dalam hidup, tapi sialnya bisa membuat dada bertalu kelewat cepat. Lalu dua tahun...