00 ••• Prologue

741 40 23
                                    

Suara riuh yang dibuat oleh siswa dan siswi dari SMA District 9 menyelimuti bangunan Sekolah tersebut sehingga membuat beberapa guru turun tangan untuk menertibkan para muridnya kemudian mengambil alih microphone untuk memandu para muridnya untuk diam.

"Mohon untuk diam ya, upacara akan segera dilaksanakan!" perintah Pak Burhan dengan dibantu microphone agar suaranya dapat terdengar oleh para muridnya.

Kini, sudah banyak siswa dan siswi yang berbaris dengan rapih ditengah lapangan Sekolah yang sebentar lagi akan diadakannya upacara pengibaran bendera merah putih yang mengingatkan bahwa hari ini adalah hari Senin, hari yang paling dibenci oleh banyak pelajar, termasuk dengan Lia.

Minggu ini tepat minggu ketiga Lia bersekolah disini dan bisa-bisanya Lia lupa membawa topi Sekolah yang sangat diharuskan untuk dipakai ketika upacara sedang berlangsung. Perasaan takut menghantui diri Lia saat ini, ia sungguh takut dihukum oleh gurunya walaupun itu juga karena salahnya sendiri.

Tiba-tiba ada seseorang yang menyolek telinga Lia sehingga membuat Lia mencari tahu siapa pelakunya dan ternyata pelaku tersebut adalah Lino, tetangga sekaligus sahabat kecilnya.

"Ih nyebelin lo." marah Lia yang hendak memukul lengan Lino tetapi tidak kena karena Lino menghindarinya terlebih dahulu.

"Wlee ga kena." ledeknya sambil menjulurkan lidahnya yang membuat Lia berdecih, sebal.

Dan upacara pengibaran bendera merah putih pun berlangsung, guru-guru mulai berpencaran untuk memeriksa murid-muridnya yang melanggar peraturan Sekolah yang telah dibuat. Jantung Lia semakin berdegup dengan sangat kencang ketika ia melihat Bu Penni selaku wali kelasnya yang sedang berada dibarisan paling belakang sambil memeriksa atribut teman sekelasnya.

Fyi, Lia itu termasuk kedalam golongan siswa pendek didalam kelasnya, jadi dia berada dibarisan agak depan yang menguntungkannya disaat-saat seperti ini karena guru-guru pasti memeriksa murid-muridnya dari barisan paling belakang terlebih dahulu.

Lia menggigiti kukunya, panik dan tanpa ia sadari bahwa kakinya sudah bergemetar karena saking takutnya. Kenapa ia sangat ketakutan? Karena Sekolah District 9 ini terkenal dengan Sekolah yang sangat-sangat mematuhi peraturan Sekolah yang berlaku dan apabila ada siswa yang melanggar peraturan tersebut, siswa itu akan mendapatkan hukuman yang sangat-sangat luar biasa agar siswa itu tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Sangat tidak seru, bukan?

Dan tiba-tiba ada sebuah topi yang melekat diatas kepalanya yang membuat Lia terkejut lalu menghadap kebelakang, lebih tepatnya menghadap ke sosok yang melekatkan topi diatas kepalanya.

Ternyata sosok tersebut ialah Jaemin, ia tersenyum menatap Lia dengan rambutnya yang sangat berantakan. Kemudian, Lia menatap kearah kepala Jaemin yang tidak ada benda apapun disana sehingga Lia membuka suaranya.

"Jaem lo apa-apaan sih." ucap Lia yang membuat dirinya dan juga Jaemin menjadi sorot perhatian disekitarnya dan juga Kepala Sekolah yang sedang memberi amanat pun ikut membuka suara "Mohon untuk diam!" perintahnya.

"Shhhttt." Jaemin menaruh jari telunjuknya didepan bibirnya, mengisyaratkan Lia untuk diam.

"Udah pake aja." bisik Jaemin yang membuat Lia semakin cemas dengan keadaan Jaemin nantinya. Ia takut Jaemin akan dimarahi dan diberi hukuman karena sebabnya.

Ketika Lia hendak melepaskan topi yang diberikan Jaemin dan ingin mengembalikan kepada sang pemilik, tiba-tiba terdapat suara tepat dibelakangnya dan ternyata suara itu adalah suara Bu Penni dan Jaemin yang sedang saling beradu argumen.

"Kemana topinya?" tanya Bu Penni.

"Topinya ketinggalan Bu, hehehe." jawab Jaemin sambil cengengesan yang membuat Bu Penni langsung menarik lengan seragam Jaemin dan membawanya ke barisan paling depan, lebih tepatnya ketempat berkumpulnya siswa siswi yang melanggar peraturan Sekolah.

INDECISIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang