11 ••• Tamu tak diundang

62 12 14
                                    

"Papah pergi dulu ya." pamit Papahnya Lia sambil mengambil tas kerjanya yang berada di sofa ruang tengah. Lia hanya menganggukan kepalanya sambil menatap kepergian sang Ayah dengan rasa sedih.

"Jangan tungguin Papah pulang ya, kemungkinan Papah gabakal pulang, kayaknya Papah bakalan nginep di Rumah tante kamu yang deket dari Rumah Sakit. Jadi kamu tidur duluan aja dan jangan lupa kunci pintunya, takut ada orang jahat yang masuk." pesan Papahnya sambil mengusap-usap kepala Lia dengan lembut.

"Papah kayak ga kenal anak Papah yang satu ini aja, aku berani kok, tenang aja." balas Lia meyakinkan Papahnya dengan senyuman cantiknya sehingga Papahnya ikut tersenyum.

"Anak Papah memang hebat, kalo begitu Papah pergi dulu ya." kini Papahnya berjalan menuju pintu rumahnya yang diikuti oleh Lia dibelakangnya, bersiap mengantar kepergian Papahnya.

"Hati-hati Pah." pesan Lia kepada Papahnya sambil melambaikan tangannya.

Setelah mobil Papahnya bergerak pergi meninggalkan Rumahnya, Lia langsung masuk kembali kedalam Rumahnya lalu merebahkan dirinya disofa ruang tengah.

"Sebenernya Lia takut sendirian, Pah." ucap Lia dengan dirinya sendiri lalu memejamkan kedua matanya, lelah.

Ting nong!

Bunyi suara bel membuat kedua mata Lia yang tadinya terpejam kini kembali terbuka. Lia berjalan menuju pintu Rumahnya dengan langkah yang malas. Ketika Lia sudah membuka pintu tersebut dan menampilkan sosok Yeonjun berdiri dihadapannya sambil menunjukkan sebuah kantung plastik yang berada digenggamannya kepada Lia dengan senyuman lebarnya.

"Ngapain?" tanya Lia sambil melirik ke arah sekantung plastik yang menarik perhatiannya.

"Izinin gue masuk dulu dong, baru gue jawab." suruh Yeonjun.

"Jawab pertanyaan gue dulu, baru nanti gue bolehin masuk atau engga." sebal Lia yang membuat Yeonjun mengulum bibirnya, berpikir sejenak.

"Inget ga waktu itu lo pernah bolehin gue buat main ke Rumah lo lagi, jadi hari ini gue mau main ke Rumah lo, bolehkan? Lo udah janji sama gue loh." Yeonjun menjawab pertanyaan Lia sedangkan Lia, ia tidak berkutik sama sekali.

Sebenarnya Lia sangat ragu untuk mengizinkan Yeonjun masuk kedalam Rumahnya, ia takut ada tetangga yang melihatnya dan Lia juga takut jika Yeonjun berbuat macam-macam kepadanya.

"Gue gabakal macem-macem sama lo kok, janji." Yeonjun mengacungkan jari kelingkingnya.

"Hm oke, janji ya lo!" pada akhirnya, Lia menerima perjanjian yang Yeonjun ucapkan tadi sambil menautkan jari kelingking mereka.

Kemudian, Lia membawa Yeonjun masuk kedalam Rumahnya, dan kini mereka sedang berada diruang tengah dengan posisi yang saling berhadapan. Yeonjun menaruh kantung plastik yang sedari tadi ia pegang ke atas meja. Lia menatap kantung plastik itu lalu menatap Yeonjun yang sedang mengatur posisi duduknya dengan nyaman.

"Ini apaan?" tanya Lia sambil menunjuk kantung plastik yang berada dihadapannya.

Yeonjun langsung menatap kearah jari telunjuk Lia yang menunjuk kantung plastik bawaannya lalu berkata "Nasgor, gue mau makan nasgor sama lo, kemarin kan ga jadi." jawab Yeonjun yang membuat Lia ber-oh ria membalasnya.

"Hmm tapi Li, gue boleh minta lo buatin gue mie instant ga? Gue udah bawa instantnya nih, siapa tahu lo juga mau. Gue kurang kalo makan nasgor sebungkus doang." ucap Yeonjun sambil mengeluarkan mie instant dari kantung plastik nasi goreng yang ternyata didalamnya juga terdapat dua bungkus mie instant, pantas saja kantung plastiknya sangat besar.

"Kenapa beli nasgornya yang double porsi aja sih, atau yang special gitu." Jujur, Lia sangat malas sekali untuk memasak mie instant itu sekarang.

INDECISIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang