Rea diantar ke ruang belajar Adit dan wanita barusan juga sudah mengantarkan minuman untuknya. Sembari menunggu muridnya, Rea mengeluarkan buku catatannya. Ia mempersiapkan diri untuk mengajarkan.
Sedangkan di sisi lain, Tyan mempersiapkan dirinya untuk menjadi Adit. Setelah dirasa cukup meyakinkan kalau dia adalah Adit. Ia kekuar kamar dan memasuki ruang belajar Adit. Rea yang sudah siap dengan pekerjaannya terkesiap ketika mendengar pintu terbuka.
"Adit?" celetuk Rea menatap pemuda di hadapannya yang ia masih tak percaya kalau kedua orang barusan benar-benar terlihat sama persis, hanya berbeda style mereka saja.
Tyan tersenyum, "Kak Tyan tadi cerita, kalau kakak yang akan jadi guru les ku? Nama kakak...?" Tyan menggantung kalimatnya.
"Aaa...iya, perkenalkan namaku Andrea kau bisa memanggilku Rea" ia mengulurkan tangan seraya memperkenalkan dirinya.
Tyan kembali tersenyum, menyambut uluran tangan Rea. "Raditya, kakak bisa memanggilku Adit" ucap Tyan.
Rea ingin menarik tangannya karena tangannya masih digenggam erat oleh Tyan.
"Sorry" ucap Rea menyadarkan Tyan agar melepaskan tangannya.
Tyan tersadar, "maaf, soalnya kakak cantik. Jadi terpesona aku" goda Tyan.
Rea berdehem. Sebenarnya ia ingin sekali mengomeli pemuda di depannya namun, karena ia membutuhkan pekerjaan ini, mau tak mau ia menahan emosinya. Ia menghembuskan napas panjang. "Ayo, kita mulai pelajaran kita. Mana buku pelajaranmu?" tanya Rea duduk kembali di kursinya.
"Kaki kakak cidera" seru Tyan seakan ia baru saja mengetahuinya.
"Iya, sudah abaikan saja. Kita mulai" Rea tidak ingin berbasa-basi, ia hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya dan segera pulang.
Mereka berdua memulai bimbingan belajar. Walau sebenarnya Tyan sangat paham sekali pelajaran yang sedang dijelaskan oleh Rea, ia berpura-pura untuk terlihat bodoh dan tidak tau apapun tentang pelajaran itu. Ia kadang bertingkah konyol dan menanyakan hal yang membuat Rea menahan diri agar tidak emosi dengan kelakuannya dan pelaku tindak kejahatan selalu menahan tawa di belakangnya.
Rea memberikan soal untuk dikerjakan oleh Adit, agar ia sedikit bisa beristirahat dari kelakuannya yang di luar batas.
"Kerjakan soal ini sebentar. Aku perlu ke kamar mandi" ucapnya.
"Mau kuantar?" ucap Tyan menawarkan diri, ia sudah bersiap berdiri, namun tangan Rea seolah menyuruhnya untuk kembali duduk.
"Tunjukkan saja ke mana arahnya, aku akan pergi sendiri" ucapnya.
Tyan menghela napas kecewa, "kakak keluar, lurus nanti ada tikungan kakak pilih ke arah kanan, kalau kakak ke kiri masuk ke kamarku" Tyan menunjukkan deretan gigi putihnya, meringis di depan Rea yang seketika membuat Rea memutar bola matanya malas meladeni kelakuan bocah itu.
Rea memilih keluar dan pergi ke kamar mandi. Ia mengikuti arahan Tyan barusan dan ia berhasil menemukan kamar mandinya. Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, Rea keluar dan hal yang membuatnya terkejut adalah saat Tyan yang ia kira Adit sudah berdiri di depannya. Ia hampir saja terjengkang ke belakang, untung saja Tyan sigap dan mampu menangkap tubuhnya, yang secara tak langsung membuat dirinya menempel pada dada Tyan.
"Kenapa kakak ceroboh sekali?" seru Tyan yang kemudian membiarkan tubuh Rea berdiri sendiri.
Rea berdehem. Sedikit malu juga kaget. "Thank's. Aku hanya terkejut kamu tiba-tiba berdiri di depan pintu" ucapnya.
"Ah, maaf. Aku tadi hanya cemas. Kakak terlalu lama di kamar mandi, kupikir kakak pingsan makanya kusamperin ke sini" ucap Tyan memberi alasan kemunculannya. Padahal sebenarnya, ia hanya ingin mengejutkannya dan ternyata Rea benar-benar dikejutkan olehnya.
Rea memilih segera kembali ke ruang belajar dan Tyan mengikutinya di belakang dengan senyum kemenangan, ia bisa memeluk kakak cantiknya.
###kakakngegasiloveu
Maaf Rya lagi stuck nulisnya karena terlalu sibuk dan lelah dengan kehidupan nyata. Jadi di dunia imajinasi Rya, baru bisa kesampaian ngelanjutin tulisannya. Semoga masih ada penggemar dua makhluk ini.
Tetap jaga kesehatan kalian, God bless you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Ngegas I Love You
RomanceBocah SMA ketemu Kakak ngegas? Penasaran? baca aja ya...