Aoba Johsai vs Shiratorizawa adalah pertandingan yang diadakan antara 2 sekolah yang berlangsung pada babak final Interhigh Prelim. Terlepas dari semua upaya, blocker Aoba Johsai tidak mampu menghentikan Ushiwaka, dan Shiratorizawa mengambil alih pertandingan dengan straight set.
Score 23-25 mengantarkan tim Oikawa menuju kekalahan.
Dalam sebuah pertandingan, kalah dan menang merupakan hal yang biasa terjadi. Meraih kemenangan tentunya menjadi sebuah tujuan dan harapan utama dalam berkompetisi.
Namun, terkadang harapan tak selamanya bisa terwujud. Alhasil, kekalahan menjadi hasil yang diterima.
Bisa menerima kekalahan pastinya bukan perkara yang mudah. Apalagi jika kita sudah bekerja keras dan memberikan yang terbaik.
Kau mengerti jika Oikawa hancur atas kekalahan tim miliknya. Lagi dan lagi, mereka harus kalah dari tim yang dipimpin oleh orang yang bernama Ushijima Wakatoshi itu. Padahal Oikawa dan timnya sudah berlatih dengan keras, namun tetap saja mereka tidak bisa mengalahkan tim dari Shiratorizawa tersebut.
"Tooru, kumohon buka pintunya."
Entah untuk keberapa kalinya kau memohon pada Oikawa agar dia mengijinkanmu masuk. Sejak pertandingan kemarin, Oikawa mengurung diri di kamarnya. Hari ini laki-laki itu bahkan tidak repot-repot pergi ke sekolah.
"Too-..."
Ceklek!
Pintu sedikit terbuka, menampilkan sosok Oikawa yang kini terlihat sangat rapuh di matamu. Sebelum kau bisa menyapa, tubuhmu sudah ditarik hingga menubruk tubuh tegap Oikawa. Laki-laki itu mendekapmu erat, seolah jika ia longgarkan sedikit saja kau akan menghilang dari hadapannya.
Kau bisa merasakan tubuhnya bergetar dan isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya yang teredam di lehermu.
"Aku kapten yang buruk, [Name]. Karena ketidakmampuanku, kami kalah dari mereka untuk kesekian kalinya." Lirihan Oikawa membuatmu ingin menangis mendengarnya. "Aku hanya ingin membawa tim-ku ke Nasional. Tapi kenapa sangat sulit? Padahal kami sudah bekerja sangat keras. Tapi kenapa ... Kenapa ... Hiks ..."
"Sttt...." Kau coba menenangkan Oikawa dengan cara mengelus kepala berhelai Brunette-nya. "Kalian sudah berusaha, Tooru. Itu sudah cukup."
Pelukan itu terlepas ketika kau menarik diri. Dalam jarak sedekat ini, kau bisa melihat mata Oikawa yang merah dan dibasahi airmata. Dengan lembut, kau menyeka aliran air asin yang menganak sungai di wajahnya. Senyum manis menghiasi bibirmu saat kau kembali berkata.
"Sesering apapun kalian dikalahkan dalam pertandingan, kau akan selalu menjadi yang terhebat di mataku, Oikawa Tooru."
.
.
.