"Sedang apa?"
"Memikirkanmu."
Kau memutar matamu malas mendengar jawaban pacarmu di seberang telepon.
"Kapan kau pulang, [Name]-chan. Aku kangeeeeeeeeeennnnn."
"Jangan kangen, berat."
"Memang berat. Satu hari bagaikan satu abad jika ku lalui tanpamu."
Kau mendengus sebagai balasan. Musim panas kali ini memang kau habiskan di Kyoto, tempat dimana Kakek dan Nenekmu tinggal. Mereka berkata bahwa mereka merindukanmu, jadilah selama libur musim panas mereka memintamu mengunjungi mereka.
"Jangan lebay, Tooru."
"Aku tidak lebay!" sahut Oikawa. Terdengar rengekan di seberang telepon sebelum laki-laki itu kembali berkata. "Aku benar-benar merindukanmu. Apakah kau tidak merindukanku?"
Kau menahan senyum dan menjawab dengan main-main. "Tidak juga."
"Hidoiii~" Oikawa kembali merengek. "Yang kau katakan padaku itu jahat, [Name]-chan. Aku rindu setengah mati disini, tapi kau tidak merindukanmu sama sekali. Sungguh tidak adil."
"Semua adil dalam cinta dan perang." Kau tertawa pelan saat mendengar Oikawa mengerang frustasi. "Kau tunggu saja. Nanti juga aku pulang."
"Kapan?"
"Secepatnya. Lagi pula, tanggung jawabku sebagai manager kalian tidak bisa ditinggalkan begitu saja."
"Kau pulang untukku atau untuk tim?"
Nada suara Oikawa yang merajuk membuatmu menghela napas untuk kesekian kalinya. "Untukmu, Oikawa Tooru. Kau tidak tahu bahwa aku juga merindukanmu disini. Tunggu aku pulang, ya? Love you."
Kau segera memutus panggilan sebelum mendapat reaksi dari Oikawa. Sebelah tanganmu terangkat untuk menutup wajahmu yang sedikit dihiasi tona tipis saat matamu melirik ponsel yang kini terus berdering karena rentetan pesan dari Oikawa.
"Sialan. Dia pasti tidak akan berhenti menggodaku saat aku kembali nanti."
Yah, itu sudah pasti. Mengingat kau jarang mengungkapkan kata cinta lebih dulu, Oikawa pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini sama sekali.
.
.
.