Happy Reading 💎~
.
.
.
.
.Mood Jihoon tidak pernah bisa dikatakan baik jika memijakkan kaki ke sekolah. Percuma menata moodnya karena moodnya itu akan jatuh ketika berpapasan dengan si penguntit setia dua setengah tahunnya itu. Siapa lagi kalau bukan Lee Hyunsuk.
Seperti pagi ini saat masuk kelas. Matanya tak sengaja bertatapan dengan pemuda mungil yang kini menatapnya dengan penuh kagum. Dan itu menjengkelkan baginya.
"Ih Jihoon, gue iri," tukas Junkyu tiba-tiba membuat kerutan muncul di kening Yoshi dan Jihoon.
"Apa kyu?," Tanya Yoshi sambil menarik bangkunya.
Tanpa menjawab Junkyu lalu menunjuk tempat bekal di bawah meja Jihoon, lagi. Membuat pemuda itu membuang napas karena terlalu jengah dengan tingkah Hyunsuk.
Jihoon menggerakkan tangannya, membaca singkat pesan itu lalu kembali meremasnya membawa kotak bekal itu di tangannya, hendak kembali membuang seperti biasa. Toh pemuda mungil itu tak akan pernah lelah mengirimkannya bekal bukan?.
Pergerakan Jihoon terhenti ketika Junkyu menahan tangannya. Mengambil alih kotak bekal itu dari genggamannya.
"Kalo Lo nggak mau bilang atuh, ga baik buang makanan, membazir. Mending untuk gue sama anak-anak," ide Junkyu, lalu menyimpan tempat bekal buatan Hyunsuk itu di bawah lacinya.
Memang seperti ini biasanya. Terkadang, jika Jihoon hendak membuang tempat bekal itu kawan-kawannya akan menghentikannya, lalu memakan semua makanan yang dibawakan Hyunsuk.
Walau berapa kali pun kawan-kawannya itu selalu memuji kemampuan memasak pemuda mungil yang mengganggunya itu, tapi tak sedikit pun Jihoon pernah tertarik untuk mencoba bekal buatannya—walau hanya seujung lidah.
Karena dia tak ingin mencemarkan diri dengan memakan masakan buatan pemuda bermarga Lee itu.
Ia bahkan tak tahu apa alasan Hyunsuk bisa menjadi fans abadinya selama dua tahun belakangan, yang kini jelas sudah berjalan hampir tiga tahun.
Dengan terang-terangan dan tampak gencar pemuda itu selalu meluapkan jika ia menyukai Jihoon. Dari kejadian saat MOS kelas sepuluh yang dengan lantang Hyunsuk berteriak di lapangan jika ia menyukai dirinya, atau saat upacara kemerdekaan Hyunsuk tiba-tiba berteriak menggunakan toa dari gedung sekolah. Membuat semua angkatan mengetahui hal itu.
Itu memalukan, dan juga menyusahkan bagi Jihoon. Bagaimana mungkin di dunia ini ada makhluk tak tahu malu sejenis Hyunsuk?.
Dan jika ditanya, apa pemuda itu tahu dengan apa yang dilakukan fansnya pada Hyunsuk?, Jawabnya tahu. Ia bahkan sangat tahu jelas jika pemuda mungil itu sering di rundung karena tingkahnya yang terang-terangan itu.
Merasa bodo amat, Jihoon tidak pernah menganggap apa yang dirasakan pemuda mungil itu karena dirinya. Kan selama ini dia tak pernah meminta Hyunsuk untuk melakukan semua hal itu padanya.
Jadi itu salah dirinya sendiri. Siapa suruh keras kepala seperti itu. Harusnya dia berhenti jika memang sudah tidak kuat, tapi apa ini?. Justru iman Jihoon yang tidak kuat menahan emosi setiap harinya.
"Bang serius ini enak loh, Lo nggak mau nyoba?," tanya Doyoung sambil melahap masakan Hyunsuk ketika keluar main di kelas Jihoon.
"Ih Jihoon ma gitu, mulutnya memang nggak cocok sama makanan enak," sahut Junkyu lalu kembali mengunyah makanannya.
Jaehyuk hanya terkekeh menyetujui ucapan Junkyu, "gue nggak yakin deh ini beneran masakan kak Hyunsuk. Soalnya enak banget," selidik Jaehyuk ikut berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [Hoonsuk]
Fanfiction[Completed] Cerita murni dari otak, terlalu abal-abal untuk di plagiat. Jadi tolong jangan di plagiat🙇🏻♀️ . . "Ibarat matahari. Kamu Arunika dan aku Swastamita, sampai sini paham kan?" Tentang Hyunsuk yang merelakan segalanya hanya untuk mengejar...