Happy Reading 💎~
.
.
.
.
.Jihoon terus mendecih untuk kesekian kalinya. Terlalu jengah dengan sassaeng fans-nya yang satu itu.
Setelah menyelinap ke kelasnya dan meletakkan bekal pada mejanya, kini Hyunsuk membobol loker barunya lagi, meletakkan sebuah minuman energi dengan sepucuk surat dan juga coklat.
'Jangan sampai energimu habis hanya karena beraktivitas. Nikmati minuman ini ketika kamu merasa haus,'-Hyunsuk.
Dengan segera Jihoon meremas kertas itu, menjadikannya sebuah bola kertas kecil dan membuangnya asal.
Jihoon lalu mengambil minuman dan coklat itu, segera berjalan mendekati tempat sampah, lalu membuang kedua benda itu dengan acuh dan segera pergi menuju kantin dengan teman-temannya yang hanya bisa menggeleng tak habis pikir dengan sikap dingin Jihoon.
"Mari kita tebak dari ekspresi Bang Jihoon saat ini," seorang pemuda tampak berpikir keras ketika ketiga orang itu ikut bergabung mendudukkan dirinya di bangku kantin.
"Pasti fansnya," kekehan tak terbendung dari sebelah pemuda itu.
"Jaehyuk Doyoung, jangan mulai, Jihoon lagi kesal," peringat Yoshi sambil memukul pelan kepala kedua adek kelasnya itu.
Doyoung dan Jaehyuk terkekeh memilih mengacuhkan kalimat Yoshi, lalu kedua orang yang lebih muda itu memilih tersenyum ramah pada beberapa orang yang terlihat membawa makanan kepada mereka. Tentu saja itu fans mereka, yang terlihat jelas membawa makanan secara berbondong-bondong untuk mereka.
"Jihoon ini untuk kamu," Hyunsuk tersenyum lalu meletakkan sebuah kotak bekal di hadapan jihoon. Mengabaikan berbagai tatapan tidak suka terhadapnya, bahkan dari Jihoon sendiri.
Jihoon menatap malas pada Hyunsuk, terlihat lelah dengan tingkah pemuda mungil itu. Apa Hyunsuk tidak paham juga jika ia merasa sangat risih sekarang.
Mengabaikan tatapan tajam jihoon, teman-temannya justru terlihat asyik menggodanya. Membuatnya semakin menggertakkan gigi menahan emosi.
Secara mengejutkan tiba-tiba jihoon membanting tempat bekal yang dibawakan oleh Hyunsuk itu ke lantai, mengakibatkan seluruh isinya berserak ke seluruh lantai kantin. Membuat kantin yang awalnya ramai kini menjadi sepi karena terkejut. Bahkan tanpa sadar dari mereka sudah ada yang tersenyum dan memvideokan kejadian itu, hitung-hitung berbagi berkah kebahagiaan dari tontonan mereka saat ini.
Jihoon lalu berdiri, menatap tajam tepat di manik mata Hyunsuk, terkadang ia sedikit heran dengan pemuda mungil di hadapannya ini. Berkali-kali jihoon bertindak kasar atau melakukan hal sejenis ini, tetapi pemuda itu justru tidak menyerah namun semakin gentar mendekatinya.
dan sialnya hal itu sudah berjalan hampir selama tiga tahun. Bukan waktu yang terbilang singkat hanya untuk mengikuti dan memujanya atau bahkan mengganggunya.
"Lo paham bahasa manusia nggak sih?" Tanya Jihoon dengan nada rendahnya karena sudah terlalu emosi.
Hyunsuk yang awalnya terkejut, namun segera bertindak biasa saja dengan senyum mengembang di wajahnya. Terlalu senang karena jihoon mengajaknya berbicara.
Hyunsuk segera mengangguk, tak ingin membuat si dominan menunggu jawabannya lebih lama. tentu saja hal itu membuat jihoon menjadi kesal karena tingkah tak terduga dari pemuda mungil bernama Hyunsuk itu.
"Mungkin Jihoon tidak menyukai bekal hari ini, aku akan membuat yang lain besok," Hyunsuk berkata sambil tersenyum membuat matanya kembali menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [Hoonsuk]
أدب الهواة[Completed] Cerita murni dari otak, terlalu abal-abal untuk di plagiat. Jadi tolong jangan di plagiat🙇🏻♀️ . . "Ibarat matahari. Kamu Arunika dan aku Swastamita, sampai sini paham kan?" Tentang Hyunsuk yang merelakan segalanya hanya untuk mengejar...