Junkyu mencebik kesal ketika mendudukkan dirinya di kursi taman belakang, namun setelahnya menghela napas berat.Sebentar lagi ujian akhir tingkat tiga, lalu akan di lanjutkan dengan masa kelulusan, apakah kehidupan SMA nya akan berakhir dengan persahabatannya yang juga akan selesai setelah kelulusan?, Hah!, Dia tidak mau hal itu terjadi.
Meow
Junkyu mengerutkan keningnya ketika mendengar suara lain dari atas kepalanya, membuatnya secara refleks menoleh ke atas.
Sedikit melotot kaget, pemuda itu segera berdiri lalu menatap tidak percaya pada seekor anak kucing dengan bulu berwarna putih dan sedikit kusam akan noda. Sepertinya kucing itu tak dapat turun.
"Hei kenapa kau bisa naik, tapi nggak bisa turun?" Tanya Junkyu tidak percaya, tak menghiraukan kucing itu paham atau tidak dengan ucapannya.
Junkyu lalu melihat sekitarnya, berusaha mencari bantuan yang sama sekali tak ada, karena hanya dirinya yang ada di sana.
Dengan gesture berkacak pinggang Junkyu mempoutkan bibirnya, kembali menghela napas sebelum pandangannya berkali-kali bertukar antara kucing di atas pohon itu dengan bangku yang ia duduki tadi.
Lalu...
"Hei ayolah!, Aku akan menangkap mu" ringis Junkyu dengan tangannya yang terulur ke atas, tak terlalu jauh jaraknya dari posisi si kucing, tapi sepertinya kucing itu tak percaya dengan Junkyu.
"Kau mau turun atau aku tinggalkan disini?" Ancam Junkyu lalu mengacungkan jari telunjuknya pada kucing itu.
Meow
Junkyu kembali meringis, merasa frustasi, "meow meow meow, meow meow meow!" Tukas Junkyu berusaha menggunakan bahasa kucing, yang malah kembali kesal karena kucing itu memiringkan kepala dengan ekor yang bergerak rusuh.
Setelah lama memutuskan, Junkyu kembali mengulurkan tangannya, lalu memutuskan untuk melompat agar bisa menggapai kucing itu. Hal itu berhasil, tetapi pemuda kelahiran bulan September itu seketika menyesali perbuatan tanpa berpikirnya karena lupa jika dia berdiri di atas kursi taman, bukan hanya sekedar di tanah.
Memilih memeluk kucing itu erat agar tak ikut terluka dengan dirinya nanti. Matanya terpejam erat dan bersiap merasakan sakit di tubuh bagian bawahnya.
"Aw"
Bukan. Bukan Junkyu yang meringis, membuatnya lalu membuka mata cepat lalu terkejut karena melihat rupa lain yang kakinya sedikit di tindih oleh tubuhnya.
"Eh Hyunsuk!" Panggil Junkyu, mengabaikan kucing yang sudah turun dari pangkuannya, lalu segera membantu Hyunsuk untuk duduk di kursi taman tempat pijakannya tadi.
Kejadian barusan membuatnya lupa jika ia memiliki permasalahan dengan pemuda mungil itu.
Meringis ketika melihat Hyunsuk yang terus memegangi kaki kanannya.
"Ayo ke UKS aja" cemas Junkyu.
Selain respect humanity Junkyu yang tinggi ke binatang, tentu saja dia juga memiliki respect terhadap sesama manusia walau hubungan mereka kurang baik.
Hyunsuk tersenyum tipis sambil menggeleng, tersirat sakit di wajahnya.
"Nanti paling sembuh sendiri kok" ujar Hyunsuk sambil terus mengulang kata tidak apa-apa.
Jujur sebenarnya Junkyu cemas, bagaimanapun Hyunsuk terluka seperti ini karena mau menolongnya.
"Maaf ya Hyun" gumam Junkyu merasa tidak enak, terlebih memikirkan tubuh bongsornya yang sempat menimpa Hyunsuk tadi. Aw, rasanya pasti luar biasa sakit, memikirkannya saja Junkyu sudah ngilu sendiri.
Hyunsuk terkekeh, "nggak apa loh Jun, kamu gimana?, Ada yang luka ngga?" Tanya Hyunsuk kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan. Tak ingin membuat Junkyu cemas karena keadaannya.
Dengan bibir manyunnya Junkyu menggeleng, masih tetap merasa bersalah untuk Hyunsuk. Tentu saja hal itu membuat Hyunsuk semakin gemas dengan teman koalanya ini, teman yang sudah beberapa bulan ini tak ada komunikasi lagi dengannya.
"Kucingnya gimana?"
"Ih kok malah nanyain kucing sih Hyun?, Itu kaki kamu gimana?" Kesal Junkyu setelahnya.
Hyunsuk tertawa, syukurlah pertemuan mereka tidak seburuk pemikirannya, sepertinya dia terlalu berpikiran negatif selama ini.
Pertama tentang Yoshi, lalu kedua Junkyu. Kembali mengobrol dengan mereka ternyata tidak seberat dugaannya selama ini.
"Ya kan kamu bela-belain manjat buat nolongin kucingnya, ya wajarlah kalau kucingnya jadi prioritas" jelas Hyunsuk semakin membuat Junkyu tak habis pikir, bisa-bisanya..., Ah sudahlah Junkyu capek sama Hyunsuk.
Lalu setelah itu keduanya hanya saling diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing tanpa niat membagi pemikirannya satu sama lain.
Hening dan canggung, sungguh keadaan yang sempurna untuk meningkatkan adrenalin.
"Maaf"
Ujar keduanya kompak, membuat mereka saling melirik.
"Ah aku yang salah, makanya kaki mu luka" panik Junkyu tanpa tahu alasannya.
Hyunsuk menggeleng, "justru aku yang minta maaf, karena aku gang kalian jadinya kacau. Maaf ya Jun, beneran aku nggak ada niat sama sekali untuk merebut siapa-siapa dari gang kalian, beneran hal itu di luar kemampuan ku" jelas Hyunsuk dengan pandangan berubah sendu.
Junkyu terhenyak, dia sama sekali tidak menduga jika Hyunsuk akan membahas topik ini sekarang.
"Aku juga sedih karena kalian udah nggak pernah lagi kumpul bareng, tapi beneran, saran aku kalian coba kumpul untuk bicara lagi deh, pasti dengan komunikasi semua dapat di perjelas" lanjut Hyunsuk, yang bingung harus berkata apa lagi—terlebih karena reaksi Junkyu yang hanya diam.
Dan Hyunsuk tentu maklum akan hal itu.
Hyunsuk lalu berdiri, sedikit menahan ringisan di mulutnya agar tidak di dengar Junkyu.
Junkyu menatap heran pada Hyunsuk di depannya ketika sebuah buku terulur padanya.
Hyunsuk tersenyum lembut, lalu menggerakkan buku yang berbentuk note itu beberapa kali agar Junkyu mau menerimanya.
Tidak tahu kenapa, tapi buku itu terasa tidak asing baginya.
"Mungkin kamu lupa Jun, tapi beneran aku senang kita bisa bertemu lagi, kalau kamu masih marah, ya udah bukunya jangan di baca sekarang, nanti aja pas waktu kosong" Hyunsuk menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung dengan apa yang harus ia katakan lagi.
"Aku tak mempermasalahkan kalau kamu masih marah sama aku jun, tapi aku mohon dan berharap, semoga kamu udah nggak marah lagi sama mereka, percaya deh mereka udah mencoba berkali-kali untuk menjelaskan, mungkin ini saatnya untuk mencoba mendengarkan mereka Jun" Hyunsuk lalu mengangguk sekilas untuk pamit kembali ke kelasnya.
Membuat perhatian Junkyu teralih pada pundak sempitnya yang mulai menjauh itu. Menahan napas ketika memperhatikan langkah Hyunsuk yang sedikit terseok.
Dan pandangan Junkyu akhirnya beralih pada pangkuannya, menatap lekat dengan jarinya yang mulai menyentuh notebook yang di berikan Hyunsuk tadi. Tampak aman dan terlalu terlindungi karena buku itu tertutup dengan pengait sebagai penahannya.
Mungkin tidak sekarang waktu yang tepat untuk membacanya, pikir Junkyu lalu ikut beranjak menuju kelas karena bel tanda masuk sebentar lagi akan berbunyi.
TBC...
Jadwal update nya acak dulu ya, udah keseringan keanggur nih book soalnya😌. Ayo jangan sepi:(.
See you next chap💎~
(03/01/2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [Hoonsuk]
Fanfiction[Completed] Cerita murni dari otak, terlalu abal-abal untuk di plagiat. Jadi tolong jangan di plagiat🙇🏻♀️ . . "Ibarat matahari. Kamu Arunika dan aku Swastamita, sampai sini paham kan?" Tentang Hyunsuk yang merelakan segalanya hanya untuk mengejar...