"Hoon Lo kenapa sih?," Tanya Yoshi lalu memberikan segelas kopi pada Jihoon.Jihoon menatap Yoshi heran, lalu meneguk singkat kopi pemberian Yoshi itu. Mulai menatap orang-orang yang berlalu-lalang di kantin rumah sakit.
"Gue?, Memangnya gue kenapa?," Tanya Jihoon tampak heran.
Yoshi jengah. Dia sudah bertanya hal ini berulang kali, tapi temannya itu terus menjawab dengan hal yang sama berulang kali pula.
"Sikap Lo ke Hyunsuk. Itu aneh. Nggak biasanya Lo mau berbuat hal seperti ini pada orang lain, apa lagi orang yang Lo benci," tukas Yoshi kemudian, memutuskan untuk blak-blakan.
Memilih abai, Jihoon hanya menyeruput minumannya kembali.
"KALIAN PARK JIHOON SAMA KANEMOTO YOSHINORI KAN?!," seseorang berteriak dari arah belakang mereka, membuat Jihoon terkejut hingga memuncratkan sedikit minuman dari mulutnya.
Dengan tatapan tajam Jihoon menatap pemuda itu. Marah karena sikap kurang ajarnya, hendak berdiri untuk protes namun segera ditahan Yoshi.
"Iya, ada apa ya?," Sopan pemuda itu, membuat Jihoon tertawa remeh.
"Mana kamar kak Hyunsuk?," Tanyanya angkuh dengan tangan bersedekap di dada.
"Cio jangan bikin malu ih, kalau mau ngegas ya udah sambil bisik-bisik aja," Sindir pemuda lain di belakangnya.
Memilih acuh pemuda itu masih menatap Yoshi yang juga menatapnya lekat. Tanpa sadar Yoshi menghela napas, menatap Jihoon dengan maksud agar mereka segera kembali ke ruangan Hyunsuk.
Bisa keduanya duga, dua orang mungil ini lah yang tadi pagi menelpon Hyunsuk. Teman-teman Hyunsuk yang nekad datang dari negeri matahari terbit itu.
Tanpa banyak omong Jihoon memilih jalan lebih dulu, membiarkan Yoshi memandu kedua pemuda mungil tak tahu diri sama seperti sahabat mereka yang di rawat ini pikir Jihoon.
Dengan tatapan tajam Jihoon memperhatikan pemuda mungil yang mendorong tubuhnya ke samping hingga hampir terjatuh ke lantai saat sudah sampai di depan pintu ruang inap. Tangan mungil itu membuka pintu dan meneriakkan nama si pemilik ruangan.
"Sialan," desis Jihoon yang masih dapat di dengar Yoshi. Membuat Yoshi menepuk punggung kawannya itu seakan mengatakan sabar.
Dan disinilah mereka semua. Di ruang inap kamar Hyunsuk.
"Ini Mashiho, ini Asahi," ujar Hyunsuk pada Jaehyuk, Junkyu, dan juga Yedam yang tampak penasaran dengan penghuni baru ruangan itu. Berbanding terbalik dengan Jihoon yang terlihat acuh sambil memainkan ponsel, dan Yoshi yang hanya memperhatikan dari Jauh. Doyoung saat ini sedang izin keluar, pemuda kelinci itu sedang membeli makan malam untuk mereka semua.
"Hai, aku Jaehyuk," terlihat menyahut Jaehyuk melambai, namun matanya tak lepas dari pemuda mungil berwajah datar yang bernama Asahi itu. Apalagi setelah kejadian Asahi yang mengembalikan lipatan burung kertasnya yang sudah hancur tadi. Terlebih, pemuda itulah yang sempat membuatnya cengo tadi pagi ketika berbicara di layar.
"Udah tau, Lo Yoon Jaehyuk, Lo Kim Junkyu," ujar Asahi menunjuk Jaehyuk dan Junkyu bergantian, lalu membalikkan badan, "Lo Yoshi, Lo Jihoon, yang nggak di ruangan Doyoung,"
Hyunsuk mendelik pada Asahi, "Asahi mereka lebih tua," tampak acuh Asahi mengedikkan bahu.
"Orang jahat nggak patut di hormati, iyakan Yedam?," Tegur Asahi pada Yedam yang tampak bingung.
Jihoon dan kawan-kawannya kini tampak saling melirik karena heran. Mengapa mereka dipanggil orang jahat?, Dan juga bagaimana caranya kedua orang asing ini bisa tahu nama mereka.
"Kok Lo bisa tahu nama kita?," Yoshi yang penasaran bertanya dari jarak jauh, terlalu curiga dengan semua kejanggalan.
Mashiho menghela napas malas. Dia kesal setelah tahu semua ulah gang Jihoon itu kepada Hyunsuk. Dari Hyunsuk yang senang saat pemuda mungil itu berkontak dengan Jihoon, yang ternyata itu hanya sekedar bentakan hingga kejadian bekal dan sebagainya. Tentu saja ia langsung tak menyukai seisi ruangan itu selain Yedam yang memang sudah menjaga Hyunsuk.
Ya walaupun memang sebenarnya yang jahat itu sepertinya hanya Jihoon, tapi tetap saja kan mereka satu kawanan otomatis sama, begitu pikir Mashiho yang mensugesti pemikiran Asahi.
"Makanan datang, lah ada tamu?. Ayo makan bareng-bareng," bersyukur ada Doyoung yang datang memecah suasana canggung itu. Membuat pertanyaan Yoshi tak terjawab.
🌇
Malam belum dikatakan larut untuk bercengkrama. Setelah makan malam, Mashiho mengusir semua orang yang ada di ruangan, tentu saja Jihoon dkk. Berujar jika Hyunsuk akan dijaga oleh Mashiho dan Asahi. Sementara Yedam izin keluar karena diajak Doyoung ntah kemana.
"Kalian kok gitu sama mereka?, Mereka udah baik loh," mencebik kesal Hyunsuk menatap kedua kawan jauhnya itu.
"Sekali jahat tetap jahat sih kalau menurut aku kak," Asahi berujar tampak tak peduli, tangannya kini asik melipat kertas origami menjadi berbagai objek seperti bunga atau bola.
Mashiho mengangguk menyetujui kalimat kawannya, "dari pada bahas itu, kakak nggak kangen sama kami memangnya ya?, Kami kangen loh kak," kesal Mashiho namun segera tersenyum saat di peluk Hyunsuk. Dengan segera Hyunsuk menarik Asahi, untuk ikut dalam pelukan mereka, membuat pemuda berwajah datar itu menghela napas malas. Padahal dalam hati dia juga merindu pada sosok yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu.
"Aduh,"
Tapi senyuman Hyunsuk berubah menjadi tatapan tajam setelah memukul pelan kepala Mashiho dan Asahi bergantian.
"Kok di pukul sih kak?," Protes Mashiho mengelus kepalanya sambil menjauhi Hyunsuk.
Begitu pula Asahi yang kini sudah mencebik kesal dengan mulut manyunnya.
"Sekolah kalian gimana hah?, Jangan bilang kalian bolos ya?!, Kak Yongie nggak tahu kan kalau kalian kesini?," Cecar Hyunsuk dengan tangan bersedekap di depan dada.
Membuat kedua pemuda asal Jepang itu tersenyum kaku.
Faktanya, mereka berdua memalsukan surat, menulis ke sekolah jika keduanya sama-sama ada acara keluarga. Dengan kemungkinan izin seminggu tak datang. Tentu saja mereka tak mungkin mengatakan hal itu pada keluarga masing-masing kalau masih mau hidup bukan?.
Hyunsuk memijit pelipisnya tampak stress karena tingkah kedua pemuda mungil itu. Benar-benar gila mereka ini, bahkan mereka menghabiskan tabungan mereka sendiri hanya untuk membeli tiket?, Bagaimana Hyunsuk tidak makin merasa bersalah kalau begini?.
"Yah sudah lah jika sudah terlanjur," putus Hyunsuk akhirnya setelah mendengar cerita keduanya, membuat senyum merekah di wajah Mashiho dan Asahi.
"Tapi jangan di ulangi lagi!," Tentu saja kalimat itu kembali membuat keduanya menunduk. "Kakak jadi khawatir,"
Mashiho dan Asahi saling lirik, sekarang gantian, mereka yang jadi merasa bersalah karena sudah membuat Hyunsuk jadi khawatir seperti sekarang.
"Ayolah kak, jangan gini. Kan yang penting kami ada disini sekarang,"Asahi menggenggam tangan Hyunsuk, lalu menggoyang-goyangkannya ke kiri dan ke kanan.
"Hem," Hyunsuk tersenyum lalu mengangguk.
Membuat suasana canggung kembali terpecahkan dengan pembicaraan mereka. Tak perlu khawatir jika topik mereka habis, karena ketiganya sama-sama mempunyai pembahasan.
Hingga ketiganya hening, masih dengan tangan yang melipat kertas berwarna itu. Pembahasan yang memang sudah sampai ujungnya.
"Sudah kakak putuskan," kalimat Hyunsuk akhirnya memecahkan suasana hening itu.
Mashiho menatap Hyunsuk, menanti kalimat dari si paling tua di ruangan itu. Sementara Asahi memutuskan masih fokus pada pekerjaannya, tapi telinganya ikut mendengarkan.
"Tentang Jepang..., Sudah kakak putuskan,"
TBC...
See you next chap💎~
(22/07/2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [Hoonsuk]
Fanfiction[Completed] Cerita murni dari otak, terlalu abal-abal untuk di plagiat. Jadi tolong jangan di plagiat🙇🏻♀️ . . "Ibarat matahari. Kamu Arunika dan aku Swastamita, sampai sini paham kan?" Tentang Hyunsuk yang merelakan segalanya hanya untuk mengejar...