4.(malam buruk)

3.1K 338 24
                                    

"Siapa anak kecil berambut hitam itu, Sakura?"

Sasuke menatap Sakura tajam, rasa penasarannya benar-benar tidak bisa dibendung. Sebenarnya Sasuke bisa menyuruh Shikamaru untuk mencari tahu siapa gadis kecil berambut hitam itu. Tapi berhubung Shikamaru masih mengatasi kasus manager korupsi , setidaknya ia tidak ingin membebani Shikamaru lebih banyak.

Mencari tahu sendiri mungkin tidak salah, hitung-hitung ia bisa melihat betapa menderitanya Sakura sejak perpisahan itu.

"Siapa yang kau maksud?" Tanya Sakura dingin tanpa membalikkan badannya. "Tidak usah pura-pura tidak tahu, anak kecil berusia tiga tahun, berkelamin perempuan. Siapa itu?" Cecar Sasuke, Sakura masih setia membelakangi Sasuke, tangannya coba melepaskan dari genggaman Sasuke. Semakin ingin dilepaskan, semakin juga Sasuke mengeratkan genggaman itu.

"Aku tidak kenal dengannya, lebih baik kau pergi." Sakura meronta, ia berbalik dan menatap Sasuke tak kalah tajam. Sakura sebenarnya tak mampu melihat mata kelam itu, ada rasa tersendiri saat melihatnya.

"Lepas Sasuke, aku mohon, urusan kita sudah selesai tiga tahun lalu. Kita sudah selesai, dan pergilah." Sasuke yang mendengar itu terkekeh. "Memang, tapi aku hanya ingin tahu siapa anak kecil berambut hitam itu." Jawab Sasuke.

"Jika dilihat dari depan saja, apalagi disandingkan denganku. Semua orang pasti, bahwa ia darah dagi-"

"Tidak! Tidak! Dia bukan anakmu!" Sela Sakura sambil meronta, tangannya lepas dari cengkeraman Sasuke. Menatap Sasuke tajam dan sedikit menjauh dari Sasuke. "Melihat kau seperti ini, aku jadi semakin yakin. Bayi yang kau kandung tiga tahun lalu ada ana-"

"Tidak! Bayi itu sudah meninggal, ya bayi itu sudah meninggal." Sela Sakura sekali lagi, matanya sudah memerah marah mendengar itu.

Bisa-bisanya Sasuke berkata seperti itu setelah tiga tahun ini? Kemana Sasuke saat Sakura berjuang melahirkan saat itu? Kemana Sasuke saat Sakura membutuhkan sesuatu? Kemana Sasuke saat anaknya sakit? Dan sekarang, dengan sekarang ia mengatakan seperti itu? Apa Sasuke gila?

"Kau tidak usah meracau Sakura, sekarang dimana bayi itu? Bawa dia kemari, akan ku ajak dia pergi ke kota untuk hidup layak daripada di gubuk reyot seperti ini." Ucap Sasuke melangkah maju ke arah Sakura, wanita itu masih menatap tajam Sasuke dengan lelehan air mata yang sudah jatuh.

"Kenapa kau seperti ini?! Datang-datang dan menganggap gadis yang bersamaku itu putrimu? Apa kau gila hah?! Kemana kau tiga tahun ini?! Kemana kau saat kami membutuhkan tameng dari dunia jahat ini?! Kemana kau saat semua orang bisa berbahagia, sedangkan kami harus berusaha untuk mendapat itu? Kebahagiaan Sasuke, kami sangat sulit mendapat itu." Teriak Sakura marah sambil menunjuk Sasuke. Ia tak peduli dengan tetangga sekitar, semua rasa uneg-uneg ia ungkapkan di depan Sasuke sekarang. Sasuke hanya diam, ia kepalkan tangannya di samping tubuhnya.

"Tiga tahun Sasuke! Kau membuatku menderita selama itu, apa tidak cukup? Kau hanya perlu meninggalkan tempat ini." Sakura mengatakan itu dengan parau, sudah cukup, ia tak mau berhubungan dengan orang di depannya ini.

"Aku tidak bisa menjamin perkataan mu itu Sakura, lihat kau sudah membuktikannya. Putriku bahkan sangat sulit mendapat kebahagiaan, dan kau masih mempertahankannya untuk di samping mu? Heh hidupmu sudah gelap Sakura, hidup putriku akan selalu cerah jika bersamaku." Sasuke menyeringai saat melihat Sakura terpaku di depannya. Wanita itu terlihat buruk, banyak sekali bekas lebam keunguan di tangannya karena kelelahan. Ditambah lagi wajah yang memerah, serta mata yang terus mengeluarkan air mata.

Sakura terkekeh setelah terpaku sekian detik, lalu mendongakkan kepala ke arah Sasuke. "Putrimu kau kata? Putrimu?!" Pria itu menyeringitkan alis heran. Apa maksud Sakura? Itu yang ada di pikirannya.

"Putrimu itu sudah meninggal tiga tahun lalu Sasuke, sejak kau membawaku untuk praktek ilegal itu. Sekarang hanya ada putriku, hanya putriku Sasuke." Kecam Sakura,

"Saat dia berusaha untuk melihat dunia, sedang tumbuh didalam perutku, dan kau seenaknya ingin meluruhkan nya?! Kau membawa ku ke malapraktik itu, kau mendorongku hingga terbentur meja makan, kau membiarkanku berjalan jauh karena kau tinggal! Apa itu tidak membuktikan bahwa putrimu sudah meninggal?!"

"Dimana kau saat aku kesakitan?! Kau hanya bisa bekerja bekerja dan menjalang. Mulut kotor mu dan pantas menyebut itu putrimu Sasuke!"

"Kau menyumpahi anakku untuk segera mati! Kau bahkan memukulnya, k-kau bahkan tidak segan-segan untuk mencoba membunuhnya. Dan sekarang kau mengatakan itu anakmu?! Kenapa otak cerdas yang selalu kau banga-banggakan itu?! Apa otak itu sudah hilang? Kau hanya manusia rendahan Sasuk-"

Plak.

"Beraninya kau mengatakan aku rendahan." Nafas Sasuke memburu setelah menampar Sakura. Tamparan Sasuke terlalu keras, Sakura menangis pelan saat mendapatkan itu.

"Kau hanya seorang pembantu Sakura, gaji mu tidak akan cukup menghidupi putriku. Lebih baik ia bersamaku, kehidupannya akan terjamin! Hidup bersamamu membuktikan bahwa putriku sangat tersiksa. Lihat saja dari rumahmu, gubuk tua ini tidak pantas ditinggali putriku. Tubuhmu yang kurus kering juga sama membuktikan, aku tidak yakin putriku bisa tumbuh sehat denganmu." Ucap Sasuke tajam, Sakura menatap Sasuke tidak percaya. Ada benarnya saat hidup dengan Sasuke akan lebih terjamin, pria itu memiliki banyak uang. Tapi Sakura tetap menyangkal itu, putrinya bisa hidup dengannya walau ia hanya seorang pembantu di sebuah penginapan.

"Dia hanya putriku Sasuke! Putrimu sudah meninggal! Tidak apa jika putriku hanya hidup dengan ibunya sebagai pembantu, setidaknya ia bisa makan setiap hari. Memang benar, Sarada akan terjamin denganmu, tapi kau tak berhak dengannya! Aku yang membesarkannya! Bukan kau berengsek!" Sasuke menyeringai mendengar ucapan Sakura, lihat wanita itu begitu bodoh.

"Jadi namanya Sarada heh?" Sakura terkejut dengan ucapan Sasuke, kenapa ia bisa tidak sengaja menyebutkan nama putrinya di depan Sasuke. "Ingat Sakura, aku akan mengambil Sarada kembali. Hak asuh itu akan menjadi milikku jika aku mau dengan cepat, kau yang tidak berhak akan Sarada." Setelah mengucapkan itu, Sasuke pergi meninggalkan Sakura.

Wanita itu menatap kepergian itu lalu menuju ke dalam rumah, ia berjalan ke arah Sarada yang tertidur nyenyak di karpet usang nya. Sakura memeluk Sarada, dan menangis pelan.

"Sarada akan tetap bersama mama kan? Sarada tidak akan meninggalkan mama kan?" Ucap Sakura sambil mengelus rambut Sarada.

"Meskipun nanti kau bisa hidup lebih enak, tapi mama bisa membelikan Sarada mainan walaupun tidak sebagus yang baru, mama tahu kita tidak bisa makan enak setiap hari. Tapi Sarada akan tetap bersama mama kan?"

"Mama memang tidak bisa memberikan semua yang Sarada inginkan, tapi mama mohon tetaplah bersama mama."

"Mama menyayangimu lebih dari apapun nak."









Tbc.

Teman teman ini untuk yang kemarin ya!!, Maaf bila sedikit, saya tgl 2 besok mau ulangan, jadi saya usahakan update ya.

Bila tidak update, mapelnya pasti sulit 😭

Anak Ipa pasti paham lah yaww

Jadi mohon doanyaa!

STUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang