Sakura sengaja menemani Sarada seharian ini, ia takut Sasuke akan mengambil Sarada, jika Sakura tidak berada di sekitar anaknya itu. Sakura izin cuti sehari di pekerjaannya, tak apa jika gajinya dipotong. Yang penting sehari ini Sakura bersama Sarada.
Sekarang ia sedang menemani Sarada mandi, Sarada sangat senang jika ia mandi dari sumbernya langsung, Sakura menyalakan kran air, dan Sarada berada dibawahnya, menyabuni Sarada sambil sesekali mengajari Sarada untuk menyanyi beberapa lagu barat. Sarada harus bisa bahasa asing, Sakura selalu merecokinya sejak kecil. Karena prinsip Sakura, Sarada harus pintar, tidak akan mudah di bodohi seperti dirinya.
Sarada sudah duduk manis dengan sepotong sosis bakar besar dan nasi kepal di depannya. Sarada duduk di karpet sebelah tempatnya ia biasa tertidur. Tidak ada meja makan memang, tapi Sarada sangat senang jika seperti ini. Sedangkan Sakura menatap Sarada dengan tersenyum sendu.
Sebenarnya ia sangat lapar sekarang, ia kemarin hanya makan sepiring nasi, lauknya diberikan Sarada karena putrinya itu masih menginginkan kemarin. Sakura hanya meminum banyak air putih untuk mengenyangkan perutnya. Pertengkaran dengan Sasuke juga membuatnya tambah pusing. Ditambah hanya tersisa satu buah sosis yang dimakan Sarada dan nasi yang ia simpan kemarin.
Ia ingin makan, tapi demi putrinya ia harus menahan ini. Sakura pernah mengalami lebih buruk dari ini, tidak makan selama tiga hari demi untuk membeli sebungkus susu untuk Sarada saat bayi. Ia dimasa sangar susah saat itu, tidak apa Sakura harus kuat sekarang.
Uang gajian Sakura belum waktunya keluar, bulan kemarin, uang itu digunakan untuk berobat Sarada yang sakit karena anaknya itu sempat terkena penyakit cacar air dan demam berdarah. Itupun masih kurang, ia terpaksa meminjam Sasori sebagian untuk menambahi. Sakura memang semenderita itu, benar kata Sasuke, kebahagiaan Sarada akan sulit di dapat bila bersama Sakura.
Tapi ia tak peduli, yang melahirkan dan membesarkan Sarada adalah dirinya. Sasuke hanya penyumbang benih untuk Sarada, sebenarnya dirinya iri dengan Sasuke. Kenapa semua yang ada di Sarada sangat mirip dengannya, Sakura hanya kebagian mata bulatnya, dan harus diperhatikan sangat jeli. Sarada benar-benar Sasuke saat kecil.
"Mama, mau?" Ucapan Sarada membuyarkan lamunan Sakura, ia melihat putrinya menyodorkan satu potong sosis ke arah mulut Sakura. "Hey jika mama memakan ini, Sarada tidak akan kenyang. Sudah makan saja, mama sudah makan tadi." Bohong Sakura sambil tersenyum manis. Ia meneguk air putihnya sebanyak mungkin, mungkin dengan ini akan mengurangi rasa laparnya.
"Sayada sudah kenyang mama, ini buac mama saja." Sarada masih menyodorkan sosis itu ke mulut Sakura, wanita itu menerima dengan tersenyum hangat. Astaga hanya melihat Sarada tersenyum saat bersamanya seperti ini, itu sudah membuatnya ingin menangis haru. "Baiklah sayang, cuci tanganmu, lalu mari kita jalan-jalan ya?"
Sarada berbinar mendengarnya, "Boyeh? Sayada mau ke Geleja mama, Sayada sudah yinduuu sekaliii sama pendeca. Sayada ingin bercanya banyak sama pendeca mama!"
"Baiklah, kau mendapatkan nya sayang."
*****
Sasuke berencana untuk menemui Sarada sekarang, ia ingin sekali melihat putrinya itu. Melihat dari foto saja sudah membuat senyum kecilnya terbit. Bagaimana kalau bertemu secara langsung, Sasuke yakin ia tidak bisa berhenti tersenyum kalau bertemu Sarada nanti.
Sasuke sebenarnya sedikit merasa bersalah pada Sakura, datang-datang dan mengacaukan hidup wanita itu kembali. Tapi dalam pikiran Sasuke ini demi kebaikan sang putri, Sakura terlalu miskin untuk menghidupi Sarada. Pria itu masih ingat, air mata Sakura saat mengeluarkan uneg-uneg nya kemarin kepada dirinya. Wanita utu terlihat sangat tersiksa dengan hidupnya, mata merah dan nafas memburunya membuktikan itu semua.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang, Sasuke memutuskan untuk keluar dari hotel setelah membuyarkan lamunannya tadi. Ia pergi menuju rumah Sakura sekarang, tak peduli juga bahwa wanita itu akan mengamuk karena dirinya datang kerumahnya. Sasuke hanya berniat menemui Sarada sekarang, bukan waktunya untuk Sasuke mengambil Sarada sekarang. Ia masih berbelas kasih kepada Sakura walaupun sedikit.
Dirinya juga sudah menghubungi Suigetsu untuk menyiapkan pengacara, mengurus hak asuh Sarada. Mungkin, berkas itu akan sampai besok di hotel Sasuke. Pria itu tak sabar melihat wajah terkejut serta memohon Sakura untuk kesekian kalinya.
Baginya, penderitaan Sakura adalah objek cuci mata yang sangat pas.
Pria itu memang sangat sekali membenci Sakura, tiga tahun lalu saat orangtuanya bilang bahwa ada seorang gadis anak dari teman ibunya akan dijadikan istrinya, Sasuke tidak menolak. Sebab saat itu, ia proses pemulihan patah hatinya karena ditinggal sang kekasih hati. Sasuke kaget bahwa yang dikatakan orangtuanya adalah gadis dengan rambut langkahnya, apalagi matanya itu. Sasuke sangat suka, meneduhkan dan membuat damai dirinya.
Ia hanya diam saja saat semua acara pernikahan disiapkan, hanya menuruti kata orangtuanya untuk ini dan itu. Sasuke saat itu sudah tahu nama Sakura, berkenalan singkat dengan bertemu di cafe, dan berbicara ringan membahas masalah kehidupan. Sakura mengatakan bahwa ia tinggal bersama kakeknya di Osaka, Sakura juga kenal dengan kakek Madara, kakeknya Sasuke. Madara sering sekali datang ke Osaka hanya untuk menjenguk Sakura, dan membiayai seluruh sekolah Sakura.
Sampai saat kakeknya Sakura meninggal karena komplikasi, Sakura langsung diboyong menuju Tokyo oleh Madara.
Madara mengatakan bahwa Sakura tidak perlu bekerja, cukup belajar serius untuk kuliahnya. Tapi Sakura tetap tidak mau menuruti pria tua itu, Sakura bekerja di toko buku sebagai kasir. Gajinya lumayan untuk makannya sehari-hari, setelah kukus kuliah, ia dipertemukan dengan Sasuke.
Dan semua pun bermula.
Pernikahan mereka, hingga Sakura hamil. Cukup berjalan lancar memang selama enam bulan pernikahan mereka. Sasuke yang sudah membuka hati untuk Sakura juga merasa sangat bahagia, istrinya hamil dan mengandung benihnya. Jangan tanya bagaimana perasaan Sakura, sejak dikenalkan oleh Sasuke, wanita itu menilai bahwa Sasuke pria yang baik walau sikapnya acuh.
Tapi semua berubah saat usia kehamilan Sakura memasuki enam bulan. Perempuan yang membuatnya suaminya terpuruk, datang lagi. Tuduhan-tuduhan tidak berbukti dilayangkan kepada Sakura, hingga sampai saat perempuan itu mengatakan sesuatu yang membuat Sasuke langsung menceraikan Sakura tanpa berfikir.
"Kau yakin istrimu itu setia heh Sasu? Lihat ini, aku mempunyai bukti bahwa istrimu itu berkhianat dibelakang sampai hamil sebesar itu."
Foto Sakura di dalam club malam dengan seorang pria yang sedang membopongnya telah dilihat oleh Sasuke.
Tbc.
Kurang greget gak?? Next chapter ajah ya.
Btw gaiss, Sarada itu cadelnya di huruf R, T kadang sama L ya.
Support dan dukungan, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
Teen FictionA SASUSAKU FANFICTION Seorang Haruno Sakura, akan selalu terjebak dengan Uchiha Sasuke ©najaahaisy