13.(Sabaku Gaara)

3.2K 286 33
                                    

Sudah seminggu berlalu, tapi Sarada belum tak kunjung membuka matanya. Sang ibu semakin tidak mempunyai harapan untuk hidup, meskipun anaknya selalu memberi tanda seperti menggerakkan tangan ataupun jarinya sedikit.

Sakura pernah terpuruk, setelah mendengar berita tentang Sarada yang koma, ia bahkan tidak mau makan atau pun minum. Jika bukan Sasuke yang memaksa, Sakura tidak akan makan walau hanya sesuap. Sasuke yang geram dengan wanita itu, membawanya ke gereja. Dan benar saja, Sakura langsung tersadar dan menangis hebat diperlukan biarawati.

Bahkan sekarang, Sakura sudah memasuki masa bangkitnya. Menangis saja tidak akan membuat putrinya bangun, memutuskan untuk pergi ke gereja setiap pagi-pagi buta, dan setelah itu bekerja.

Ya, Sakura bekerja. Tidak buruk, hanya menjadi salah satu karyawan di tempat laundry dekat rumah sakit. Setelah bekerja samapi pukul empat sore, Sakura akan pergi ke rumah sakit untuk menjaga Sarada. Wanita itu tidak ingin mengandalkan Sasuke untuk biaya pengobatan Sarada, apalagi sekarang putrinya berada di ruang ICU, biaya besar pasti akan terjadi.

Sakura tidak bermaksud meninggalkan Sarada sendirian saat pagi, ia sudah berbicara kepada dokter, dan dokter dan para perawat lain menyetujui untuk menjaga Sarada setiap 1 jam sekali. Sakura sangat berterimakasih pada dokter tentunya, Sakura jadi dekat dengan dokter itu. Seminggu ini, Sakura selalu berbincang banyak dengan dokter itu.

Sabaku Gaara, dokter tampan yang rela meluangkan waktu sibuknya untuk sekedar melihat kondisi Sarada.

Dokter itu dekat dengan Sakura, bahkan Gaara sudah banyak bercerita dengan kegiatan sehari-harinya kepada Sakura. Ketika Gaara sedang tidak sibuk, dokter itu mengantarkan Sakura ke gereja, atau menjemputnya di tempat laundry. Sakura berhutang banyak pada dokter tampan itu.

Hidup Sakura hanya ada di tiga tempat sekarang, rumah sakit, gereja dan tempat kerjanya. Sakura tidak pulang ke rumah Sasuke, wanita itu masih memiliki rasa sakit tersendiri untuk itu. Untuk baju dan segala keperluannya, biarawati di gereja meminjamkan bahkan memberi Sakura banyak baju sumbangan kepadanya. Sakura sangat bersyukur, dan para biarawati juga memberinya tempat tinggal belakang gereja untuk dirinya singgah.

Sakura mempunyai prinsip, jika ia dekat dengan Tuhan, maka semua akan dibalas oleh Tuhan dengan cara yang tidak terduga.

Soal Sasuke, Sakura enggan bertemu pria ini seminggu ini. Sakura selalu menghindar dari Sasuke, selalu mempunyai alasan jika diajak berbicara. Sakura tidak mau terjebak kembali, kejadian Sarada cukup membuatnya mengerti, bahwa mereka berdua harus pergi dari Sasuke. Setelah Sarada sadar, Sakura sudah merencanakan untuk pergi dari Jepang menuju Hungaria. Sakura tahu, biaya hidup di sana tergolong terjangkau. Sakura sangat berharap putrinya cepat sadar dan pergi dari negeri ini.

Sekarang, wanita itu berada di halte buss, jam sudah menunjukkan pukul empat sore lewat lima belas menit. Seharusnya buss sudah lewat lima menit lalu , tapi ini terlambat untuk datang. Sakura tidak sabar untuk berbincang dengan Sarada dan mengobrol dengan Gaara. Sakura sedikit tersenyum jika mengingat kebaikan dokter itu.

Sakura sedikit geram saat ia sudah menunggu sekitar setengah jam, ia mengendus kesal dan bergumam tidak jelas. Sesekali bahkan Sakura mengumpat hanya karena buss yang terlambat itu, padahal jika ia sedang sadar sepenuhnya, ia akan meminta maaf kepada Tuhan karena mengumpat.

"Saki, masuk."

Sakura mengangkat kepalanya ketika mendengar panggilan tidak asing ditelinga nya, dan benar dugaannya. Pria yang selama ini ia hindari sedang berdiri didepannya dengan tatapan tajamnya. Sakura berusaha tenang, dan melihat Sasuke dengan pandangan datarnya juga.

Sakura sudah ingin berlari saja sekarang, ia bukannya takut dengan Sasuke. Tatapan pria itu membuat kakinya lemas dan tidak berdaya untuk sekedar beranjak. Sasuke sedang dalam mode marah sekarang, Sakura tahu itu.

STUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang