"Dimana aku?"
Sakura mengerjabkan matanya sesaat lalu berusaha untuk duduk walau selang infus masih menempel di tangannya. Sakura merasa, kepalanya tidak seberat kemarin, hanya jika terlalu bergerak cepat, ia bisa merasakan pusing sedikit hebat sesaat. Sakura menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding, menunjukkan jam sepuluh pagi, astaga berapa lama ia tertidur. Seingatnya saat dirinya berada di rumah sakit masih sekitar jam sepuluh pagi. Artinya sudah sehari ini dirinya tertidur, Sakura tidak percaya dengan ini.
Biasanya, paling lama waktu tidurnya dulu hanya sekitar lima jam. Selebihnya hanya bonus dari Tuhan, sekarang Sakura merasa bahwa tidurnya sangat nyenyak, dan bangun dengan keadaan lebih segar dari biasanya. Sakura menunggu sejenak, mungkin saja ada seseorang masuk dan menjelaskan semua ini. Tapi Sakura bisa menebak bahwa ini adalah ulah mantan suaminya. Seseorang tidak akan nekat membawa dirinya keluar rumah sakit laku berakhir di ranjang mewah seperti ini, kecuali pria itu.
Si brengsek Uchiha Sasuke.
Sakura sebenarnya benci sangat, tapi karena mimpinya tadi, memimpikan bahwa Sasuke mengatakan sesuatu yang membuatnya menangis haru, hati Sakura sedikit meleleh.
"Hei sudah bangun?" Sakura tersentak mendengar itu, menoleh ke arah sumber suara menemukan pria itu.Membawa nampa berisi bubur dan susu hangat, Sakura mengangguk sebagai balasan. "Makan lah, kata dokter orang sakit sepertimu tidak boleh makan yang keras-keras." Ujar Sasuke.
Astaga apa pria itu tidak melihat bahwa Sakura masih lemas sekarang? Mendudukkan badan seperti ini saja sudah membuatnya lelah, ia menatap Sasuke dengan tatapan datar. Dan Sasuke paham dengan itu, "Maaf ya, baiklah aku akan suapi dirimu. Jangan menolak dan terima ini," Sasuke menyuapi Sakura dengan telaten, wanita itu sesekali menatap wajah Sasuke lalu menunduk kembali.
Mangkuk berisi bubur itu sudah ludes dilahap Sakura, ia ingin cepat sembuh lalu pergi dari sini. Pergi dari Sasuke adalah hal terbaik, dan sialnya tubuhnya tidak bisa diajak kerjasama. "Kau kehilangan banyak berat badan, lihat tubuhmu. Hanya tersisa tulang dan kulit saja, apa kau semiskin itu?" Sakura tidak menjawab itu, hanya menatap wajah Sasuke sejenak lalu menunduk kembali.
"Mana putriku?" Hanya itu yang dikatakan Sakura, Sasuke menyeringitkan alisnya. "Mengalihkan pembicaraan, jawab aku dulu Sakura. Kenapa Sarada bisa sesubur itu, sedangkan ka-"
"Apa peduli mu?" Sela Sakura cepat, bermaksud Sasuke tidak lebih lagi mencampuri kehidupannya. Berharap juga Sasuke dengan cepat keluar dari kamar ini, berada di ruangan yang sama bersama orang yang kau benci adalah hal yang buruk.
"Aku peduli Sakura, lihat kau sekarang. Badanmu bahkan tidak sanggup untuk berdiri, selang infus menancap di punggung tanganmu. Kau lemah sekarang, menjaga dirimu saja tidak becus, bagaimana kau bisa menjaga Sarada hah?!" Cerca Sasuke dengan datar, matanya menatap Sakura tajam dan dingin.
Ia berusaha menahan emosi dengan baik sedari tadi, tapi wanita didepannya ini malah membuat emosi itu keluar. Rasanya Sasuke ingin meledak sekarang, tapi ia masih punya rasa kemanusiaan walau sedikit. Sakura sakit, tubuhnya masih lemah. Ia tak boleh gegabah dengan perbuatannya. "Apa tau mu soal Sarada?! Kau hanya seorang penyumbang benih untukku, kau tidak tahu apa-apa soal Sarada, Sasu-"
"Maka dari itu aku memintamu untuk kembali bersamaku!" Bentak Sasuke keras, wanita itu sampai menegang. Sasuke mengusap wajahnya, lalu menatap Sakura lembut. Pria itu memegang kedua bahu Sakura dan membuat Sakura menatap ke arah dirinya.
"Kau tahu, setelah mengetahui Sarada, rasa bersalahku timbul. Jadi, kembali bersamaku, dan mari kita bangun semua ini dari awal, Saki."
****
Sudah dua Minggu sejak Sakura dinyatakan sembuh total dari sakit yang diderita. Badannya sudah bisa bebas dari alat medis menyebalkan itu, dan sekarang ia tinggal di rumah Sasuke sementara. Dokter mengatakan, Sakura butuh istirahat lagi untuk beberapa hari ke depan. Setelah itu dirinya boleh beraktivitas kembali seperti semula. Sakura tak sabar menanti itu, terbebas dari rumah ini adalah impiannya.
Ia sedang duduk di sofa ruang tamu Sasuke, menemani Sarada yang sedang bermain boneka barbie. Sakura tersenyum miris melihatnya, lihat betapa bahagianya anaknya itu berada disini. Mendapat segala yang ia inginkan, tanpa harus menunggu. Tidak seperti saat bersama dirinya, bahkan boneka barbie yang dipegang Sarada sekarang, bisa dikumpulkannya dalam waktu tiga bulan. Uangnya memang sangat pas dengan kebutuhan sehari-harinya, segala kebutuhan hiburan Sarada, ia hanya membelikan mainan anak itu dalam kurung waktu empat bulan sekali. Itupun hanya mampu dibelinya di tempat barang rongsokan yang masih bagus.
"Mama boyehkah Sayada dicini yebih yama? Sayada cuka dicini, papa membelikan Sayada banyak mainan uncuk Sayada. Boyeh ya ma?" Sakura hanya tersenyum mendengar itu, memilih mengelus rambut putrinya dan mungkin mengalihkan pembicaraan adalah hal yang terbaik untuk sekarang. "Hei Sarada ingin sup ayam tomat buatan mama?"
Anak itu bebinar mendengarnya, mengangguk antusias sambil berdiri dari mainannya dan menuju mamanya dengan sedikit berlari. "Hei jangan berlari nanti terja-"
"Huaaaa mamaaaa cakitt." Sakura langsung saja berdiri dan menghampiri anaknya itu. Menggendong Sakura dan memilih untuk mengelus punggung Sarada untuk meredakan tangisan itu. "Kan sudah mama bilang, hati-hati Sayang. Lihat sekarang sudah terjatuh, siapa yang sakit hm?" Ujar Sakura lembut, tapi anak itu malah menangis keras hingga membuat Sasuke yang baru selesai mandi turun dengan cepat.
"Hei ada apa ini? Sarada kenapa?" Tanya Sasuke kepada Sakura, wanita itu menatap Sasuke datar dan membalas dengan seadanya. Perang dingin masih terjadi diantara mereka, "Papaaaaa huaaaaa, mama memalahi Sayadaa."
Tangan Sarada meminta untuk digendong Sasuke, meraung di pelukan papanya sambil sesekali mengadu tentang Sakura. Wanita itu mengendus mendengarnya, bahkan dalam jangka waktu dua Minggu, Sasuke bisa memonopoli Sarada secepat itu. Sakura hanya bisa mengumpat dalam hati, "Baiklah ikut mama dulu, papa ingin berganti baju, setelah itu kita bermain ya?" Gadis kecil itu mengangguk sedih lalu beralih memeluk leher Sakura setelah Sasuke menyerahkannya.
Sakura membawa anaknya itu keluar ke samping rumah, menuju area kolam renang, mendudukkan dirinya dan Sarada di sofa yang tersedia. Menghibur Sarada dengan sedikit iming-iming akan berjalan-jalan nanti sore jika Sarada berhenti menangis, anaknya yang memang gampang terbujuk itu menurutinya dan berhenti menangis.
Sarada sekarang bercerita banyak tentang kegiatannya bersama Sasuke selama dirinya sakit. Saat pertama kali bertemu Sarada di rumah ini, Sarada menangis hebat, bahkan tidak mau lepas dengan dirinya dengan alasan rindu. Sasuke turun tangan, dan ajaibnya itu berhasil.
Mereka berdua bercanda cukup lama, sampai teriakan seseorang membuat Sakura langsung memeluk Sarada erat.
"Kau! Apa yang kau lakukan disini, jalang!"
TBC.
wayolohh sapa tuh,
yang mau request karakter jahatnya boleh deh ya, mumpung belum debut lo..
yaudah de sekian, terimakasih atas dukungannya.
Salam sasusaku garis keras!✨
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
Teen FictionA SASUSAKU FANFICTION Seorang Haruno Sakura, akan selalu terjebak dengan Uchiha Sasuke ©najaahaisy