empat

8.9K 1.3K 144
                                    

author pov

"jen, gue hamil"

"..."

"ceritanya udah mau masuk tiga belas bulan"

"mana ada hamil tiga belas bulan, bodoh"

"ada"

"siapa?"

"ga tau"

"ga ada"

"ada"

"gue tanya emang siapa? nyokap lo?"

"masa gue dalam kandungan tiga belas bulan, lama amat"

"ya pantes lo cerewet, kelamaan dalem perut sih"

bukannya marah, yang di ledek justru tertawa gemas. tak menghiraukan tatapan murid lain yang sesekali melewati mereka, lisa hanya terus memusatkan fokusnya pada jennie.

derasnya suara air hujan yang turun ke bumi saat ini bagi jennie terkalahkan oleh kalimat-kalimat tak masuk akal yang lisa lontarkan sudah hampir setengah jam.

lisa tersenyum disampingnya, menatap rintikan air yang begitu deras pada halaman sekolah mereka.

saat tau jennie sedang duduk sendirian pada salah satu bangku panjang yang ada di depan kelas, lisa langsung mendekatinya dengan tujuan tak ada laki-laki atau siapapun yang boleh mendekati jennie selain dirinya.

seharusnya ini sudah jam istirahat, tapi berhubung sedang hujan, jadi sebagian besar murid-murid lebih memilih tidur di kelas dan menghabiskan waktu mereka disana.

"tapi serius, bayangin nih gue lagi hamil udah tiga belas bulan"

"siapa suami lo?" kini jennie mulai tertarik untuk mengikuti pembicaraan tak masuk akal yang lisa mulai

"gue sendiri."

kedua alis jennie mengerut bingung, tapi ia cepat cepat menggeleng. sudah seharusnya ia paham bahwa gadis jangkung ini memang selalu memiliki pembahasan yang aneh.

"kayanya anak gue udah bisa ngomong deh dalem perut" ucap lisa lagi

"sinting"

"dih ngatain"

"lo ga cape ngomong terus?"

"ngga"

"..."

"lo ga ngerti maksud gue ya jen?"

"apa?"

"maksud gue tuh, ini lagi laper" cemberut lisa dengan sengaja sambil menunjuk perutnya yang tertutup seragam

"anak lo laper?"

entahlah jennie suka meledek lisa, tapi sepertinya lisa tak menganggap serius apapun, ia justru tertawa lagi

"iya, mau tau ga dia bilang apa dalem perut gue?" balas lisa

"apa?"

"jennie jennie jennie jennie, gitu"

"kalo laper seharusnya dia minta makan, bukan malah nyebut nama gue"

"ini tuh ngebuktiin seberapa besarnya gue sayang sama lo sampe setiap sel-sel tubuh yang gue rasain tiap hari selalu ada nama lo didalamnya"

"lebay"

berbanding balik dengan ucapan, senyuman tipis tercipta pada sudut bibir jennie ketika ia sudah mengalihkan pandangan.

"lo ada bawa bekel ga?"

"ngga"

"kalo jajanan?"

DIALOG - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang