Sembilan

29.1K 4.3K 403
                                    

Malemnya setelah gue selesai nemenin Hesa keliling, gue balik ke kamar gue berniat untuk mandi dan beristirahat karena besok udah kembali masuk sekolah.

Tapi baru aja gue masuk selangkah ke dalam kamar. Tiba-tiba sebuah tarikan gue rasakan pada lengan gue dan menarik gue cukup kuat yang terjadi cukup cepat sehingga kini posisi gue terpojok dengan punggung gue yang menempel pada dinding.

"Jelasin apa maksud elo bawa orang yang nggak gue kenal ke kamar ini." ungkap Josh. Dengan suaranya yang kembali datar dan tatapan matanya yang dingin menusuk yang mana hal itu membuat gue terdiam beberapa saat merasakan aura menyeramkan yang keluar dari tubuhnya.

"G-gue nggak maksud apa-apa. Gu-gue cuma nurutin apa yang Hesa mau. Dan..dan gue--" perasaan takut menghampiri gue, itulah mengapa gue terbata dengan mata yang menatap ke sembarang arah asalkan nggak menatap Josh.

Melihatnya seperti itu ngebuat gue teringat akan pertama kali dirinya mengikrarkan kalo gue akan menjadi bahan bulinya. Dan itu menakutkan, makanya gue bersikap kayak gini.

Tapi entah mengapa, seperti tersadar, Josh melangkah mundur sambil berdecak kecil membelakangi gue. Membuat heran karena biasanya dia akan mengeluarkan kata-kata menyakitkan yang akan menyinggung jati diri gue.

Gue nggak tau apa yang terjadi. Tapi dari yang gue lihat, Josh terlihat frustasi dengan kedua tangannya yang mengacak-acak rambutnya kasar. Setelahnya dia berbalik dan menatap gue sebentar, sebelum akhirnya dia berlalu dan membuka pintu untuk keluar dari kamar. Meninggalkan gue yang bernapas lega melihat kepergiannya.

Aneh.

Itu pikir gue. Tapi gue berusaha mengabaikannya dan mulai melangkah untuk melanjutkan niat gue untuk membersihkan diri yang setelahnya gue pun beristirahat dan memejamkan mata untuk tertidur.

Pada awalnya gue merasa nyaman dan tidur tanpa adanya gangguan. Tapi beberapa jam kemudian, bisa gue rasakan sesuatu yang menulusup masuk ke bagian pinggang gue dan bisa gue rasakan sedikit tarikan yang membuat tubuh gue sedikit mundur untuk kemudian menerima sebuah pelukan hangat dari arah belakang gue.

Gue penasaran dan ingin mengetahui siapa pelakunya. Tapi gue terlalu ngantuk untuk perduli. Makanya gue mengabaikannya dan melanjutkan tidur gue yang gue akui bertambah nyenyak hingga akhirnya gue terlelap dengan perasaan nyaman yang menyelimuti gue.

• • •

Paginya, gue terbangun dengan perasaan panik. Karena setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan lewat gue pun dengan tergesa-gesa turun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi untuk mempersiapkan diri.

Sialan. Saking nyenyak nya gue tidur semalem, gue sampe lupa pasang alarm.

Lihat sekarang, gue jadi telat. Malah mata pelajaran pertama gue di kelas seni lagi. Gue nggak bisa ngasih alasan apapun ke guru seni kalo masalah terlambat.

Bukan cuma gue. Semua murid disini juga sangat takut pada guru itu. Makanya gue panik, karena bel masuk sekolah udah berbunyi 30 menit yang lalu. Dan gue masih di kamar dengan handuk yang mengalungi pinggang gue.

Mencari seragam gue hingga akhirnya gue bergegas mengenakannya yang tentu saja nggak rapi karena yang hanya di otak gue adalah buru-buru dan mencari alasan semasuk akal mungkin supaya gue nggak kena poin yang akan berimbas pada hukuman di jam istirahat.

Setelah semua siap. Gue pun langsung keluar dari kamar, berlari dengan cepat hingga pada belokan di koridor pertama, gue menabrak seseorang yang membuat gue mengaduh sakit karena tabrakan itu terjadi antara kepala gue dengan dada seseorang yang posisinya masih berdiri tegap berbeda dengan gue yang mundur dua langkah akibatnya.

ROOMMATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang