Jadi, sekolah tempat gue belajar tuh mengusung tema kebarat-baratan.
Berbeda dengan sekolah lainnya, sekolah ini mengikuti segala ajaran yang sekolah negara Eropa atau negara barat lainnya.
Kayak misalnya jadwal mata pelajarannya.
Kalo disekolah gue yang dulu kan walaupun udah ganti mata pelajaran kelasnya tetep sama sampe tahun ajaran baru nanti. Nah di sekolah yang sekarang ini enggak, setiap ganti mata pelajaran, kelasnya pun ganti juga. Menyesuaikan guru yang mengajar mata pelajaran di kelas tersebut.
Gimana ya, gue nggak tau cara jelasin detailnya. Yang jelas nggak ada kelas tetap seperti sekolah pada umumnya. Jadi setiap mata pelajaran selalu bertemu murid yang berbeda yang jadwalnya sama sesuai jadwal yang sudah diberikan dan ditetapkan.
Itu baru cara belajarnya loh ya, belum olahraganya. Guru-gurunya, budayanya, dan lain sebagainya. Semuanya mengikuti gaya barat yang mana hal itu menguntungkan gue karena para guru disini mentoleransi orientasi seksual gue yang menyimpang. Jadi itulah mengapa gue masih bertahan disini dan nggak di depak walaupun faktanya seluruh penjuru sekolah udah tau ke-gay-an gue.
Dan sekarang tepat tiga hari setelah kamar gue kedatangan murid baru bernama Azuan.
Gue nggak tau ya harus nge-cap dia sebagai murid baru atau enggak. Soalnya, dia udah banyak temen. Guru-guru juga mulai mendekatinya, membujuknya agar masuk ke tim olahraga rugby setelah dirinya menunjukkan skill yang dibutuhkan di tim rugby sekolah.
Bukan cuma guru mata pelajaran dan pelatih aja.
Melainkan Josh and the genk juga ikutan ngebujuk Azuan yang mana hal itu juga membuatnya lebih sering mengunjungi kamar gue sama Azuan demi bisa memasukkan Azuan ke dalam tim.
Dan gue risih akan hal itu.
Gimana enggak coba? Setiap murid-murid atau yang bisa dibilang temennya Azuan yang mampir untuk membujuknya, pasti menyempatkan diri untuk menghina gue yang tentu saja membuat gue sakit hati walaupun udah sering gue dengar kata-kata itu.
Mending sih ya kalo cuma kata-kata doang. Gue masih bisa tahan dengan pura-pura denger lagu. Tapi ini enggak. Mereka mainnya fisik dan beberapa kali melempar gue pakek benda kayak sepatu, sendal dan lainnya. Dan mereka ngelakuinnya saat Azuan lagi lengah atau lagi nggak ada di kamar.
Seperti sekarang ini. Josh bersama dua antek yang selalu mengikutinya menjebak gue di kamar gue sendiri dan memojokkan gue dengan terus melangkah maju yang mana itu membuat gue harus melangkah mundur sampai akhirnya punggung menyentuh dinding yang membuat gue nggak bisa bergerak lagi dan cuma bisa menatap takut sosok Josh yang kini jaraknya sangat dekat.
Dia nggak mengeluarkan ekspresi apapun, wajahnya datar dengan matanya yang dingin menatap tajam ke arah gue. Berbeda sama anteknya yang cengar-cengir merasa puas melihat gue terpojok.
"L-lo mau ngapain?" tanya gue dengan nada bergetar merasakan takut karena saat ini pintu kamar gue tertutup yang nggak gue tau kenapa mereka bertiga melakukanya padahal gue membukakan pintu buat mereka setelah bilang kalo mereka nyari keberadaan Azuan.
Tawaan kecil yang terkesan seperti orang yang cengegesan yang berasal dari dua cowok anteknya Josh yang menertawakan pertanyaan gue barusan.
"Ya apalagi kalo bukan buat bikin lo jera udah milih untuk tetp bersekolah disini." ujar salah satu dari mereka. Gue yang mendengarnya pun perlahan menhirup napas dalam, menghembuskannya pelan sebelum akhirnya menjawab dengan nada tenang namuin masih terdengar gusar.
"Kan udah gue bilang, gue nggak bisa pindah sekolah gitu aja. Ortu gue nyuruh gue untuk tetep disini sampe gue lulus." ujar gue pada dua orang di belakang, enggan menatap Josh yang semakin mendekatkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOMMATE [END]
Ficción General"Eh, maaf, maaf. Tunggu diluar dulu ya, biar gue beresin dulu." ucap gue cepat dan segera mendorong tubuhnya keluar dari kamar. Setelahnya gue menutup pintu sambil memukul kepala gue sendiri merasa bodoh karena sudah menempel poster-poster cowok gan...