Pertandingan akan dimulai beberapa menit lagi. Dan kini gue sudah berada di salah satu kursi penonton dengan Hesa dan Justin yang ada disamping gue menemani gue untuk melihat pertandingan yang mewakilkan sekolah tempat gue belajar itu.
Sedangkan untuk Azuan, Josh dan juga tim lainnya melakukan pemanasan yang mana sangat jelas kalau pandangan dua cowok itu mengarah ke arah gue yang membuat gue bingung harus membalas tatapan siapa karena jarak diantara mereka cukup jauh.
Ya walaupun gue nggak bisa melihat ekspresi yang mereka keluarkan karena mengenakan pengaman kepala. Tapi seenggaknya salah satu dari mereka mengharapkan ekspresi yang gue keluarkan untuk menyemangati mereka. Dan karena gue bingung, gue pun memutuskan memasang senyum lebar sambil melambai kecil ke arah mereka berdua.
Josh membalas lambaian tangan gue dan mengacungkan jempolnya yang entah maksudnya yang jelas gue berkerut heran mendapati sosok Azuan yang tidak membalas apapun dan hanya berlalu pergi untuk kembali pemanasan.
"Pasti yang Josh maksud itu kamu ya." celetuk Mahesa yang duduk di samping gue.
Gue menoleh ke arahnya dan hanya mengedikkan bahu karena merasa malu akibat celetukannya itu.
"Nggak usah malu. Aku dan keluarganya Josh tau. Kalo Josh nyimpen perasaan ke kamu. Dan kamu tau nggak kenapa aku bisa mutusin buat ngebatalin pertunangan ku sama dia?" gue menggeleng kecil.
"Dia sempet bentak aku dan kedua orang tuanya yang menolak perjodohan itu karena alasan sudah memiliki seseorang di hatinya. Kami semua penasaran, sampai akhirnya Josh jujur kalo dia punya rasa sama kamu dan nggak bisa menerima perjodohan ini karena mau memperjuangin kamu." cerita Mahesa.
"Tanya aja Justin kalo kamu nggak percaya." tambahnya, sambil menyenggol bahu Justin yang ada di sampingnya.
Justin menganggukkan kepalanya, menatap gue yang entah kenapa tatapannya terlihat mengintimidasi sehingga membuat gue berkedip beberapa kali berusaha menghindari tatapannya yang ternyata tidak jauh berbeda dari Josh saat menatap gue.
"Gue nggak tau apa yang lo janjiin sama, Josh. Tapi yang jelas dia bener-bener berusaha dan berlatih habis-habisan dengan ambisi memenangkan pertandingan ini. Dia nggak cerita motivasinya apa. Tapi gue yakin, pasti masih berhubungan sama elo." ujarnya yang tanpa sengaja gue angguki membenarkan ucapannya.
Mahesa menyentuh tangan gue dan meremasnya pelan. Lalu dengan lembut dia bertanya.
"Emangnya kamu kasih janji apa sama Josh, Ko?" tanya Mahesa.
Gue awalnya ragu. Tapi pada akhirnya gue menceritakan semua yang gue janjikan pada Josh jika memang dirinya bisa membawa tim sekolah menjadi pemenang pertandingan kali ini.
"Ah. Jadi hubungan kalian cinta segitiga." ujar Justin menyimpulkan. Gue segera menggeleng kuat dan menjelaskan kalo sebenernya gue udah klop dan merasa pas bersama Azuan.
Tapi bukannya mengerti. Justin malah kelihatan marah. Dia bahkan mengulurkan satu tangannya meraih kerah baju gue sambil berkata dengan nada yang tertahan.
"Kalo gitu lo nggak perlu pake janjiin hal yang nggak pasti, anjing. Lo tau apa yang udah adek gue siapin kalo dia kalah dalam pertandingan ini? Dia mutusin buat pindah ke luar negeri dan jauh dari keluarga!" marah Justin.
Gue yang mendengar itu tertegun sebentar. Sedangkan Mahesa berusaha menenangkan Justin sambil menarik tangannya yang ada di kerah baju gue. Gue yang terdiam pun mengalihkan pandangan gue ke arah Josh yang sudah mulai berjalan masuk ke dalam lapangan setelah di umumkan kalau pertandingan akan dimulai beberapa saat lagi.
Disana Josh terlihat serius. Walau tetap gue nggak bisa melihat wajahnya, gue masih bisa merasakannya. Dan itu semakin membuat gue merasa bersalah apalagi setelah mengetahui tujuannya jika pertandingan ini tidak dimenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOMMATE [END]
Fiction générale"Eh, maaf, maaf. Tunggu diluar dulu ya, biar gue beresin dulu." ucap gue cepat dan segera mendorong tubuhnya keluar dari kamar. Setelahnya gue menutup pintu sambil memukul kepala gue sendiri merasa bodoh karena sudah menempel poster-poster cowok gan...