Namaku Libra Dischelia Kalandra, aku adalah anak bungsu dari tiga saudara. Papaku bernama Geovino Kalandra, meski sifatnya pendiam dan irit ngomong tetapi beliau adalah seorang dokter yang hebat. Papa adalah seorang dokter dan kepala keluarga yang bertanggung jawab, ia selalu berusaha menyelamatkan nyawa pasiennya dan memprioritaskan pasiennya. Dulu, pernah ada acara keluarga di rumah nenek, di tengah-tengah acara tersebut ia mendapat telepon dari rumah sakit, dan tanpa berpikir panjang ia meninggalkan acara tersebut dan segera pergi ke rumah sakit.
Aku adalah siswi kelas 12 di SMA Ganesha. Murid jurusan IPA-2. Bukan, aku bukan siswi pendiam yang tak mengikuti ekstrakulikuler sama sekali. Aku adalah pengurus OSIS, dan anak Olimpiade IPA. Sebagai seorang pengurus OSIS, aku harus tampil percaya diri dan bisa publik speaking.
"Cepat turun Lib, ini udah hampir setengah tujuh loh!" Suara perempuan yang sedang berteriak itu membuat Libra menghentikan aktivitasnya.
"Iya, Ma."
Nah, kalau tadi adalah mamaku. Namanya Karina Margaretha, karena dia menikah dengan papaku maka ia mendapat nama Kalandra di belakang namanya. Karina Margaretha Kalandra. Berbeda dengan papa, mama adalah seorang perempuan yang ramah, bahkan terkadang tak segan-segan menunjukkan sikap manjanya pada papa di depan anak-anaknya. Mama adalah seorang pengacara yang baik dan penuh rasa tanggung jawab. Dia adalah pengacara yang terkenal karena keadilannya.
"Di dalam kamar ngapain? Semedi?" Kak Meisha bertanya dengan sinis. Dia adalah kakak perempuanku, dan anak tengah di keluarga Kalandra. Aku sudah terbiasa mendengar kata-kata pedasnya. Bukan bermusuhan, aku tak pernah menganggapnya musuhku dan aku tetap menyayangi juga menghormatinya sebagai rasa hormat adik ke kakaknya.
"Biasa, cewek kalau dandan lama, Mei. Kamu kan juga gitu," bela Kak Mars --anak tertua di keluarga Kalandra. Berbeda dengan Kak Meisha, Kak Mars selalu bersikap dewasa dan irit ngomong seperti papa. Kak Mars adalah seorang dokter koas di rumah sakit papa. Meski begitu, papa tak pernah pilih kasih kepada siapa pun, dia tetap memperlakukan Kak Mars seperti dokter koas lainnya.
"Aku kan udah di sini dari tadi, Kak! Jadi jangan banding-bandingin aku sama Libra." Kak Meisha dengan nada kesal.
"Iya, Kak. Maaf!" Aku akhirnya mengalah pada Kak Meisha karena tak ingin memperpanjang masalah sepele ini sembari duduk di samping mama. Ini bukan kali pertama perdebatan Kak Mars dan Kak Meisha di rumah. Masalahnya pun tak berbeda, Kak Mars selalu membelaku ketika Kak Meisha mulai mengejekku.
Tatapan mata Kak Meisha tak lepas dariku. Ia tetap menatapku dengan tatapan sinis. Meski begitu aku tak pernah mempermasalahkan sikap Kak Meisha yang menurutku kurang dewasa itu. Bagiku, Kak Meisha tetaplah kakakku, sikap-sikapnya yang ia tujukan kepadaku selama ini mungkin karena rasa ketidakterimaannya ia kepadaku. Mama dan papa selalu mengutamakanku daripada Kak Mars dan Kak Meisha, mereka menyayangiku lebih dari kedua kakakku. Oleh karena itu, aku bisa menerima sikap Kak Meisha kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
Teen FictionKevandra Dzakwan Sagara, cowok pendiam dan tak memiliki banyak teman itu menyukai Libra Dischelia Kalandra seorang siswi populer di sekolahnya. Sebagai seorang siswi yang populer, tentu saja Libra memiliki banyak penggemar cowok. Namun ia tak pernah...