Kevandra Dzakwan Sagara, cowok pendiam dan tak memiliki banyak teman itu menyukai Libra Dischelia Kalandra seorang siswi populer di sekolahnya.
Sebagai seorang siswi yang populer, tentu saja Libra memiliki banyak penggemar cowok. Namun ia tak pernah...
"Maaf lama!" Seorang laki-laki yang sebaya dengan Libra berjalan menghampiri Gisella.
Gisella langsung membalikkan badan ketika mendengar suara yang tak asing baginya itu. Bibirnya terkembang sempurna, "enggak apa-apa." Gadis itu menjawab dengan nada yang terdengar lembut di telinga.
"Aku titip buat Libra ya, Sel. Sebelumnya terima kasih," ucap cowok tersebut dengan tulus, sambil mengulurkan kotak makan kepada Gisella.
Gisella menerimanya, tanpa menjawab gadis itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku duluan Sel," pamitnya pada Gisella, ia berjalan meninggalkan Gisella sendiri di dekat hutan buatan SMA Ganesha yang terletak di belakang sekolah.
"Iya, Van." Gisella menjawabnya dengan getir, bibirnya tersenyum namun bukan senyuman yang indah.
Vandra, atau Kevandra Dzakwan Sagara adalah teman sekelas Libra dan Gisella. Meski dia merupakan ketua kelas, cowok itu memiliki sifat pendiam dan tak memiliki banyak teman. Dia adalah cowok yang tak bisa mengekspresikan perasaannya.
Sepeninggalan Vandra, Gisella pun berjalan meninggalkan hutan Ganesha. Namun, gadis itu tak melangkahkan kakinya ke kelas. Dia menarik kakinya menuju ke ruang lukis. Selain untuk menyalurkan rasa sesalnya, dia memiliki niat lainnya.
Gisella membuka pintu ruangan seni lukis dengan keras. Gadis itu berjalan ke arah salah satu kanvas yang masih belum terpakai di dekat jendela. Ruang seni lukis berada di lantai tiga, sehingga pemandangan di bawah bisa terlihat dengan jelas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum mengoleskan beberapa cat warna, Gisella sudah meletakkan kotak makannya di meja. Tiga detik kemudian, gadis itu sudah terhanyut bersama lukisannya. Dia meluangkan semua perasaannya pada lukisannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah lebih dari satu jam, lukisannya pun rampung. Gisella menatap lukisannya sambil tersenyum hambar, dia tak tahu arti dari lukisan itu dirinya hanya mengoleskan semua cat warna yang menurutnya menarik dan sesuai dengan isi hatinya.
"Kamu lagi lukis apa, Sel?" Suara seorang perempuan menginterupsi Gisella ketika dia masih terfokus pada lukisannya.