Rencana Jahat

17 2 14
                                        

Jam dinding menunjukkan pukul setengah tiga sore yang berarti jam pelajaran akan selesai dalam setengah jam lagi. Namun, Bu Ari masih tenang dalam menerangkan pelajaran Biologi. Perempuan yang berusia 45 tahun itu merupakan tipekal guru yang jujur, dia tak akan meninggalkan kelas jika waktunya belum habis.

"Kamu sudah mencatat tugas Bu Ari kemarin, Ra?" Gisella yang duduk di belakang Libra bertanya padanya dengan suara pelan, takut jika Bu Ari mendengarnya.

Libra menolehkan kepalanya ke belakang, dia menganggukkan kepalanya pelan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Boleh aku menyalinnya?" Gisella bertanya dengan ragu. Kemarin malam ia kelelahan, akhirnya tertidur dan lupa akan tugas sekolahnya.

Tanpa bertanya alasan Gisella tak mengerjakan tugas, Libra langsung menyerahkan buku tugasnya. Sebenarnya Gisella adalah anak yang rajin, meski gadis itu sering membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah Libra ia tak pernah melupakan tugasnya sebagai seorang pelajar. Setelah menerima buku Libra, Gisella cepat-cepat menyalin tugasnya.

"Ra, ini dari Damara," bisik Kevin yang duduk di dekat Libra sembari memberikan sebuah amplop yang berwarna merah muda.

Libra langsung menerimanya. "Terima kasih," lirihnya karena takut ketahuan guru yang sedang mengajar. Setelah menerima amplop tersebut, Libra langsung membukanya dengan hati-hati.

"Sepulang sekolah tungguin aku di rooftoop, ya!" Libra membaca isi surat dari Damar dengan suara pelan, saking pelannya mungkin sudah tak terdengar orang lain. Setelah membacanya Libra langsung menolehkan kepalanya ke Damara yang sedang menatapnya juga, lalu dia menganggukkan kepalanya sembari menyunggingkan senyuman yang tulus. Damar hanya membalasnya dengan mengedipkan kedua matanya.

Sementara itu, Kevandra yang duduk di samping kiri Damara hanya melihat interaksi Libra dan Damara saja. Rasa cemburu pasti ada, namun dia sadar diri. Perempuan seperti Libra tak akan menyukainya, pikir Vandra.

Tak terasa lama, akhirnya jam pelajaran terakhir pun selesai. Libra yang akan berjalan keluar kelas pun ditegur oleh Violin, akhirnya gadis itu membalikkan badannya.

"Kayaknya ada yang mau kencan nih," goda Violin ketika selesai mendengar alasan Libra cepat-cepat keluar dari kelas.

"Apaan sih, Lin!" Pipi Libra tampak memerah, ia merasakan jika jantungnya mulai berdetak lebih kencang dari biasanya.

Azriel mendekati Libra, ia menepuk bahu Libra beberapa kali. "Kalo udah resmi jadian, kabarin ya!"

"Nanti kita makan-makan," imbuh Violin heboh.

Mendengar celotehan sahabatnya, Libra hanya menanggapinya dengan kekehan saja.

"Ya sudah. Aku pergi dulu ya," pamit Libra kemudian berjalan pergi setelah diiyakan oleh sahabatnya.

Libra membuka pintu rooftoop pelan, saking pelannya suaranya pun hampir tak terdengar. Dia melangkahkan kakinya pelan menghampiri Damar yang sudah membaringkan tubuhnya di kursi cor beton.

"Damar," bisik Libra tepat di samping telinga Damara.

Damara yang sedang asyik melamun itu langsung terkejut dengan bisikan Libra. Dia langsung beranjak duduk.

"Dari tadi, Ra?"

"Enggak kok, Mar." Libra menjawab sambil beranjak duduk di samping Damara.

"Kamu mau ngomong apa?" Libra membuka suaranya setelah sekian detik tak ada pembicaraan.

Damar menghela napasnya sebelum bicara. "Soal dua minggu yang lalu. Apa kamu keberatan?"

Libra menggelengkan kepalanya pelan. Damara yang melihat itu langsung tersenyum senang. Akhirnya gadis itu mau memberinya kepastian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang