SEBELUM MEMBACA PART INI, TOLONG PUTAR LAGU YANG UDAH AKU SIAPIN BUAT KALIAN DI ATAS DULU, YA!! BIAR KALIAN BISA NGEDENGERIN APA YANG LIBRA-DAMARA DENGERIN WAKTU DI RESTORAN ROOFTOOP HOTEL... XIXI
BAGAIMANA PART SEBELUMNYA, APAKAH KALIAN SUKA?
KALO ADA TYPO, KOMENTAR AJA YA NANTI BIAR AKU REVISI :)
SEBELUMNYA TERIMA KASIH UDAH MAU BACA CERITA AKU. MAAF JIKA MASIH BANYAK KESALAHAN //LOPE LOPE BUAT KALIAN SEMUANYAAA...
HAPPY READING!!!!!!
Seorang pianis perempuan sedang memainkan pianonya. Malam ini ia tampak cantik dan anggun dengan gaun berwarna putih-merah mudanya. Sesekali ia memberikan senyuman terbaiknya pada ribuan penonton. Dan di antara ribuan penonton tersebut, ada seorang yang menurutnya spesial. Dia adalah Garendra Damara.
Damara duduk di antara ribuan penonton. Ditangannya terdapat sebuah kamera yang sengaja ia bawa untuk merekam penampilan seorang pianis yang sedang tampil saat ini. Seorang perempuan cantik yang memainkan pianonya dengan penuh perasaan, bahkan sudah ada beberapa penonton yang terbawa perasaan ketika mendengarnya, termasuk Damara.
Setelah selesai memberikan penampilan terbaiknya, pianis perempuan itu bangkit dan berjalan pelan ke samping piano. Dia membungkukkan badannya sebagai tanda ucapan terima kasih. Tiga detik kemudian, ia menegakkan kembali tubuhnya dan berjalan dengan anggun menuju ke belakang panggung. Di belakang sana, sudah ada dua sahabatnya yang setia menunggu.
"Penampilan elu malam ini sempurna, Ra!" puji seorang perempuan yang sebaya dengannya dengan histeris.
Orang yang dipujinya hanya tersenyum sebagai balasan.
"Ajarin gue main piano dong Ra, gue juga pengin kali bisa main piano kayak elu!" timpal seorang cowok yang juga sahabat Libra.
"Enggak usah serakah Riel, kamu 'kan udah jago karate," balas Libra sembari terkekeh pelan. Meski saat terkekeh, gadis itu masih anggun dengan tangan yang menutupi mulut saat tertawa.
"Lagian elu mau nembak siapa Riel, pake main piano aja!" Violin sembari tertawa renyah, gadis itu tak pernah berhenti membuat keributan dengan sahabatnya. Libra yang mendengarnya pun hanya tersenyum kecil, ia tak habis pikir dengan kedua sahabatnya yang tak pernah bosan beradu mulut.
"Siapa aja, asal bukan elu!" Azriel menjawab judes.
"Yee.. emang gue mau jadi pacar elu," balas Violin tak kalah judes.
"Gue juga enggak mau ya punya pacar galak kayak elu, bisa bisa gue KDRT setiap hari!" Azriel sambil menggidikkan bahunya.
"Gue juga enggak mau punya pacar kayak elu, maaf enggak level!"
"Oh iya, elu 'kan cari cowok bule buat memperbaiki keturunan," sindir Azriel pada Violin.
Mendengar kata bule pun senyum Libra langsung memudar, ia teringat pada Damara. Akhir-akhir ini cowok bule itu selalu hadir dalam mimpinya, bahkan tak pernah hilang dari pikirannya. Hal itu pun yang membuat gadis keturunan Tionghoa itu merasa gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me
Teen FictionKevandra Dzakwan Sagara, cowok pendiam dan tak memiliki banyak teman itu menyukai Libra Dischelia Kalandra seorang siswi populer di sekolahnya. Sebagai seorang siswi yang populer, tentu saja Libra memiliki banyak penggemar cowok. Namun ia tak pernah...