Penghuni Hati Damar

26 10 14
                                    

Libra berjalan di koridor kelas 10 IPS menuju ke kelasnya. Gedung kelas 10 dan 11 berada di lantai dasar, sedangkan kelas 12 berada di lantai dua. Jadi, murid kelas 12 harus naik ke atas jika akan ke kelasnya.

"Pagi, Kak Libra," sapa seorang adik kelas perempuan pada Libra yang berjalan bersisihan dengan Gisella.

Gisella Anindita, atau yang disapa dengan nama Gisella adalah anak dari asisten rumah tangga keluarga Kalandra. Ibu Gisella yang bernama Riana adalah ART yang sudah bekerja lama di rumah orangtua Libra, sehingga Libra dengan Gisella sudah kenal lama dan dekat.

Merasa namanya dipanggil, Libra menghentikan langkah kakinya dan memamerkan senyuman yang manis pada adik kelas yang kenal dekat dengannya. "Pagi, Alana," balas Libra tak kalah ceria dari Alana.

"Apa kabar, Kak?" Alana bertanya pada Libra dengan nada sopan sembari memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Baik. Kamu kayaknya hari ini ceria banget, ada apa?" goda Libra sembari terkekeh pelan.

"Harusnya Kak Libra enggak perlu khawatir kalo Meganthropus ceria, yang perlu Kak Libra khawatirkan kalo dia murung," sela suara cowok yang baru saja datang dan berdiri di belakang Alana, tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Alana.

Alana yang sudah hafal dengan suara cowok itu langsung menepis tangan besar yang berada di pucuk kepalanya. "Apa sih, Van," ujarnya dengan nada kesal dan mengerucutkan bibirnya.

Libra dan Gisella hanya terkekeh melihat pemandangan yang tak asing di depannya itu.

"Kalian cocok lho kalo jadi pasangan." Gisella kini ikut-ikutan menggoda kedua adik kelasnya itu.

"Kita kan udah jadi pasangan, Kak." Kali ini yang menjawabnya adalah Devan.

"Sepasang sahabat," imbuhnya sembari terkekeh.

Tanpa menjawab, Gisella hanya tersenyum tipis.

"Om Vino sama Tante Karina kabarnya gimana, Kak, baik?" Alana mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Baik, Lan. Papa sama Mama kamu apa kabar?"

"Kalo mereka enggak usah ditanya kabar, Kak." Alana sembari terkekeh.

Libra ikut-ikutan terkekeh.

Alana dan Libra sudah mengenal sejak kecil. Kesamaan profesi orangtuanya itulah yang membuat keduanya saling mengenal. Kedua orangtua Alana yang berprofesi sebagai dokter sama dengan profesi papa Libra. Terkadang, kedua atau ketiganya terlibat kerjasama. Bahkan, papa Libra terkadang meminta bantuan pada kedua orangtua Alana untuk melakukan operasi bersama.

"Kita ke kelas duluan ya, Lan, Van." Libra berpamitan pada kedua adik kelasnya itu.

Alana menganggukkan kepalanya. "Hati-hati, Kak!"

Tanpa membalas, Libra dan Gisella hanya tersenyum.

Libra dan Gisella melanjutkan langkah kakinya. Keduanya menuju lift yang memang sudah disediakan oleh sekolahan. Sebagai SMA swasta, SMA Ganesha memiliki banyak fasilitas penunjang bagi siswa-siswinya. Bahkan, di setiap angkatan memiliki kantin sendiri-sendiri.

"Pagi, Libra," sapa seorang laki-laki yang berdiri di belakang Libra.

Karena penasaran dengan pemilik suara berat itu, Libra menolehkan kepalanya ke belakang. "Pagi juga, Damar."

Garendra Damara, atau yang sering disapa Damar adalah teman sekelas Libra dan juga teman satu organisasi Libra di kepengurusan OSIS. Fisik yang bagus dan wajah yang tampan karena memiliki darah Eropa itu membuat ia dikenal banyak murid di sekolahnya, bahkan banyak guru yang menjadikannya anak emas karena bakatnya di olahraga basket dan bela diri itu. Meski begitu ia memiliki sikap yang kurang baik, yaitu ia memiliki sikap dingin pada orang lain, terkecuali Libra.

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang