Kevandra

19 6 1
                                    

"Yan," lirih seorang cowok berusia sekitar enam belasan tahun yang sedang duduk di atas ranjang bermotif hitam-putih di ruangan ukuran 5×9 meter itu.

"Apa?" balas seorang cowok yang seusia dengannya tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer di hadapannya itu.

"Aku mau cerita sesuatu sama kamu," jawab Vandra --si penanya dengan ragu-ragu.

Yanuar, atau yang bernama lengkap Yanuar Nathan Sagara mengalihkan pandangannya dari layar komputer, dan langsung menatap mata Vandra tajam. Sedetik. Dua detik. Dan tiga detik kemudian ia langsung menghamburkan tawa renyahnya.

"Aku-kamu? Masih jaman ya, Van? Kita udah gede, Bro!" Yanuar dengan menekankan kalimat 'aku-kamu'.

Vandra hanya menatap sepupunya bingung, meski sudah beranjak dewasa ia tetap tidak terbiasa menggunakan sapaan 'elu-gue'.

"Emang salah dengan 'aku-kamu'?" Vandra polos sembari menatap Yanuar dengan penuh tanda tanya.

Yanuar yang mendengar pertanyaan dari sepupunya itu hanya tertawa saja.

"Lupain aja, Bro! Elu mau tanya apa?" Yanuar menghentikan tawanya, dan mengubah ekspresinya menjadi serius kembali.

"Kamu pernah suka sama seseorang?" Dengan ragu-ragu dan mengumpulkan keberanian, akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut seorang Kevandra Dzakwan Sagara.

Yanuar membalikkan tubuhnya. Ia mematikan layar komputernya.

"Pernah lah, emang gue guy?"

Vandra hanya berdecak saja.

"Elu suka sama siapa?" Yanuar mengembalikan topik pembicaraan.

"Libra." Vandra menjawab dengan singkat, jelas, dan santai.

Yanuar langsung membulatkan matanya, mulutnya terbuka membentuk huruf "O" sempurna. Ia tak percaya dengan jawaban sepupunya, seorang Kevandra Sagara menyukai Libra Kalandra yang notabenenya seorang siswi populer di SMA Ganesha.

"Lu serius?"

Vandra menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan.

"Demi apa, Bro?" Yanuar masih tak percaya dengan pernyataan Vandra barusan itu.

"Ada yang salah sama perasaan gue?"

"Perasaan elu enggak salah kok," jawabnya santai. "Sumpah, gue masih enggak percaya!"

Vandra menatap Yanuar tajam, ia tak suka dengan jawaban sepupunya itu.

Yanuar yang ditatap dingin oleh Vandra langsung terkekeh sembari menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal itu. "Maaf, maaf."

"Menurut kamu, aku harus bagaimana?"

Yanuar diam, ia memikirkan suatu cara untuk Vandra melakukan pendekatan dengan Libra. Meski dia memiliki pesona dan rayuan yang bisa membuat banyak perempuan terpesona, namun ia harus berpikir seribu kali agar cara Vandra mendekati Libra bukan cara biasa.

"Sepertinya elu harus ngasih sesuatu ke cewek itu," saran Yanuar ragu. "Tapi cara elu itu bukan cara yang biasa!"

"Cara yang biasa?" Vandra tak mengerti maksud ucapan Yanuar.

"Elu harus ngasih sesuatu yang berbeda buat Libra?"

"Cara yang berbeda? Misalnya?"

Yanuar beranjak berdiri, ia mendekati Vandra dan menepuk bahu cowok itu beberapa kali. "Jangan gunakan otak elu buat mikirin soal Fisika aja, tapi sesekali gunain otak elu buat mikirin suatu cara agar elu bisa dekat sama orang yang elu sukai!"

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang