Renata pun sampai, Auvy yang sedang duduk sendiri di taman itu, mulai kehilangan kesadarannya.
Tubuh Auvy terjatuh tepat disaat Renata menangkapnya.
"AUVY!" teriak Renata panik.
Tanpa berpikir panjang, Renata menelfon ambulance. Ia panik, namun berusaha tetap tenang.
***
Auvy terbangun, ia mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menyaring cahaya yang akan masuk ke matanya.
Tepat disamping kanan tubuhnya terbaring, Renata sedang tertidur kepalanya didekat perut Auvy, ia sudah menunggu Auvy siuman sejak tadi.
"Re.. " panggil Auvy lembut, berusaha membangunan Renata.
Dengan sigap, Renata langsung terbangun, "Udah baikan Vy?"
Auvy menatap Renata dalam, "Maaf ya Re, gue jadi ngerepotin lo."
Renata menggeleng, "Nggak Vy, gapapa kok, gue seneng kalo lo ada apa-apa minta tolongnya ke gue." Renata tersenyum, "Gue merasa dibutuhkan" imbuhnya.
Mendengar itu, hati Auvy terasa hangat, rasa hangat yang menyesakkan, karena ia tak dapat mengendalikan degup itu.
"Lo kenapa Vy? tiba-tiba pingsan gitu, untung gue tangkep." tanya Renata yang membuyarkan lamun Auvy.
"Nanti kalo udah pulang gue ceritain semua ya Re." jawab Renata lemah, teringat betapa menyiksanya situasi yang membuatnya masuk rumah sakit itu.
"Oke deh, oh iya.. kata dokter lo nggak ada sakit apa-apa, lo cuma kelelahan katanya." Ujar Renata menjelaskan tentang keadaan Auvy, yang auvy sebenarnya sudah tahu memang ia tak sakit apa-apa, ia hanya lelah sejak malam tadi ia terlalu banyak berpikir tentang perasaan sukanya terhadap Renata, ditambah pengalaman buruknya yang tiba-tiba terlintas, apalagi mantannya itu, ughh, memikirkannya lagi membuat dada Auvy sesak.
"Maaf ya Re buat lo panik."
"Nggak-nggak, santai aja kali sama gue, jangan minta maaf terus." Renata berdiri sembari menepuk puncak kepala Auvy lalu mengacak-ngacak rambut panjangnya lembut. "Gue panggil dokter dulu ya, buat tanya lo udah bisa pulang apa belum."
"Iya." Auvy tersenyum lebar mendapat perlakuan hangat dari gadis yang ia suka, ia dapat merasakan wajahnya yang hangat karena memerah.
Perasaan Auvy kepada Renata sudah sampai puncaknya, ia tak dapat lagi mengelak, saat ini yang ia pikirkan bukan lagi perihal Renata yang akan menerima perasaannya atau tidak, ia hanya senang, senang karena Renata selalu ada untuknya, disaat-saat terburuknya.
***
Malam harinya Auvy sudah diperbolehkan pulang. Kemudian mereka berdua pulang, dengan motor yang dibawa Renata.
Setibanya di kost, Auvy berkaca-kaca menceritakan semua yang terjadi tadi sore di taman sekaligus menceritakan tentang mantan bajingannya itu kepada Renata. Matanya hampir menangis, kalau saja Renata tak cepat menggenggam tangan Auvy. Tangan hangat Renata yang besar, menutupi seluruh permukaan punggung tangan Auvy.
Walau Renata ikut naik darah ketika mendengar tentang mantan bajingan Auvy, ia berusaha menyembunyikannya, prioritasnya saat ini adalah menenangkan Auvy, bukan untuk ikut-ikutan menjadi emosional.
Renata menghembuskan nafasnya perlahan sebelum akhirnya berkata "Vy, denger ya, sekarang lo sama gue, ga ada yang perlu lo takutin." Renata mengatakannya sembari tersenyum.
Auvy membalas senyum itu, ia merasa lebih tenang, syukurlah ada Renata di sampingnya pikir Auvy.
"Buat malam ini, gue temenin lo disini ya." ucap Renata yang berniat untuk menginap di kamar Auvy malam ini.
"Makasih Re."
"Iya Auvy.. "
degg
Jantung Auvy berdegup kencang, mendengar Renata memanggil namanya lengkap, bukan sekedar 'Vy' seperti biasanya.
Tak lama setelah itu, mereka berdua tertidur, dibawah tamaram cahaya bulan yang masuk dari ventilasi udara di kamar Auvy. Berbagi selimut coklat Auvy yang menghangatkan, sesekali Renata memeluk tubuh kecil Auvy di sampingnya, memastikan supaya temannya itu mendapat kenyamanan.
Perlahan rintik hujan yang wangi mulai berjatuhan. Malam itu hujan turun, menemani mereka berdua yang sedang terlelap, tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing.
***
Haloo readers sekalian
Jangan lupa tinggalin jejak yaa biar aku semangat uploadnya 😊❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Renata [GxG] -END
RomanceIni adalah tahun pertama Auvy menjalani kehidupan perkuliahannya. Tinggal jauh dari orang tua adalah hal yang ia damba-dambakan sejak dulu, sejak kisah percintaan SMAnya tak pernah mulus. Dengan maksud kuliah sembari mencari cinta baru yang tulus, i...