Keesokan harinya, Renata tak bergeming dari kasur. Auvy yang sudah bangun lebih dulu berusaha membangunkannya.
"Re, udah jam 11 loh, dari tadi gamau bangun nih?" ucap Auvy sembari menyentuh pipi Renata lembut.
Namun ia terkejut, yang ia dapatkan malah pipi Renata yang terasa panas menyentuh kulitnya, ia sadar Renata telah demam. Napas gadis berambut pixie itu terdengar berat.
Auvy yang melihat gadisnya sakit itu merasa panik, "Re, maafin Auvy ya, ayo kita kerumah sakit dulu." Suaranya gemetar, Auvy hampir menangis, ia merasa bersalah sebab semalam ia mengajak Renata bermain hujan-hujanan.
Setibanya di rumah sakit, Renata langsung diperiksa, selama itu juga Auvy tak bisa menenangkan pikirannya, ia begitu panik.
Dokter menjelaskan bahwa Renata terkena flu berat, karena sesak napasnya Renata akan di opname untuk beberapa hari kedepan untuk mendapatkan bantuan dari alat bantu pernapasan.
***
Renata terbaring dikasur rumah sakit, tatapan matanya sayu. Auvy memandanginya, hanya memandanginya namun tak ingin mengajak gadis itu berbicara.
Ia menatap mata Renata penuh penyesalan.
Renata yang tak dapat berbicara sebab pernapasannya yang dibantu dengan tabung oksigen, hanya dapat membalas tatapan mata Auvy, mereka diam, namun mata mereka saling berbicara.
Hari sudah mulai larut, Auvy masih menemani Renata di ruangan rawat inapnya. Sudah dari siang tadi Auvy tidak makan, ia sibuk mengkhawatirkan keadaan Renata sampai tak mempedulikan keadaannya sendiri.
Renata tahu betul, Auvy tak beranjak sedikitpun sejak awal ia masuk ruangan ini, meskipun Renata sempat tertidur, ia tahu hawa keberadaan Auvy selalu bersamanya.
Renata menggerak-gerakan tangannya, mencoba memanggil Auvy, meskipun Renata tak berbicara, walau hanya dengan melihat tatapan matanya, Auvy tahu bahwa Renata juga mengkhawatirkannya.
"Iya iyaa, Re tunggu bentar ya, Auvy cari makanan dulu diluar." ucap gadis itu seolah mengerti maksud dari tatapan Renata.
Ia keluar, mencari makanan dan segera kembali lagi. Namun saat Auvy kembali, Renata sedang tertidur, wajah ramahnya terlihat lesu, namun menghangatkan hati Auvy.
***
Beberapa hari setalah itu, Renata sudah tak perlu dibantu tabung oksigen lagi, pernapasannya sudah mulai membaik. Gadis itu menatap mata gadis di depannya hangat.
"Re, maafin Auvy." ucap gadis itu dengan nada bersalahnya.
"Auvy jangan minta maaf terus, Auvy nggak salah sama sekali, memang daya tahan tubuh Re yang nggak kuat." ucap Renata lembut berusaha menghilangkan rasa bersalah yang ada pada diri gadisnya itu.
"Tapi Auvy merasa bersalah banget sama Re." Matanya sedikit berkaca-kaca mengatakan itu.
"Yaudah kalo gitu, sini peluk." jawabnya tersenyun seraya melebarkan tangannya siap untuk memeluk gadis si hadapannya itu.
Auvy tertawa melihat tingkah Renata, saat sakit pun, Renata masih saja ingin menggoda Auvy.
"Ih dasar Re genit, cepat sembuh ya, Auvy kangen ketawa-ketawa sama Re.." ucapnya manja sembari memeluk tubuh Renata yang hangat
"Iya iyaa.. ini sehat kok, besok udah boleh pulang." jawab Renata.
Auvy tersenyum tak lama kemudian Renata ikut tersenyum. Terlihat jelas, mereka berdua masih dengan degup yang sama, mereka saling mencintai.
***
Keesokannya, Renata sudah diperbolehkan pulang. Mereka kembali ke kamar kost penuh cerita mereka itu.
"Re hari ini mau nonton, cariin film bagus dong Vy."
Auvy mengangguk, mengambil laptop putihnya dan mulai mencari film, dari layar itu, terlihat tulisan I Want to Eat Your Pancreas, mereka pun menonton film itu.
Film yang berdurasi 1 jam 49 menit itu, berhasil menguras air mata Renata, namun tidak dengan Auvy, ia tak menunjukkan ekspresi sedih sama sekali setelah menonton film itu, bahkan Renata baru kali ini melihat Auvy tidak seemosional biasanya.
"Auvy kenapa?" Tanya Renata yang matanya masih berkaca-kaca.
"Gapapa Re, Auvy udah pernah ngerasain hal yang lebih sedih dari film ini Re, jadi Auvy gak bisa nangis cuman karena lihat film ini."
"Memangnya hal yang lebih sedih apa Vy?" Tanya Renata heran.
"Kemarin Auvy buat Re masuk rumah sakit, Auvy sedih nggak karuan Re."
"Lohh, bukannya kemaren udah Re bilang, Auvy gak salah apa-apa."
Auvy masih terbawa suasana sedihnya dari kemarin, walaupun Renata sudah baik-baik saja sekarang. Rasa bersalahnya masih jauh lebih besar dibanding rasa senangnya akan kepulangan Renata.
"Auvy.. " Panggil Renata lembut, ia menarik pipi auvy dengan kedua tangannya yang hangat.
Sesaat kemudian, Auvy bisa merasakan lembutnya bibir Renata dibibirnya.
***
Hayolohh, aku yang nulisnya sampe ikutan ngeblush 😳
Ayok vote dan comment dulu part ini ceffat 😂
see u tomorrow readers 💕💋
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Renata [GxG] -END
RomanceIni adalah tahun pertama Auvy menjalani kehidupan perkuliahannya. Tinggal jauh dari orang tua adalah hal yang ia damba-dambakan sejak dulu, sejak kisah percintaan SMAnya tak pernah mulus. Dengan maksud kuliah sembari mencari cinta baru yang tulus, i...